Mohon tunggu...
amirotul choiriah
amirotul choiriah Mohon Tunggu... masih mahasiswa, sedang berjuang menyelesaikan skripsi -

suka jalan-jalan, nonton film, membaca dan menulis | mahasiswi Jurusan Ilmu Perpustakaan 2011 Universitas Diponegoro cerita lain : http://amirria.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Kerajaan Semut

7 November 2015   22:54 Diperbarui: 7 November 2015   23:01 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Amirotul Choiriah- No. 22

pagi ini udara segar menyapa penduduk desa dengan kesejukan yang ikhlas. Kesejukan itu disebarkan secara merata dan dapat dinikmati oleh mahluk-mahluk ciptaan Tuhan yang sedang berada di Desa yang terkenal akan perdagangan makanan yang beraneka ragam.

            Semua penduduk desa tengah sibuk dengan rutinitas kesehariannya. Dan seperti pagi sebelumnya, pagi ini pun tetap sama. Para penduduk seperti robot yang menjalankan rutinitasnya yang itu-itu saja dan berulang setiap paginya. Menakar adonan makanan, lalu meraciknya jadi satu, kemudian adonan makanan itu di masak hingga menjadi satu jenis makanan yang menggugah selera. Setelah makanan itu siap lalu disajikan di kedai dan diperjualkan untuk para pendatang atau penduduk setempat. Desa ini memiliki banyak makanan khas dan itu beraneka ragam, sehingga pendatang pun bisa memilih makanan yang belum pernah ia cicipi sebelumnya.

            Selain manusia, penghuni tetap di Desa ini pun bermacam-macam. Paling banyak mendominasi adalah semut. Ya, di Desa ini terdapat kerjaan semut yang tersohor dan dihormati oleh berbagai kerajaan semut di Desa lain. Sebab, kerajaan semut di Desa ini sangat kaya akan makanan. Harta yang dimiliki kerajaan semut ini sangat melimpah ruah.

            Pagi ini sang ratu semut pun menyiapkan barisan semut untuk mengecek kondisi para pasukannya. Diharapkan semua pasukan semut dalam keadaan sehat dan kondisi yang bagus supaya bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhan makanan kerajaan. Tak lupa pemanasan sebelum berangkat bekerja agar bisa melewati serangan dari manusia bila ketahuan mengambil serpihan-serpihan makanan. Pasukan semut dilatih oleh ketua pasukan dengan keras agar mereka kuat dengan tindakan manusia yang kadang semena-mena menginjak mahluk yang sama-sama ciptaan Tuhan ini.

pasukan semut dilatih untuk bisa berlari cepat ketika tangan usil manusia mendekati tubuh mereka. Pasukan semut juga dilatih ketahanan fisik agar sanggup melewati kapur ajaib yang kadang mengitari di sekitar meja makan. Semua itu dilakukan supaya kerajaan semut di Desa ini makmur. Sebab, kekayaan kerajaan semut adalah dlihat dari rakyatnya yang tercukupi kebutuhan makanan. Stok makanan di gudang pun juga menjadi salah satu kejayaan kerajaan semut. Terkadang, rakyat di kerjaaan semut membantu kebutuhan makanan di kerajaan desa lain yang membutuhkan. Salah satu sifat dasar semut adalah saling membatu satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan makanannya, tak heran jika manusia sering melihat usaha semut dalam mencari makanan dengan cara gotong royong. Bersama-sama dalam mencari makanan dan hasil yang didapat pun dapat dirasakan oleh semua kalangan semut.

“nah pasukanku, pagi ini ku harap kalian siap untuk bekerja. Ku harap hasilnya lebih memuaskan daripada kemarin. Mengerti?” titah ratu semut pun diiyakan oleh pasukan yang berbaris rapi di depan mimbar tempat sang ratu berdiri.

“ku minta, jaga diri kalian karena banyak rintangan yang akan kalian hadapi disana. Bekerja tidak hanya menggunakan fisik saja, tapi kecerdikan kalian pun diperlukan. Kalian harus bisa mendapatkan makanan itu dan kembali dengan selamat. Semoga hari ini tidak ada korban” sang ratu pun memberi petuah kepada pasukan semut. Setiap hari petuah yang ia berikan kepada sang semut sebelum berangkat bekerja adalah sama. Kata-kata yang sama menjadi sarapan pagi untuk para pasukan semut. Dan, setiap hari pula selalu ada pasukan semut yang menjadi korban dari keganasan manusia dalam menyingkirkan keeksistensian semut.

Setelah menyiapkan diri dengan matang, pasukan semut pun berbaris dan berjalan menuju lokasi yang menjadi tujuannya dalam meraup makanan. Ia melewati lantai yang banyak akan minyak. Pasukan semut tidak perlu khawatir untuk terpeleset dikala berjalan dilantai yang licin. Tubuh mereka seimbang dengan dua tangan dan dua kaki yang sejajar letaknya.

Pasukan semut berjalan menaiki meja kayu. Bau menyeruak diatas meja sudah tercium oleh pasukan semut. Mereka pun mengikuti arah dimana sumber bau tersebut. Para manusia tengah sibuk menyiapkan berbagai resep makanan untuk disajikan lalu dijual supaya mendapat uang lebih. Para manusia tidak tahu akan kehadiran pasukan semut yang berbondong-bondong datang untuk bekerja mencari secuil makanan demi kemakmuran kerajaan semut.

Perjuangan pasukan semut tidak segampang itu dalam mendapatkan makanan. Pengorbanan yang banyak telah ia berikan demi kerajaan. Di meja ini, pasukan semut mendapati serpihan putih yang mengelilingi meja. Bagi semut, itu seperti benteng yang harus mereka panjat untuk sampai ke tujuan awal. Itu adalah kapur ajaib. Bila pasukan semut melewati kapur ajaib itu, maka tubuhnya akan kepanasan sebab zat kimia yang terkandung dalam kapur ajaib itu dapat meracuni sistem pernafasan semut, sehingga efek yang ditimbulkan adalah ketidaksadaran diri pada semut yang lambat laun kematian akan merenggut nyawa pasukan semut.

Pasukan semut tidak boleh gegabah. Dalam melakukan pekerjaannya ini, mereka dituntut untuk berpikir cerdas. Lalu, mereka mencari celah barangkali ada jalan masuk untuk menuju makanan yang tersaji diatas piring raksasa. Pasukan semut pun mengitari benteng pertahanan tersebut, mereka berpencar.

Setelah lama mencari, ada jalan masuk yang menghubungkan pasukan semut dengan makanan. Sendok yang tergeletak secara tengkurap di bibir piring, menjadi jalan pasukan semut menuju makanan. Posisi kepala sendok di bibir piring sementara kaki sendok ada di meja dan melewati kapur ajaib sehingga menjadi peluang pasukan semut untuk menyebrangi benteng kapur ajaib lalu menuju langsung ke piring yang terdapat makanan disana.

Saatnya pasukan semut bekerja! Ketua pasukan yang ada di depan barisan pun mengambil secuil makanan sesuai kemampuannya lalu diberikan kepada semut yang dibelakangnya, lalu kemudian diberikan ke semut dibelakangnya lagi dan begitu seterusnya. Sistem estafet ini meringankan beban pasukan semut dan mempercepat pekerjaan. Pasukan semut membuat barisan yang sangat panjang dari posisi meja sampai ke kerajaan. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Pepatah tersebut menjadi pedoman pasukan semut dalam bekerja.

            Lalu, guncangan terjadi dan seluruh pasukan semut yang berada di posisi diatas meja pun berhamburan kemana-mana. rupanya manusia mengangkap basah kelakuan pasukan semut yang mengambil makanan di atas meja. Manusia itu pun menggebrak meja makan dan mengguncang-guncangkan piring yang berisi makanan dengan kasar. Para semut pun tak dapat mengelak goncangan itu lalu tubuh mereka terpental kemana-mana. Beberapa dari mereka terjatuh di lintasan kapur ajaib. Nafas mereka yang berada di garis kapur ajaib terasa sesak menyeruak di dada. Mata mereka berkunang-kunang.

            “ketua.. ayo kita lari!” salah satu pasukan pun mengajak ketua untuk berlari menjauh dari tempat ini. sang ketua yang berada di garis kapur ajaib pun segera menggerakkan tubuhnya untuk berlari. Namun, serbuk dari kapur ajaib tersebut banyak sekali yang berhamburan di hidungnya lalu masuk kedalam sistem pernafasanya. Nafas sang ketua memburu dahsyat, rasa hati ingin berlari menjauhi tempat itu, namun raga tak bisa diajak kompromi. Tubuhnya lemas seketika dan tatapan matanya kian memudar. tak lama waktu berselang, tubuh sang ketua tak sadarkan diri. Pasukan semut yang pun pergi meninggalkan tubuh sang ketua. Perasaan sedih merajai hati pasukan semut. Tidak hanya ketua saja, beberapa pasukan semut pun mengalami hal yang sama seperti ketua pasukan.

            Pasukan semut pun kembali ke kerajaan dengan membawa sedikit makanan. Sang ratu semut pun dapat memaklumi. Kerajaan semut ini pun berduka sebab ketua pasukan telah meninggalkan kerajaan. Setiap hari selalu ada korban, namun kali ini korbannya adalah sang ketua pasukan yang paling sang ratu percaya untuk urusan pekerjaan mencari makanan. Sang ketua pasukan memiliki personaliti yang cerdik dan disiplin. Sang ratu pun sangat senang dengan keahlian sang ketua pasukan dalam mengatur para pasukan. Namun kali ini ia telah tiada, dan tentu akan ada pengganti sang ketua untuk memimpin pasukan semut.

            Setelah kepergian sang ketua, kerajaan tak mau terlalu lama larut dalam kesedihan. Lalu, dipilihlah ketua baru dalam memimpin pasukan semut. Kemudian, hari berganti hari kerajaan semut pun selalu mengerjakan tugasnya dalam mencari makanan untuk kerajaan. Dan rutinitas setiap pagi ini pun selalu sama.

 *NB: Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

* Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun