Sedangkan lewat verifikasi, kebenaran hipotesis ini bisa diuji dengan hal-hal berikut. Volume banjir yang menurun drastis di setiap musim penghujan; Ruang Publik Terpadu Ramah Anak dan Ruang Terbuka Hijau yang mulai ditata; rumah-rumah susun yang sudah dan sedang dibangun; armada transportasi umum yang terus ditambah dan diremajakan; transparansi penggunaan dan pengelolaan keuangan daerah; Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat; normalisasi kali dan sungai yang kian membaik; urusan administratif di kantor-kantor pemerintah yang mulai relatif cepat; dan lain-lain.
Kalau begitu runutan kisahnya, lantas apa penilain akhir tentang Ahok sebagai simpulan? Anda bebas menentukannya. Jika hipotesis itu perlu direformulasi, lakukanlah! Atau, jika hipotesis itu perlu dipertahankan, pertahankanlah!
Kebenaran hipotesis-hipotesis di atas, Ahok adalah Politisi Yang Bersih KKN dan Ahok adalah Gubernur Yang Sukses Membangun Provinsi DKI Jakarta, akan terus diuji sepanjang Ahok tidak mundur dari dunia politik.
Inikah yang diharapkan dan dimaksud Ahok tentang pembuktian terbalik dalam karier politiknya? Entahlah. Mungkinkah model pembuktian terbalik itu mirip dengan prinsip falsifikasi Popper, cerita yang saya dengar di depan Universitas Vienna tadi? Mungkin.
Banyak pertanyaan mengalir begitu saja, namun selesai dengan titik simpul yang ambang. Toh setiap pertanyaan tidak harus atau wajib dijawab. Pun semua jawaban yang kita berikan kerap tidak menjawabi pertanyaan secara tepat. Di sini, Sint Gabriel di kota Mödling-Austria, saya sudahi cerita ini. Itu saja dulu deh. Wasalam
Bagas De'
Alumnus STFK Ledalero. Tinggal di Nitra, Slovakia