Mohon tunggu...
arminanti yuantomo
arminanti yuantomo Mohon Tunggu... -

anak kecil masih sekolah. dalam tahap bermain dan belajar di belakang kamera

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tugu Jogja Punya Cerita

12 Desember 2015   13:10 Diperbarui: 12 Desember 2015   13:43 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="tugu Jogja malam hari"][/caption]Letak Tugu Jogja

Tugu Jogja adalah salah satu ikon yang sangat terkenal dari Jogja, tidak lengkap rasanya jika seorang wisatawan yang datang ke Jogja belum berkunjung, berfoto bahkan belum melewati tugu jogja ini. Letaknya di tengah perempatan jalan strategis di pusat kota, yakni Jalan Pangeran Mangkubumi (Selatan), Jalan Jenderal Sudirman (Timur), Jalan AM. Sangaji (Utara) dan Jalan Pengeran Diponegoro (Barat).

Sejarah Tugu Jogja

Tugu Jogja dibangun oleh Sri Sultah Hamengkubuwono I sekitar setahun seteah dibangunnya Keraton Yogyakarta, kurang lebih tiga abad yang lalu. Awal mula dibangun, tugu jogja disebut sebagai Tugu  Golong Gilig karena bentuknya yang seperti silinder (Golong) pada bagian tiangnya dan bentuk bulat (Gilig) pada bagian puncaknya. Golong Gilig menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, penggambaran dari semangat persatuan rakyat yang saat itu tengah dijajah oleh Belanda.

Pertama kali dibangun, Tugu Jogja memiliki ketinggian hingga 25 meter. Namun karena adanya gempa dahsyat yang mengguncang Jogjakarta pada tanggal 10 Juni 1867, tugu jogja runtuh sekitar sepertiganya sehingga direnovasi oleh Belanda dan diresmikan oleh Sri Sultan HB VII pada 3 Oktober 1889 menjadi bentuk yang sangat berbeda dari sebelumnya. Bentuk awal dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I berbentuk silinder, dan setelah direnovasi menjadi bentuk persegi yang diberi prasasti ditiap sisinya sebagai bukti siapa saja yang terlibat dalam renovasi tersebut.

Bentuk puncak tugu juga berbeda menjadi runcing ke atas seperti bentuk tanduk unicorn. Sejak perubahan tersebut nama istilah Tugu Jogja juga beribah dari tugu Golong Gilig menjadi De Witt Pal atau Tugu Pal Putih. Ketinggian tugu juga berkurang 10 meter, yakni sekarang menjadi 15 meter.

Faktanya…

  1. Tugu Jogja dianggap sakral oleh sebagian orang karena letaknya yang berada di tengah-tengah garis imaginer. Dari satelit dapat dilihat jika Pantai Parang Kusumo, Keraton Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi berada dalam satu garis lurus. Filosofinya bahwa tugu merupakan simbol Manunggaling Kawulo Gusti yang berarti bersatunya antara rakyat dengan penguasa. Merapi dan pantai merupakan titik api dan air. Keraton yang dibangun ditengah merapi dan pantai merupakan titik keseimbangan antara keduanya. Keraton merupakan titik keseimbangan vertikal dan horizontal. Keseimbangan horizontal dilambangkan oleh laut selatan yang menggambarkan hubungan antara manusia dan manusia. Sedangkan keseimbangan vertikal dilambangkan oleh gunung merapi yang menggambarkan hubungan manusia dengan sang pencipta
  2. Kawasan Tugu Jogja selalu ramai pengunjung. Semakin mendekati malam hari, maka semakin ramai kawasan tersebut oleh wisatawan yang ingin foto bersama tugu jogja. Namun di siang hari pun juga tak kalah ramai oleh kendaraan yang melintas.
  3. Beberapa waktu yang lalu, terjadi insiden mencoret-coretkan cat merah pada salah satu sisi tugu jogja oleh seorang turis wanita mancanegara asal Ceko yang langsung diamankan oleh warga dan polisi.
  4. Beredar mitos jika seseorang yang berfoto di Tugu Jogja bahkan sampai memegang tubuh tugu ini, dipercaya orang tersebut akan lulus lama. Maksutnya dia akan menjadi salah satu mahasiswa yang paling betah dengan status mahasiswanya, bahkan kalau-kalau sampai DO. Hanyalah sebuah kepercayaan dari diri sendiri memang. Namun dari mitos ini kita dapat mengambil pelajarannya bahwa di era modern saat ini yang teknologi telah mumpuni bahkan dikalangan anak muda yang kekinian untuk tidak hanya sibuk berfoto ataupun hanya nongkrong di tugu, maupun tempat-tempat lain saja, namun tetap sibukkan kewajiban utama yaitu belajar.

Dan masih banyak lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun