Mohon tunggu...
Bagas De
Bagas De Mohon Tunggu... -

Buruh sosial. Tinggal dan bekerja di Slovakia-Eropa Tengah. Aslinya, Anak Kampung, dari Nehi-Enoraen, ntt. Laman blog pribadi: www.confessionoflife21.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politisasi "Kisah Tiga Orang Buta dan Gajah"

26 Juni 2018   22:12 Diperbarui: 26 Juni 2018   22:12 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Blind Men/George Hodan/nishsniche.com

Perbedaan penafsiran atau pemaknaan juga terjadi pada persoalan-persoalan berikut. Sebut saja misalnya, 1) naik turunnya nilai tukar rupiah; atau 2) volume utang negara; atau 3) masifnya proyek-proyek infrastruktur pemerintah, mis. jalan-jalan tol, bandar udara, bendungan, pos-pos lintas batas; atau 4) program satu harga bbm; atau 5) pengadaan sarana transportasi modern, semisal Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT); termasuk 6) persoalan besaran gaji Badan Pembina Ideologi Pancasial (BPIP); dll.

Kalau saja kebenaran deskripsi tentang gajah layaknya pipa lurus dari si buta yang menyentuh belalai gajah, atau gajah itu layaknya permadani yang lebar dan kasar dari si buta yang menyentuh telinga gajah, atau gajah itu layaknya tiang lurus yang kokoh dari si buta yang menyentuh kaki gajah bisa kita pahami, maka kita pun bisa menemukan kebenaran tertentu manakala muncul ke permukaan publik perdebatan oleh karena perbedaan penafsiran/pemaknaan atas persoalan-persoalan sosial-politis di atas.

Problemnya adalah progres kerja dan hasil positif yang dicapai pemerintahan Jokowi kerap diabai dan atau ditafsir kubu oposisi sebagai bahan kampanye atau materi propaganda politik dari kubu Jokowi untuk kepentingan pilpres 2019. Dan sebaliknya, kritik dari kubu oposisi kerap ditafsir pemerintah, termasuk kubu Jokowi, sebagai muslihat kubu oposisi untuk merong-rong kekuasaan pemerintahan yang sah dan atau menggerus faktor popularitas-elektabilitas Jokowi di - jelang - pilpres 2019. Itu asumsinya.

Kalau saja asumsi di atas benar, maka tesis "setiap realisasi proyek infrastruktur merupakan tugas/kewajiban pemerintah demi pemenuhan kebutuhan rakyatnya" dan "setiap kritik dari oposisi terhadap pemerintah merupakan hal yang niscaya dalam prinsip demokrasi checks and balances" sudah selayaknya dipugar kembali. Sebab tesis itu sudah kabur atau kehilangan maknanya oleh karena laku anomali politik-us. Mungkin ini yang disebut ironi demokrasi jelang pilpres 2019.

Sebagai catatan penutup, saya lampirkan refleksi politik JH Robinson (1869-1936), Sejarawan AS. JH Robinson bilang, "Kampanye politik dirancang [politisi] untuk pesta pora emosional dan berusaha untuk mengalihkan perhatian [masyarakat] dari hal atau isu-isu yang riil, ...". Di sini, di atas pentas politik Indonesia, begitu banyak isu sosial-politik yang bergelinding di waktu belakangan ini.

Lantas, pertanyaannya adalah hal atau isu mana saja yang tergolong riil di jelang pilpres 2019? Anda bebas untuk menyikapinya, dan seyogyanya disikapi pula dengan bijak dan mata terbuka.  Selamat Hari Raya Idul Fitri 2018. Wasalam (bagas de')

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun