Mohon tunggu...
Bagas De
Bagas De Mohon Tunggu... -

Buruh sosial. Tinggal dan bekerja di Slovakia-Eropa Tengah. Aslinya, Anak Kampung, dari Nehi-Enoraen, ntt. Laman blog pribadi: www.confessionoflife21.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sehari Semalam di Oies-Italia Utara

20 Agustus 2016   18:06 Diperbarui: 20 Agustus 2016   18:42 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Dekat Perbatasan Italia dan Austria./dokumenpribadi

Bagi anda yang ingin rehat sejenak dari kebisingan hidup di wilayah perkotaan, di sinilah tempatnya. Oies di Italia Utara.

                                                                           ***

Sesaat sebelum anda memasuki kota kecil di daerah pegunungan Alpen ini, ada sudah disuguhi dengan indahnya jalan penuh kelokan yang menggantung di sisian bukit-bukit nan curam.

Anda pun akan terkesima dengan suguhan deretan terowongan yang meretas bukit-bukit indah penuh jejeran pohon-pohon pinus dan cemara.

Jalur Terowongan Peretas Bukit./dokumenpribadi
Jalur Terowongan Peretas Bukit./dokumenpribadi
Sedang di bagian lain, di sisi kiri dan atau kanan jalan, danau-danau kecil menghampar bagai hiasan tambahan nan unik melengkapi kanal-kanal kecil penuh irama-berisik aliran air yang tak kenal lelah turun dari pegunungan.

Di Awal Pagi./granrisa.it.dokumen
Di Awal Pagi./granrisa.it.dokumen
Di Oies, tarian alam khas Italia bagian Utara siap-setia menyambutmu dengan sumringah. Hawa dingin segera menyusuri tiap jengkal kulit tubuhmu dengan pesona alaminya.

Pun aroma pegunungan Alpen tak kenal malu segera menyusup masuk dan melekat erat di dinding-dinding rongga indra penciumanmu.

Namun, ia tetap memanja matamu dengan suguhan segarnya hamparan lahan gandum dan jagung yang membentang luas-menghijau.

Di awal pagi, kabut tipis kembali hadir menemani hawa dingin dan aroma pegunungan yang ditinggal sejak tengah hari kemarin. Ketiganya bersisian lagi menghembus seolah mencoba menghalau terik matahari musim panas di atas lanskap alami penuh warna hijau dominan.

Di sini, di kota kecil layaknya palungan raksasa ini, rasanya kita selalu berada di ujung pagi di sepanjang waktu. Mungkin bagi mereka, ini tradisi yang lumrah sebagaimana biasanya hari-hari di musim-musim panas yang telah berlalu.

Di Akhir Pagi./dokumenpribadi
Di Akhir Pagi./dokumenpribadi
Di seberang sana, para petani dengan mesin-mesin traktor modern pembajak tanah ladang, pun petani dengan mesin-mesin modern pemotong dan pengumpul rumput selalu terlihat sibuk di penghujung senja dan di awal pagi.

Sedang, sapi-sapi penghasil susu selalu terlihat bergerombol sibuk memamah rerumputan hijau di alam terbuka. Rupanya, bawaan musim semi belum mau berlalu di tengah paparan musim panas yang sudah berjalan separuh.

Di Ujung Senja./talkingreatail.com
Di Ujung Senja./talkingreatail.com
Di sini, di kota mungil bagian Tyrol Selatan, gedung-gedung pencakar langit khas kota Roma tidak mau menampilkan diri. Pun gedung-gedung gereja yang besar nan indah khas kota Vatikan enggan menampakkan diri.

Juga tren dan mode busana masa kini khas kota Milan urung memamerkan diri. Lagi, kebiasaan himpit-himpitan rumah-rumah hunian penduduk khas kota-kota padat penduduk nampaknya belum mau memajang di sini.

Rumah Penduduk Oies di Kaki Pegunungan Alpen/dokumenpribadi
Rumah Penduduk Oies di Kaki Pegunungan Alpen/dokumenpribadi
Di sini, di Oies, mereka tidak punya cukup cerita tentang gaya hidup khas orang-orang elit di kota. Mungkin, mereka enggan merusaki kekhasan gaya hidup pedesaan di kaki pegunungan Alpen.

Kalau saja anda berkesempatan melawati kota ini, janganlah lupa mampir di rumah Josef Freinademetz atau Fu Shen Fu (1852-1908).

Fu Shen Fu tidak hanya dikenal dan dihormati di tanah kelahirannya, Oies. Ia juga dikenal dan dihormati dalam Gereja Katolik dan Komunitas Serikat Sabda Allah sebagai imam dan misionaris sejati yang telah mempersembahkan seluruh dirinya untuk orang-orang di Shandong Selatan-Cina.

Di sini, di atas tepian bukit ini, berdiri rumah kelahiran Fu Shen Fu atau - oleh keluarga dan orang-orang Oies ia dipanggil dengan nama - Giusseppe Freinademetz dengan sentuhan arsitektur Cina yang khas. Rumah Giusseppe mungkin merupakan satu-satunya rumah penduduk Oies yang sepenuhnya khas model Cina di bentangan kaki pegunungan Alpen. Atau? Ah...Entahlah.

Kapela Sint Fu Shen Fu./dokumenpribadi
Kapela Sint Fu Shen Fu./dokumenpribadi
Di rumah ini, anda akan diajak untuk sedikit merenung tentang arti sebuah pengabdian dan pemberian diri bagi Allah dan sesama.

Kepada keluarganya, Giusseppe menulis, “Vi dico la verità: io amo la Cina e i Cinesi e vorrei morire mille volte per loro, e voglio restare cinese anche in Cielo” (Aku berkata kepadamu, sesungguhnya: Saya mencintai Cina dan orang-orang Cina, dan saya akan mati seribu kali untuk mereka, dan bahkan di surgapun saya ingin tetap menjadi seorang Cina).

Sejenak, diam. Tinggal detak jarum jam di dinding itu yang masih terdengar.              

Sinar matahari menyusupi kisi-kisi jendela. Sedang kabut tipis perlahan meninggalkan perbukitan. Namun, aroma pegunungan Alpen yang masih terasa dan bawaan musim semi di tengah musim panas yang berjalan separuh tetap diam membisu.

Nuraniku lelah mengembara, terhenti-meredup digigit rasa gundah. Mengapa? Entahlah. Saya tak tahu.

Perlahan kursi tua itu berderak, dan bebas jua.

                                                                           ***

Di sini, di rumah Fu Shen Fu di kaki pegunungan Alpen, di kota kecil Oies-Italia Utara, saya sudahi cerita dan pengembaraanku yang tanggung.

Oies-Italia Utara, Agustus 2016

bagas de'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun