Mohon tunggu...
Ammar Daffa
Ammar Daffa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan PAI

La Tahzan Innallaha Ma'ana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Penangggulangan Bencana dalam Islam

10 Desember 2021   06:18 Diperbarui: 10 Desember 2021   06:22 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Ammar Daffa, Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Musibah alam di Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik( daerah dengan banyak kegiatan tektonik), serta Indonesia masih mengalami efek letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir serta tsunami. Apa yang terjalin di media dunia Indonesia akibat musibah alam dahsyat yang sudah membunuh ratusan ribu orang serta hewan dan menghancurkan tanah daratannya( tercantum banyak infrastruktur serta menimbulkan kerugian ekonomi) dalam 20 tahun terakhir jadi topik hangat sebagian kali.

Tidak hanya itu, masa hujan ataupun kemarau yang ekstrim( fenomena El Nino serta La Nina) bisa mengganggu panen bahan santapan, menimbulkan terbentuknya inflasi serta membagikan tekanan finansial yang besar untuk golongan kurang sanggup di warga Indonesia. Terakhir, musibah alam yang diakibatkan oleh kegiatan manusia( semacam kebakaran hutan yang diakibatkan sebab kebudayaan pembakaran ladang, umumnya di pulau Sumatra serta Kalimantan) bisa berakibat signifikan terhadap area hidup.

Pantas dicatat kalau keadaan infrastruktur serta properti di Indonesia populer lemah sebab manajemen yang salah, kekurangan dana, minimnya kemampuan ataupun korupsi. Kondisi ini memperburuk akibat negatif yang terjalin pasca musibah alam. Sedangkan itu di daerah perkotaan, paling utama di kota- kota besar semacam Jakarta, Surabaya, Medan serta Yogyakarta, terdapat kepadatan penduduk yang sangat besar. Oleh sebab itu, kombinasinya minimnya mutu infrastruktur/ properti serta padatnya penduduk di wilayah perkotaan berarti suatu musibah alam dapat membunuh lebih banyak korban dari yang sepatutnya terjalin sebab hendak memerlukan tenaga yang lebih kecil buat membuat bangunan runtuh di Indonesia.

Di kala ini, kejadian tragis kerap berhubungan dengan nasib serta kehancuran. Musibah didefinisikan selaku hukuman Tuhan untuk mereka yang tidak menaati perintah Tuhan. Sesungguhnya terdapat 3 tipe musibah untuk manusia.

Awal merupakan bala, ini merupakan tes yang mengangkut derajat seorang bila dia sanggup melewatinya dengan baik, penuh pemahaman, keikhlasan, serta tawakkal. Bala menguatkan keimanan serta memperkokoh ketaatan seseorang hamba. Apalagi, bala pula jadi media peleburan dosa untuk hamba yang sanggup menjalaninya dengan baik serta penuh kesabaran.

Kedua, musibah pula dimaksud selaku hukuman ataupun iqob, bila manusia melampaui batasan dengan melanggar ketentuan Tuhan. Contohnya, manakala manusia mengeksploitasi sumber energi alam sehingga merusaknya serta mengusik penyeimbang alam.

Ketiga merupakan pembinasaan ataupun azab. Musibah ini merupakan apa yang terjalin pada umat terdahulu yang menolak ajakan para nabi buat bertauhid kepada Allah SWT. Manakala para nabi itu menyerukan keimanan, sesuatu kalangan malah makin asik tenggelam dalam kekufuran. Selaku reaksi dari ketidakpatuhan secara berkesinambungan tersebut, hingga Allah mengirimkan bencana yang membinasakan sesuatu kalangan.

Sehabis mendengar uraian di atas, kita sebaiknya tidak dan merta wajib mengaitkan sesuatu musibah dengan azab. Karena, dapat jadi bencana tersebut merupakan bala yang menguji keimanan seorang. Terhadap bencana semacam ini, seseorang muslim wajib tabah serta ikhlas.

Sedangkan itu, bencana yang turun selaku hukuman( iqob) jadi sesuatu peringatan. Bilamana manusia menyadari kesalahannya, beristighfar, bertaubat, serta kembali kepada aturan- aturan Allah, hingga hendak dinaikan bencana tersebut serta mengangkut derajat mereka. Tetapi, bila bencana tersebut tidak kunjung membuat manusia sadar, hingga hendak diturunkan bencana lagi sampai hari pembalasan serta jadi azab buat kalangan tersebut.

Bila musibah sudah terjalin, gimana penanganannya dalam dalam perspektif Islam?

Metode pandang kebencanaan bukan cuma permasalahan penangkalan tetapi pula aksi instan. Aksi instan penanggulangan musibah ada sebagian tahapan ialah mitigasi serta kesiapsiagaan, paham darurat serta rehabilitasi rekonstruksi. Ketiga perihal ini wajib dicoba dengan baik buat kurangi efek musibah.

1. Mitigasi serta Kesiapsiagaan

Tahapan ini dicoba saat sebelum terbentuknya musibah. Pada sesi ini ada aktivitas pengurangan efek kerugian akibat musibah meliputi; penyadaran bahaya musibah, pemetaan efek, pembuatan skema paham darurat, pembangunan raga pendukung serta persiapan sumberdaya baik manusia ataupun lainya. Semangat mitigasi ada dalam firman Allah,

" Dia( Yusuf) mengatakan, supaya kalian bercocok tanam sepanjang 7 tahun sebagaimana biasa, hingga kalian tuai hendaklah kalian perkenankan di tangkainya kecuali sedikit buat kalian makan. Setelah itu hendak tiba 7 tahun yang amat susah, yang menghabiskan apa yang kalian simpan buat menghadapinya, kecuali sedikit dari( bibit gandum) yang kalian simpan. Setelah itu sehabis itu hendak tiba tahun yang padanya curah hujan yang lumayan serta di masa itu mereka memeras anggur".[QS Yusuf( 12): 47- 49].

Dalam ayat ini diceritakan nabi Yusuf' alayhissalam menganjurkan mitigasi berbentuk style hidup hemat serta menaruh bahan santapan buat mengalami paceklik. Upaya mitigasi bisa dicoba dengan sebagian pendekatan. Awal, struktural ialah dengan pembangunan raga penunjang penanggulangan musibah serta rekayasa teknis, semacam pembangunan kanal, bunker, dll. Kedua, non struktural, meliputi menjauhi membangun di wilayah rawan musibah, mempunyai asuransi, mempunyai pengetahuan kebencanaan, dll. Sedangkan buat mitigasi musibah sosial bisa meliputi, pemerataan pembangunan, penjagaan stabilitas sosial ekonomi serta politik.

Mitigasi mempunyai 3 faktor utama. Awal, evaluasi bahaya, dengan pembuatan peta musibah, dsb. Kedua, peringatan, dengan pengadaan sistem peringatan semacam oleh BMKG ataupun lembaga terpercaya lainya. Ketiga, persiapan, dengan pembangunan sarana penanggulangan, dll.

2. Paham Darurat Bencana

Sesi ini berlaku dikala terjalin musibah. Dicoba dengan evakuasi manusia serta barang ke pengungsian serta distribusi pemenuhan kebutuhan darurat. Paham darurat berupaya buat penyelamatan, pengurangan kerugian, proteksi, serta pemulihan lekas. Allah berfirman:

"...dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seseorang manusia hingga seolah- olah ia sudah memelihara kehidupan manusia sepenuhnya. Serta sebetulnya sudah tiba kepada mereka rasul- rasul Kami dengan bawa penjelasan yang jelas, setelah itu banyak diantara mereka itu sangat sudah melampaui batasan dalam berbuat kehancuran di muka bumi"[QSAl- Maidah( 5): 32].

Paham darurat berprinsip kepada memperingan penderitaan manusia serta penjagaan terhadap hak hidup yang bermartabat. Tidak hanya itu terdapat 10 pedoman paham darurat bersumber dari al- Qur' an serta Hadits ialah, mengutamakan panggilan kemanusiaan, prioritas didetetapkan oleh kebutuhan, bukan atribut social, bantuan wajib murni buat kemanusiaan bukan kepentingan lain, tidak menjadikan musibah perlengkapan politik luar negara, menghormati adat setempat, membangun keahlian warga penyitas kedepanya, mengutamakan pelibatan penyitas dalam manajemen serta aktivitas, semaksimal bisa jadi kurangi kerentanan serta penderitaan penyitas, bertanggung jawab atas dorongan kepada penerima serta pemberi( akuntabilitas), serta melindungi martabat penyitas, tidak menjadikan penyitas selaku objek.

3. Rehabilitasi serta Rekonstruksi

Sesi ini diawali gencar dicoba pasca musibah. Rehabilitasi merupakan pemulihan seluruh aspek kehidupan mulai pelayanan publik sampai individu dengan tujuan normalisasi sehingga umumnya langsung diawali nyaris bertepatan dengan paham musibah semacam pelayanan publik darurat serta gedung pemerintahan darurat. Sebaliknya rekonstruksi merupakan pembangunan kembali fasilitas prasarana dengan sasaran berkembang kembangnya aktivitas sosial, ekonomi serta budaya yang lebih baik pasca musibah.

Tujuan dari merupakan membangun kembali warga lebih baik, lebih kilat serta membangun ketahanan warga dari musibah lebih dari tadinya. Waktu yang diperlukan sesi ini tidak cuma tergantung kepada kandungan keparahan musibah saja tetapi pula kesediaan sumberdaya, efisiensi pemakaian sumberdaya, kepemimpinan lokal serta pemerintah. Ruang lingkup rehabilitasi serta rekonstruksi teridiri dari 4 bagian. Yang awal perumahan, kedua infrastruktur, ketiga psiko- sosial, serta keempat ekonomi.

Penerapan rehabilitasi serta rekonstruksi yang baik memerlukan pengkajian yang matang, meliputi aspek pengkajian kehancuran serta kerugian, pengkajian akibat sosial serta ekonomi, pengkajian kebutuhan pemulihan, serta penataan rencana aksi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun