Mohon tunggu...
Bagas De
Bagas De Mohon Tunggu... -

Buruh sosial. Tinggal dan bekerja di Slovakia-Eropa Tengah. Aslinya, Anak Kampung, dari Nehi-Enoraen, ntt. Laman blog pribadi: www.confessionoflife21.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politisasi "Kisah Tiga Orang Buta dan Gajah"

26 Juni 2018   22:12 Diperbarui: 26 Juni 2018   22:12 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Blind Men/George Hodan/nishsniche.com

Perayaan Idul Fitri 2018 baru saja usai. Ada banyak ragam cerita yang turut mewarnai perayaan ini. Dari sekian cerita yang terekam, kisah tentang macet dan atau lancarnya arus mudik 2018 cukup memancing perhatian dan perdebatan publik. Mengapa?

Boleh jadi, macet dan atau lancarnya arus mudik 2018 kerap ditautkan dengan proyek-proyek infrastruktur pemerintah (mis. jalan-jalan tol) di bawah kendali Joko Widodo (Jokowi), salah satu calon kompetitor pilpres 2019.

Hal terakhir, soal Jokowi sebagai salah satu calon kompetitor pilpres 2019, hemat saya, sedikit banyak menjadi pemicu besarnya buih perdebatan khalayak ramai soal kesahihan macet dan atau lancarnya arus mudik 2018.

Perdebatan politis itu dapat dimaklumi. Sebab, dari sudut pandang tertentu, korelasi kausalitas antara arus mudik 2018 dan proyek-proyek infrastruktur pemerintah saat ini merupakan salah satu materi propaganda politik yang tampan - dan punya 'kekuatan magis' untuk menarik simpati massa - di jelang pesta politik 2019.

Kritik dan sanggahan tentang macet dan atau lancarnya arus mudik 2018 di antar politisi - oposisi dan pemerintah - plus kelompok-kelompok pendukungnya, termasuk kesaksian sumbang dari para pemudik kemudian secara silih berganti menyesah telinga publik.

Sebagai sampel, kita sebut beberapa. Fadli Zon bilang, "Pembangunan infrastruktur jalan bagus-bagus saja, tapi belum tentu dapat atasi kemacetan. Sudah jelas banyak kemacetan dan bahkan contraflow jadi yang terpanjang dalam sejarah Republik Indonesia. Kemacetan parah juga menandakan kegagalan pemerintah memprediksi puncak kemacetan." (detikcom, 21/6/2018)

Sedang Jusuf Kalla bilang, "Infrastrustur kita sudah lebih baik. Jadi, tidak ada lagi kemacetan parah, seperti dua tahun lalu ada Brexit (Brebes exit). Hal yang pertama, liburan panjang sehingga yang mudik itu punya kesempatan dan yang kedua, infrastruktur kita sudah lebih baik." (Republika, 21/6/2018).

Luqman, salah satu pemudik 2018, juga punya pengalaman. Luqman bilang, "Pagi ini pukul 02.00 WIB, posisi baru memasuki Km 54. Seluruh ruas jalan dari Bekasi melewati Tambun-Cikarang sangat padat. Dan situasi pagi ini di Km 54 kendaraan bergerak hanya 20-30 km/jam sangat menguras stamina, fisik, dan tenaga." (detikcom, 13/6/2018).

Ada juga cerita yang lain. "Pengalaman mudik kali ini, tahun 2018, sungguh luar biasa. Betapa tidak, dari sejarah mudik yang sudah saya mulai tahun 2012, tahun 2018 ini merupakan yang tercepat, ternyaman, dan terlancar. Jakarta-Jepara yang jaraknya +/-500 km, saya tempuh dalam 12 jam perjalanan (termasuk istirahat 2 jam, dan kegiatan remeh temeh: isi BBM, toilet)," demikian cerita Arie Nugroho, salah satu pemudik 2018. (detikcom, 11/6/2018).

Deretan sampel perdebatan dan pengalaman soal arus mudik 2018 di atas, hemat saya, sangat membantu kita untuk bersikap objektif dalam penilaian pada kasus "macet dan atau lancarnya arus mudik 2018 dan korelasinya dengan proyek-proyek infrastruktur (jalan tol misalnya) yang dibangun pemerintah."

Cerita sufi dari Negeri Ghor, India, tentang Tiga Orang Buta dan Gajah seakan mengalami reformulasi secara unik dalam dunia politik tanah air. Satu entitas sosial-politik bisa dipahami atau dimaknai secara berbeda oleh setiap - sebut saja - "aktris politik" sesuai dengan kepentingan politiknya masing-masing. Ini tidak hanya tentang persoalan macet dan atau lancarnya arus mudik 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun