Namun apa lacur. Di seberang sini, PDI-P masih menabuh genderang perangnya yang lain. Digawangi Junimart Girsang dan Adian Napitupulu, dipadu keterangan para mantan TA yang mengaku dipecat dari TA karena berbuat curang dan menipu dalam pengumpulan KTP, PDI-P coba memblow-up isu "Rp 30 Miliar dari pengembang telah mengalir ke rekening TA, relawan pendukung Ahok."
Genderang perang PDI-P dengan tulisan "30M ke rekening TA" ditabuh berbarengan dengan momentum (1) pengumuman KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) bahwa Ahok bersih dalam kasus RS. Sumber Waras, (2) Golkar menyatakan dukungannya untuk Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta, dan (3) TA mengumumkan pencapaian pengumpulan satu juta KTP ke tengah publik. Kisah deparpolisasi dan nafsu jabatan sudah tidak lagi menarik, dan Ahok sudah lama pergi. Mungkinkah kisah 30M bisa menarik kembali Ahok dalam genggaman PDI-P? Kita patut menunggu, sebab para kader parpol sedang mengonstruksi ceritanya.Â
Runutan kisah relasi, aksi dan reaksi politik PDIP-P dan Ahok selalu menarik untuk diikuti. Layaknya hembusan angin, rasanya anda sedang menggenggam pola keberpihakan politik PDI-P terhadap Ahok jelang Pilkada DKI Jakarta 2017, namun serentak anda sadar bahwa tidak ada bukti riil di atas telapak tangan anda. Kalaupun ada, bukti itu selalu berbicara dari sisi antagonis. Aneh bukan? Atau, mungkin ini yang disebut "dinamika PDI-P dalam ber-politik".
Terlepas dari dinamika, skenario dan tujuan politik apa yang hendak diraih PDI-P jelang Pilkada DKI Jakarta 2017, namun untuk sikap politik kucing-kucingan ala PDI-P atas Ahok saat ini, publik layak untuk bersiul sumbang: "PDI-P, Yang Jantan Dong!" Itu saja dulu deh. Wasalam. (bagas de')
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H