Pasukan semut tidak boleh gegabah. Dalam melakukan pekerjaannya ini, mereka dituntut untuk berpikir cerdas. Lalu, mereka mencari celah barangkali ada jalan masuk untuk menuju makanan yang tersaji diatas piring raksasa. Pasukan semut pun mengitari benteng pertahanan tersebut, mereka berpencar.
Setelah lama mencari, ada jalan masuk yang menghubungkan pasukan semut dengan makanan. Sendok yang tergeletak secara tengkurap di bibir piring, menjadi jalan pasukan semut menuju makanan. Posisi kepala sendok di bibir piring sementara kaki sendok ada di meja dan melewati kapur ajaib sehingga menjadi peluang pasukan semut untuk menyebrangi benteng kapur ajaib lalu menuju langsung ke piring yang terdapat makanan disana.
Saatnya pasukan semut bekerja! Ketua pasukan yang ada di depan barisan pun mengambil secuil makanan sesuai kemampuannya lalu diberikan kepada semut yang dibelakangnya, lalu kemudian diberikan ke semut dibelakangnya lagi dan begitu seterusnya. Sistem estafet ini meringankan beban pasukan semut dan mempercepat pekerjaan. Pasukan semut membuat barisan yang sangat panjang dari posisi meja sampai ke kerajaan. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Pepatah tersebut menjadi pedoman pasukan semut dalam bekerja.
Lalu, guncangan terjadi dan seluruh pasukan semut yang berada di posisi diatas meja pun berhamburan kemana-mana. rupanya manusia mengangkap basah kelakuan pasukan semut yang mengambil makanan di atas meja. Manusia itu pun menggebrak meja makan dan mengguncang-guncangkan piring yang berisi makanan dengan kasar. Para semut pun tak dapat mengelak goncangan itu lalu tubuh mereka terpental kemana-mana. Beberapa dari mereka terjatuh di lintasan kapur ajaib. Nafas mereka yang berada di garis kapur ajaib terasa sesak menyeruak di dada. Mata mereka berkunang-kunang.
“ketua.. ayo kita lari!” salah satu pasukan pun mengajak ketua untuk berlari menjauh dari tempat ini. sang ketua yang berada di garis kapur ajaib pun segera menggerakkan tubuhnya untuk berlari. Namun, serbuk dari kapur ajaib tersebut banyak sekali yang berhamburan di hidungnya lalu masuk kedalam sistem pernafasanya. Nafas sang ketua memburu dahsyat, rasa hati ingin berlari menjauhi tempat itu, namun raga tak bisa diajak kompromi. Tubuhnya lemas seketika dan tatapan matanya kian memudar. tak lama waktu berselang, tubuh sang ketua tak sadarkan diri. Pasukan semut yang pun pergi meninggalkan tubuh sang ketua. Perasaan sedih merajai hati pasukan semut. Tidak hanya ketua saja, beberapa pasukan semut pun mengalami hal yang sama seperti ketua pasukan.
Pasukan semut pun kembali ke kerajaan dengan membawa sedikit makanan. Sang ratu semut pun dapat memaklumi. Kerajaan semut ini pun berduka sebab ketua pasukan telah meninggalkan kerajaan. Setiap hari selalu ada korban, namun kali ini korbannya adalah sang ketua pasukan yang paling sang ratu percaya untuk urusan pekerjaan mencari makanan. Sang ketua pasukan memiliki personaliti yang cerdik dan disiplin. Sang ratu pun sangat senang dengan keahlian sang ketua pasukan dalam mengatur para pasukan. Namun kali ini ia telah tiada, dan tentu akan ada pengganti sang ketua untuk memimpin pasukan semut.
Setelah kepergian sang ketua, kerajaan tak mau terlalu lama larut dalam kesedihan. Lalu, dipilihlah ketua baru dalam memimpin pasukan semut. Kemudian, hari berganti hari kerajaan semut pun selalu mengerjakan tugasnya dalam mencari makanan untuk kerajaan. Dan rutinitas setiap pagi ini pun selalu sama.
*NB: Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
* Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H