Karbit atau kalsium karbida adalah senyawa kimia (CaC2) berbentuk kristal padat berwarna abu-abu kehitaman. Karbit akan menghasilkan gas asitelin ketika bereaksi dengan uap air. Gas asetilen ini memiliki struktur kimia yang mirip dengan gas etilen alami yang akan mempercepat laju pematangan dari buah. Pengeraman dengan karbit harus dilakukan dalam keadaan tertutup yang menyebabkan kadar gas asitelin semakin besar dan laju respirasi semakin meningkat. Respirasi sendiri adalah pembakaran bahan organik menghasilkan CO2, H2O, dan energi panas. Respirasi menggunakan substrat berupa O2 dan energi yang berasal dari perombakan pati menjadi gula. Gas asitelin yang tinggi dan laju respirasi meningkat akan membuat buah menjadi cepat matang mengakibatkan terjadinya buah menjadi lebih lunak, manis, dan terjadi penyusutan bobot. Pengeraman dengan menggunakan karbit dapat dilakukan dengan cara memasukkan pisang dan karbit ke dalam karung goni. Selain karung goni, penempatannya dapat ditempatkan di plastik polypropylene (pp), karung plastik, dan kardus.
Karbit yang mudah didapatkan dan murah menjadi alasan petani menggunakan karbit untuk pemeraman. Namun, melakukan pematangan buah dengan karbit memiliki efek yang berbahaya bagi tubuh. Buah yang dimatangkan dengan karbit mengandung unsur logam berat berbahaya, seperti fosfor dan arsenik pada kulit dan daging buah. Mengonsumsi buah yang dimatangkan dengan karbit dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya pada tubuh, seperti gangguan pernafasan, mual-mual, muntah, dan pusing. Selain itu, buah yang dimatangkan dengan karbit menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat menyebabkan buah cepat rusak yang ditandai dengan bintik-bintik coklat pada permukaan kulit.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H