Mohon tunggu...
amirotul choiriah
amirotul choiriah Mohon Tunggu... masih mahasiswa, sedang berjuang menyelesaikan skripsi -

suka jalan-jalan, nonton film, membaca dan menulis | mahasiswi Jurusan Ilmu Perpustakaan 2011 Universitas Diponegoro cerita lain : http://amirria.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(KC) Senja di Pelupuk Mata

2 Oktober 2015   20:38 Diperbarui: 2 Oktober 2015   20:52 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

            “mmmmhhh..” Senja menghela nafas. “seperti yang kamu jelaskan tadi Bas, cinta memang membuat kita mabuk kepayang. Membuat kita kehilangan akal sehat. Apalagi ketika cinta mulai bersemi, maka itu tak kenal logika. Dan yang kurang dari penjelasanmu adalah, cinta yang tumbuh akan berakibat adanya rasa ingin memiliki. Namun, bila cinta itu hanya berlandaskan rasa ingin memiliki saja tanpa ada tujuan yang jelas untuk kedepannya, semua itu gak akan berguna. Cinta tidak hanya sekedar rasa saling memiliki saja, tapi cinta perlu adanya perkembangan bagi setiap insan yang dilanda rasa cinta. Kalau hanya sekedar memiliki ingin mendapatkan seseorang yang kita cintai seutuhnya, itu namanya bukan cinta. Tapi ambisi seseorang. Paham?”

            Aku pun terperangah dengan penjelasan panjang lebar yang diutarakan Senja. Dan itu menamparku keras dengan kalimat terakhir yang diucapkannya.

            “dan rasa kagum itu jelas beda dengan cinta. Seperti yang kamu bilang, tak ada hasrat ingin memiliki. Kagum hanya sebatas rasa yang muncul karena ada sesuatu dalam orang tersebut yang membuat hati berdesir. Mungkin, kita ingin seperti yang kita kagumi, atau karena kita tidak bisa melakukan hal tersebut, kita jadi suka melihat sesuatu dalam diri yang kita kagumi itu.misalnya saja keahlian apa yang membuat kita terpana dari seseorang itu.” Senja pun menatap langit yang kian gelap. Bayangan bulan sudah muncul diperadaban. Matahari pun hanya tinggal separo. Sebentar lagi akan tenggelam seutuhnya.

            Skak mat aku dibuat terpojok oleh Senja. Seperti cenayang yang bisa melihat perasaan seseorang, sebelum aku mengutarakan perasaanku kepadanya, semua sudah dijelaskan olehnya. Dan pengetahuanku tentang perasaanku ini sangat dangkal. Dan aku semakin bingung, apa yang aku rasakan terhadap Senja hanya ambisi atau sekedar kagum.

            Matahari pun sudah tak terlihat. Langit sudah gelap, bulan pun sangat cantik bersama sinarnya yang indah. Bintang-bintang bagai perhiasan dilangit yang bermega menjadi saksi bisu kebingunganku terhadap apa yang aku rasakan. Aku perlu menata ulang hatiku. aku perlu memperjelas apa yang aku rasakan terhadap Senja. Saat ini aku terkatung-katung, ini cinta, ambisi atau kagum?

            Belum sempat ku katakan apa yang selama ini ku rasakan pada Senja, hati ku sudah menciut. Sebut saja aku pecundang, kalah sebelum berperang. Namun aku bingung apa yang aku rasakan.

 

           

 untuk membaca karya peserta lain silahkan klik Fiksiana Community

mari bergabung di Fb Fiksiana Community

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun