Mohon tunggu...
Ami Ulfiana
Ami Ulfiana Mohon Tunggu... Penulis - Gadis Pribumi

Untuk mereka yang menyimpan jiwanya rapat-rapat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

My Mother, My Monster #1 Mula

28 April 2021   15:47 Diperbarui: 28 April 2021   16:13 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Johann Walter Bantz on Unsplash

Aku hidup seperti boneka ibuku. Sering dipandang salah bahkan sering dibuat serba salah. Berbagai kata under estimate sepertinya sudah pernah aku cicipi. Setiap salah dibentak dan dimarahi, salah kecil diperbesar, tidak ada salah dicari celah, diam merasa ditekan, berani menjawab makin dicecar. Tidak pernah diizinkan melakukan suatu hal, tapi selalu diungkit jika tidak bisa melakukan suatu hal tersebut. Seolah aku harus bisa tanpa belajar. Melakukan apapun harus sempurna, seolah kata salah tak pernah ada dalam kamus.

Sebelum terlalu dalam, sepertinya aku perlu memberi disclaimer sedikit perihal ibuku. Ibuku baik, dia bukan orang yang jahat. Dia baik, bahkan aku akui sangat baik untuk orang lain. Contoh sederhana sewaktu beberapa kali temanku datang, ia selalu memberikan perlakuan sebaik dan seramah mungkin. Dia hanya salah dalam memperlakukan dan mendidik anak-anaknya.

Lantas mengapa aku menulis ini jika merasa ibuku baik? Mungkin itu yang saat ini terlintas di otak kalian. Aku menulis ini tak lebih dari niat mengeluarkan racun selama dua puluh dua tahun. Aku tidak mengajak kalian untuk membencinya, tidak. Jika harus ada yang dibenci, akulah yang patut dibenci. Sebab sebagai anak aku terlalu lancang dan lemah menahan ini sendiri untuk waktu yang lebih lama lagi. Aku hanya menyayangkan, tapi dengan level menyayangkan yang sudah tidak ada batas.

Aku tidak ingin semakin rusak dan hancur sedirian. Aku tak sebaik-baik saja yang kalian lihat. Sering kali aku berpikir untuk mengakhiri hidup. Tapi aku bersyukur karena Tuhan memberikan aku rasa takut terhadap rasa sakit, lecet, luka, api, darah bahkan hal remeh temeh lainnya. Itulah yang selalu menggagalkanku dari selfharm yang berhubungan dengan fisik.

Dadaku sudah terlalu sesak untuk melanjutkan, sepertinya cukup sampai titik ini dulu. Aku janji akan sambung di lain kesempatan. Doakan tidak lama, sebab aku tidak ingin menciptakan persepsi buruk mengenai ibuku di mata kalian jika hanya sampai titik ini saja aku bercerita. Ini baru sebagian kecil dari rentetan panjang kisah hidupku.

Sudah dulu ya, terimakasih sudah meluangkan membaca. Salam dan peluk hangat dari aku, si Annelies tapi bukan bunga penutup abad.

...

Gadis Pribumi | Temanggung, Rabu 28 April 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun