Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang memiliki pekerjaan untuk terus membangun dan membangun. Perkembangan yang dilakukan bangsa Indonesia sendiri tidak lepas dari beberapa permasalahan terutama dikalangan masyarakat Indonesia seperti masalah kemiskinan, bencana alam, pertikaian antar suku, dan masih banyak lainnya.
Salah satu masalah yang dimiliki masyarakat Indonesia dan memiliki dampak berarti bagi masyarakat sosial Indonesia yaitu komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup tanpa orang lain. Dengan adanya komunikasi dan berinteraksi dengan baik, manusia bisa dengan mudah saling tolong menolong bahkan bisa mempercayai satu sama lain.
Pada abad 21 ini, komunikasi dengan mudah dapat kita lakukan dengan siapa saja dan kapan saja. Penggunaan alat elektronik mempermudah segala komunikasi ke segala penjuru bumi. Tidak hanya komunikasi via telepon saja, komunikasi antar manusia sangat bisa dilakukan dengan surat kabar elektronik, surat elektronik atau yang biasa disebut email, maupun melalui sosial media yang saat ini jumlahnya tidak sedikit. Bahkan kebutuhan listrik sebagai energi utama alat elektronik saat ini sudah setara dengan kebutuhan pokok sehari-hari yang berupa sandang, pangan, papan dan ditambah dengan colokan.
Alat elektronik khususnya hand phone lah yang paling berkembang saat ini. Hand phone ditemukan pertama kali pada tahun 1973 dan dikembangkan pada tahun 1983 adalah perkembangan dari telepon kabel yang diciptakan oleh seorang karyawan Motorola bernama Martin Cooper. Hingga kini hand phone sendiri telah berkembang menjadi ponsel pintar (smartphone) yang dapat membantu kegiatan manusia dengan mudah dan praktis. Alat elektronik yang canggih bukan lagi menjadi barang langka dikalangan masyarakat. Dari kalangan ekonomi atas hingga kalangan menengah ke bawah.
Berbagai merek smartphone yang berkembang hingga saat ini memang menawarkan beragam kecanggihan yang mampu membuat aktivitas manusia menjadi lebih efektif dan instan, namun tak semua berakibat baik dikehidupan bersosial. Dengan alat canggih yang mereka miliki, orang-orang cenderung menjadi anti sosial. Mengapa harus capai keluar rumah jika bisa berkomunikasi via telepon? Mengapa harus kotor-kotor bermain di luar kalau di rumah ada game yang lebih bersih tanpa harus bermain tanah?
Salah satu contoh di desa Brosot, Kulonprogo, Yogyakarta. Sekitar tahun 1980an dari sepuluh rumah yang ada, hanya satu-dua saja yang telah menggunakan listrik di rumahnya. Dengan minimnya listrik, televisi hanya akan ditemukan di kantor kelurahan. Bahkan telepon kabel di Galur, Kulonprogo, Yogyakarta saat itu masih menjadi barang yang lebih langka dari keberadaan listrik. Sehingga masyarakat setempat lebih memilih menggunakan kantor pos untuk bertukar kabar kepada kerabat yang berada jauh dari mereka.
Dengan keterbatasan yang mereka punya untuk berkomunikasi, masyarakat saat itu tidak ada sungkan untuk saling mengunjungi walau terbilang jauh dan lebih sering saling menyapa satu sama lain. Kerja bakti tanpa pamrih, ibu-ibu berdatangan untuk membantu memasak di satu rumah pemilik hajatan (rewang), mengantarkan jenazah atau ikut menguburkan masih menjadi hal-hal yang biasa dilakukan saat itu.
Dengan demikian, kehidupan masyarakat Indonesia kini sedikit banyak telah berubah. Dengan adanya listrik, kebutuhan masyarakat pun berubah, dan perubahan itu berdampak juga pada perilaku masyarakat di lingkungan sosial sendiri. Kebutuhan akan listrik merambah ke kebutuhan alat elektronik maupun alat elektronik, dan akan berkembang selalu setiap harinya. Namun tidak selamanya perubahan-perubahan itu menjadi hal buruk dan tidak semua yang dianggap buruk itu salah.
Â
Sumber:
www.wikipedia.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H