Mohon tunggu...
Bagas De
Bagas De Mohon Tunggu... -

Buruh sosial. Tinggal dan bekerja di Slovakia-Eropa Tengah. Aslinya, Anak Kampung, dari Nehi-Enoraen, ntt. Laman blog pribadi: www.confessionoflife21.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antara "Teman Ahok" (Indonesia) dan "Dobrovoľník Pavol" (Slovakia)

27 Februari 2016   23:19 Diperbarui: 28 Februari 2016   01:03 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penutup

Fenomena kelompok pendukung adalah hal yang lumrah dalam dunia dan kompetisi demokrasi. Namun akhir-akhir ini ia menjadi begitu populer. Mungkin lagi ngetren. Ada hal menarik dari kelompok-kelompok ini, entah ProJo, Teman Ahok, atau Dobrovoľník Pavol, atau apalagi yang bakal muncul di kemudian hari, yakni soal track record politisi dan kepercayaan masyarakat. Bahwa rekam jejak seseorang mampu membentuk dan menebalkan keyakinan masyarakat, dan kemudian menggerakkan mereka untuk secara sukarela mendukung dan mempercayakan nasib hidupnya pada-calon-politisi bersangkutan. Atau sederhananya, anda (baca: politisi) berbuat baik, maka orang akan percaya pada anda. Sebagai akibat lanjutan, anda mendapat banyak teman, atau siapa pun rela dan mau menjadi teman anda.

Soal teman, seorang Sosiolog Prancis pernah menulis begini, "Dalam hidup, anda dapat memilih rekan, teman, atau sahabat sesuai dengan kebebasan dan keinginanmu. Kalau ia baik anda dapat berteman atau bersahabat dengannya. Tetapi kalau dia buruk atau jelek, anda dapat membuangnya. Tetapi soal keluarga, anda tidak dapat memilih. Anda hanya bisa menerimanya. Baik ataupun buruk, dia tetap adalah keluargamu." Nah, sebagai penutup, ada padamu, ada pada kita, tidak hanya Pa Jokowi atau Pa Ahok.

Ada juga Pa Haji Lulung L, Pa M. Taufik, Pa Yuzril Iza Mahendra, Pa Farhat Abas, Pa Ahmad Dani, Ibu Wanita Emas, dan yang lainnya. Mereka juga punya cerita dan rekam jejak, juga teman. Mari menilai dan sekaligus -kalau bisa- mengakrabi mereka, entah sebagai teman, ataupun sebagai keluarga dalam kompetisi demokrasi kali ini. Tetapi dengan catatan, ini bukan hanya soal kompetisi tetapi juga soal kesehatan dan kemajuan berdemokrasi-politik. Sebab, hal itu berkaitan erat dengan kemaslahatan hidup orang banyak sekarang dan ke depan. Dan tentu saja, lebih dari kadar teman-temanan di Tanah Abang, atau teman-temanan di Kalijodo. Itu saja dulu deh. Wasalam.

 

Bagas De'

Alumnus STFK Ledalero

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun