Al-Wa'yu Ar-ruhani sebagai Identitas Spiritualitas Muslim Masyarakat Desa Karangjati
Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan non-fisik yang lebih besar dibandingkan dengan kekuatan dalam diri kita, yaitu suatu kekuatan yang menghubungkan kita langsung pada Allah Subhanahu wa ta'ala. Spiritualitas merupakan energi yang menciptakan kedamaian dan kebahagiaan yang senantiasa dirindukan kehadirannya. Dalam perspektif Islam, spiritualitas adalah roh yang ditiupkan Allah kepada jiwa manusia, yang dengannya kita bisa merasakan keberadaan Tuhan. Dan dengan dasar inilah, manusia memiliki fitrah sebagai manusia yang bertuhan.
Namun pengaruh roh dalam hati tidak selamanya maksimal. Ada saatnya hati kita berada dalam kegelapan (qalb zulmani) yang menyebabkan diri kita mudah untuk berbuat maksiat. Padahal dengan keadaan seperti ini, spiritualitas yang notabene nya memiliki 'dua kaki' yang berpijak pada fitrah Allah dan berpijak pada kehidupan di dunia tidak dapat terkontrol dan hilang dari roh dalam hati manusia.
Spiritualitas kita sebagai seorang muslim tentu tidak hanya hadir ketika kita salat, puasa, haji, zikir, atau doa. Tetapi harus senantiasa hadir dalam kegiatan kita sehari-hari, di mana pun kita berada, dan dalam kondisi apapun diri kita.
Di daerah saya khususnya, Desa Karangjati, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang bagi saya menjadi tempat yang tepat untuk mengokohkan dua kaki spiritualitas sebagai seorang muslim. Meskipun daerah Karangjati tidak dipengaruhi oleh organisasi Islam tertentu, tetapi jiwa keislaman di sini bukan hanya sekadar identitas, melainkan dasar kehidupan yang tertanam pada roh dalam hati. Ritual ibadah yang berjalan layaknya gerbong kereta yang tidak akan mungkin meninggalkan gerbong lain sebelum berangkat ke tujuan. Artinya, masyarakat Desa Karangjati memiliki kebiasaan untuk saling mengajak untuk memakmurkan musala terdekat untuk beribadah jamaah. Kebiasaan anak-anak yang saling menghampiri ke setiap rumah menjadi pemandangan yang indah sekaligus bermakna. Riuh suara puji-pujian jamaah di musala sembari menunggu iqamah mengisi jiwa spiritualitas dalam hati. Salawat dan doa yang dirapalkan semoga di-aamiin-kan-kan oleh para malaikat yang senantiasa menjaga di pundak kanan dan kiri.
Majelis ilmu yang selalu dilaksanakan setiap hari Kamis, malam Jumat, pun menjadi agenda yang tidak bisa jamaah tinggalkan. Mengirim doa untuk para ahli kubur yang telah pergi mendahului dan membaca nama-nama Allah yang 99 angka sebagai tanda mengimani keberadaan dan keindahan-Nya.
Kegiatan tilawah Alquran setelah salat jamaah subuh selalu menjadi agenda rutin ibu-ibu dan remaja putri yang tidak akan ditinggalkan. Salah satu tokoh masyarakat dalam bidang keagamaan Islam yang ditunjuk sekaligus diamanahi untuk memberikan bimbingan bacaan Alquran, Bu Lukman, adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam kemajuan agenda tilawah ini. Beliau merupakan penggerak jiwa spiritualitas jamaah yang lain dengan cara membumikan Alquran atau membaca dan memaknai kalam-Nya.
Seperti itulah ritual ibadah yang telah berhasil menciptakan kedamaian sekaligus kebahagiaan bagi roh dalam hati kita. Jiwa kita semakin terisi dengan keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya, serta selalu mengingat bahwa kita berada di bawah naungan Allah Subhanahu wa ta'ala. Hal ini selaras dengan firman Allah yang bermakna bahwa ketika kita mencari keberadaan Allah, maka Dia akan menjawab, "Sesungguhnya Aku dekat". Begitulah Islam mendekatkan rohani kita kepada Tuhan, dengan zikrullah (mengingat-Nya) maka hati akan semakin tenang.
Kemudian spiritualitas yang tercermin di manapun dan apapun kegiatan kita, pada contohnya, jamaah Desa Karangjati adalah figur yang baik untuk dijadikan contoh dalam bermasyarakat. Karena dalam praktiknya, jamaah Desa Karangjati tidak pernah meninggalkan etika keislaman sebagaimana diatur dalam Alquran, hadist, dan pedoman lainnya. Jamaah Desa Karangjati dikenal sebagai pelopor dalam kebaikan dan senantiasa mengajak dalam kebaikan (fastabiqul khairat) kepada masyarakat yang lain. Kepada tetangga, jamaah Desa Karangjati saling mengingatkan dalam hal ibadah, seperti yang sudah dijelaskan di atas; dengan saling menghampiri untuk datang ke musala dan berangkat ke majelis seminggu sekali. Pada kesempatan pengajian di masjid pusat atau di luar daerah pun juga menjadi agenda baru akhir-akhir ini bagi ibu-ibu dan remaja putri Desa Karangjati.
Sehingga bukanlah hal yang mengejutkan apabila akhlak masyarakat Desa Karangjati bisa menjadi contoh bagi khalayak yang lain. Tutur bahasanya yang sopan, perilaku santun mencerminkan budi pekerti, dan yang paling terlihat adalah ladang sedekah yang dilakukan dengan cara tersenyum. Bukankah ini hal yang mudah dan siapapuj dapat melakukannya ? Benar, dan untuk masyarakat Desa Karangjati hal ini bagaikan program masyarakat yang hukumnya fardu ain untuk dijalankan dan diindahkan. Sebab dengan tersenyum kepada orang lain akan menunjukkan jiwa yang ramah sekaligus menghasilkan pahala jika kita memberikannya dengan perasaan yang ikhlas.
Dan satu hal lagi yang perlu disorot dari kepribadian masyarakat Desa Karangjati yang menunjukkan jiwa spiritualitas Islam, yakni sikap positif yang terpancar dalam diri. Terhadap apapun yang terjadi pada suatu atau golongan masyarakat, sikap menerima dengan prinsip sabar dan syukur ditunjukkan sebagai cara untuk mengatasinya. Sebab dalam suatu hadis telah disebutkan bahwa, ketika kita tertimpa musibah hendaknya kita bersabar, dan ketika mendapatkan kebahagiaan hendaknya kita bersyukur. Begitulah masyarakat Desa Karangjati menjalani kehidupan di dunia yang menjadi bagian dari kaki spiritualitas.
Dari uraian di atas, masyarakat Desa Karangjati telah memiliki roh yang kuat sebab menghasilkan sikap dan perilaku yang dekat dengan cahaya Tuhan.
Masyarakat Desa Karangjati sebagai manusia yang dibekali akal budi sehingga disebut makhluk termulia, menjadikan Alquran sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia. Adanya akal, syahwat, dan nafsu yang senantiasa perlu dijaga agar menjadi tiga kekuatan pokok yang bisa mengontrol kita sebagai manusia yang normal.
Dalam hal ini, masyarakat Desa Karangjati juga telah mengamalkan ilmu tasawuf sebagai sarana muhasabah atau introspeksi diri, yaitu dapat menekan egosentrisme dan hawa nafsu. Sebab dalam paparan di atas, seluruh kegiatan yang dilakukan adalah mengajak pada kebaikan. Sehingga masyarakat Desa Karangjati dapat disebut sebagai orang-orang yang memiliki al wa'yu ar ruhani (kesadaran ruhani) dan al wa'yu al-ilahi (kesadaran ketuhanan) yang artinya dapat melakukan ketentuan baik perintah maupun larangan-Nya di alam semesta.
Sehingga manfaat yang didapat dan dirasakan oleh masyarakat Desa Karangjati antara lain; mendapatkan kekuatan dari Yang Maha Besar, merasakan lezatnya beribadah kepada-Nya, dan menemukan makna dan keindahan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H