Mohon tunggu...
Ami Ulfiana
Ami Ulfiana Mohon Tunggu... Penulis - Gadis Pribumi

Untuk mereka yang menyimpan jiwanya rapat-rapat.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Novel "Cantik Itu Luka"

3 April 2021   11:49 Diperbarui: 3 April 2021   11:51 10594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Identitas Buku

Judul Buku : Cantik Itu Luka (Beauty Is Wound)

Penulis : Eka Kurniawan

Negara : Indonesia

Bahasa : Indonesia

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, AKYPress dan

Penerbit Juanda

Nomor ISBN : 978--602--03--1258--3

Tahun Terbit : Desember 2002

Cetakan : Kelima, Januari 2015

Tebal Buku : 492 halaman

Harga : Rp 147.000,00 (menyesuaikan)

Desain Sampul: Moelyono

Foto Sampul : Shutterstock

Perwajahan : Sukoco

Unsur Intrinsik

Tema : Pencarian jati diri, Perempuan, Tragedi dan takdir, Balas dendam.

Latar :

* Waktu : Pagi, siang, sore dan malam.

* Tempat : Halimunda & Batavia

* Suasana : Mengerikan, menegangkan, mencekam, ironis, tidak tertebak.

Alur : Maju Mundur

Tokoh : Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, Cantik, Kamerad Kliwon, Shodanco, Maman Gendeng, Nurul Aini, Rengganis Si Cantik, Krisan, Ma Gedik, Ma Iyang, Mama Kalong, Edi Idiot, Aneu Stammler, Henri Stammler, Ted Stamler, Marietje Stammler, Hanneke Stammler, Mr. Willie, Rosinah, Ola, Romeo, Mina, Kamino, Isah Betina.

Amanat: Kecantikan itu bukan segalanya. Karena yang terlihat indah belum tentu benar-benar indah. Banyak luka, petaka bahkan sampai pertumpahan darah hanya demi memperebutkan sesuatu yang indah tersebut. Seperti yang diucapkan Krisan, "Sebab cantik itu luka."

...

Sinopsis

Di akhir masa kolonial,seorang perempuan dipaksa menjadi seorang pelacur. Kehidupan itu terus dijalaninya hingga ia memiliki tiga anak gadis yang kesemuanya cantik. Ketika ia mengandung anaknya yang keempat, ia berharap anak itu akan terlahir buruk rupa. Itulah yang terjadi, meskipun secara ironik ia memberikan nama Si Cantik.

...

Kisah ini bermula dari bangkitnya Dewi Ayu dari kuburan setelah dua puluh satu tahun kematiannya. Hal ini tentu saja menimbulkan kegaduhan untuk masyarakat sekitar, terlebih lagi perempuan tersebut dulunya seorang pelacur di jaman penjajahan Belanda dan Jepang. Dewi Ayu tak mempedulikan kegaduhan tersebut, ia memutuskan kembali ke rumahnya. Di rumah ia bertemu Si Cantik, anak bungsunya yang selama ini dirawat oleh Rosinah, gadis bisu yang sudah menemaninya jauh sebelum Si Cantik lahir.

Ironisnya Si Cantik bukanlah gadis cantik sesuai namanya, melainkan gadis buruk rupa yang sewaktu lahir lebih menyerupai seonggok tai dengan lubang hidung menyerupai colokan listrik dari pada seorang bayi. Setelah dewasa Cantik selalu menunggu pangerannya di depan rumah, tak diketahui siapa pangeran tersebut. Yang jelas setelah beberapa kali melakukan hubungan intim dengan lelaki misterius tersebut, Cantik hamil.

Dewi Ayu sendiri merupakan anak dari pasangan sedarah beda ibu, Henri Stammler dan Aneu Stammler. Henri anak dari Ted dengan Marietje, sementara Aneu anak dari Ted dengan gundik pribumi yang bernama Ma Iyang. Sewaktu lahir pasangan tersebut menaruh Dewi Ayu ke dalam sebuah keranjang kemudian meletakkanya di depan rumah kakek neneknya (Ted Stammler dan Marietje Stammler) kemudian meninggalkannya ke Eropa.

Kedatangan Jepang ke Indonesia membawa kekalahan untuk Belanda. Banyak orang Belanda memutuskan meninggalkan Indonesia, tak terkecuali keluarga Dewi Ayu. Naas nya kapal terakhir yang ditumpangi rombongan tersebut untuk meninggalkan Indonesia berpapasan dengan kapal milik Jepang, kapal tersebut ditenggelamkan. Dewi Ayu tidak ada di kapal tersebut, bagaimanapun juga salah seorang keluarga Stammler harus tetap berada di Halimunda. Dewi Ayu ngotot tidak mau ikut dengan mereka walaupun sempat dipaksa. Dewi Ayu tetap bertahan di Halimunda ditemani Mr. Willie dan beberapa jongosnya.

Selepas masa berkabung Dewi Ayu membuat pernyataan sekaligus permintaan mencengangkan, ia ingin menikah dengan Ma Gedik yang merupakan kekasih dari Ma Iyang sebelum mejadi gundik Ted Stammler. Setelah berhasil memaksa Ma Gedik, mereka menikah secara islam, sejak saat itulah Dewi Ayu menjadi seorang muslim. Selepas pernikahan, jangankan menyetubuhinya, melihat Dewi Ayu saja seperti melihat iblis wanita. Ma Gedik begitu ketakutan dan meringkuk di pojok kamar. Setelah dibuat putus asa, Dewi Ayu merenggut keperawanannya dengan jari tengah tangan kanannya sendiri. Keesokan harinya Ma Gedik berhasil kabur dan naik ke atas bukit tempat dulu Ma Iyang mengakhiri hidupnya, kemudian melakukan hal serupa yang sempat Ma Iyang lakukan.

Jepang semakin berkuasa, satu persatu orang Belanda ditangkap kemudian dikirim ke Bloedenkamp, sebuah penjara pinggir pantai yang begitu menjijikan dan sesak. Setelah menjalani masa penahanan, Dewi Ayu dan sembilan belas gadis Belanda lainnya dibawa menuju rumah pelacuran Mama Kalong. Dari sinilah awal mula Dewi Ayu menjalani kehidupannya sebagai seorang pelacur tercantik sekaligus paling disegani di Halimunda. Dari sini juga Alamanda, Adinda, Maya Dewi dan Cantik lahir. Tentu saja tanpa kejelasan siapa ayah dari mereka berempat.

Alamanda menikah dengan Shodancho yang sama sekali tak dicintainya. Pernikahan terjadi karena Alamanda sebelumnya telah diperkosa oleh sang Shodanco. Dari pernikahan tersebut lahir putri cantik yang diberi nama Nurul Aini. Adinda menikah dengan lelaki yang begitu dicintai Alamanda, begitu pula sebaliknya. Lelaki tersebut bernama Kamerad Kliwon, salah seorang pemimpin partai komunis di Halimunda. Adinda dan Kamerad Kliwon memiliki anak laki-laki bernama Krisan. Sementara Maya Dewi menikah di umurnya yang baru dua belas tahun dengan Maman Gendeng yang tadinya merupakan kekasih dari ibunya sendiri, Dewi Ayu. Maya Dewi dan Maman Gendeng memiliki putri yang sangat cantik bernama Rengganis Si Cantik.

Dari ketiga cucu Dewi Ayu inilah tragedi berdarah paling menyakitkan bertahun-tahun kelak akan terjadi. Kecantikan setiap keturunan Dewi Ayu sepertinya sudah menjadi kutukan dari Ma Gedik sebelum tubuhnya tercincang habis oleh bebatuan dibawah bukit.

Kecantikan Rengganis dan Nurul Aini membuat banyak lelaki ingin memilikinya, tak terkecuali Krisan. Krisan mencintai Nurul Aini namun menginginkan tubuh serta keperawanan Rengganis. Lelaki terkadang memang begitu, rakus. Sampai pada suatu ketika Rengganis hamil, ia tak pernah menyebutkan siapa yang menghamilinya, kecuali satu nama 'anjing'. Sehari sebelum melahirkan Rengganis pergi ke hutan. Hal ini membuat Aini yang begitu menyayangi Rengganis sakit kemudian meninggal. Kematian Aini ternyata membawa dendam tersendiri bagi Krisan.

Diakhir cerita terkuak empat pengakuan mengejutkan. Pengakuan pertama, Krisanlah yang menggali kuburan Ai dan menyembunyikan mayatnya di bawah tempat tidur. Pengakuan kedua, Krisanlah yang membunuh Rengganis Si Cantik dan membuang mayatnya ke tengah laut. Pengakuan ketiga, Krisanlah yang memerkosa Rengganis Si Cantik di toilet sekolah dan tak bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Dan pengakuan keempat, Krisanlah lelaki misterius yang disebut pangeran oleh cantik. Dan ketika Cantik menanyakan alasan Krisan mencintainya di malam terakhir sebelum ia terbunuh, ia dengan terpaksa menjawab "Sebab cantik itu luka."

Sebab cantik itu luka.

...

Resensi

Cantik Itu Luka menjadi novel tertebal (non series) serta tervulgar pertama yang berhasil saya selesaikan. Novel ini memberi kepuasan tersendiri ketika membacanya. Di awal cerita saya sempat jenuh karena alurnya yang rumit serta bahasanya yang sulit dipahami serta penggunaan kosa kata yang cukup berani. Namun justru karena keberanian kosa kata yang digunakan, saya justru semakin penasaran untuk membaca lebih lanjut. Sejak saat itu saya mulai jatuh cinta dengan novel ini, terutama dengan tokoh utamanya yaitu Dewi Ayu. Perempuan Indo Belanda berparas cantik dengan pemikiran yang cukup nyeleneh serta cara bicaranya yang singkat, padat, lugas namun begitu menohok. Entah mengapa karakter Dewi Ayu ini mengingatkan saya akan sosok mendiang Suzzanna.

Awal mula membaca Cantik Itu Luka dalam bentuk novel pdf atau e-book yang saya dapatkan dari keisengan saya mendownload e-book. Maklum mahasiswa, baca e-book nya dulu baru beli bukunya jika sudah ada uang hehehe. Sebelumnya tak pernah terlintas dalam pikiran untuk membaca novel ini, karena tahu saja tidak. Namun begitu melihat covernya yang menurut saya cukup mistis saya jadi tertarik tuh. Sorot mata perempuan berkebaya putih lengkap dengan sanggul dikepalanya seakan menghipnotis. Oke, biarkan saya berhalusinasi.

Sewaktu membaca sinopsis singkat di cover belakang saya menangkap aura tak mengenakan, mulai dari seksualitas, ketidak senonohan serta kehidupan malam yang kelam. Ternyata tidak juga begitu membaca bagian awal cerita ini. Eka Kurniawan berhasil menyajikan kisah surealis yang begitu unik dan kejam. Dengan mengangkat setting jaman era kolonial penjajahan Belanda dan Jepang, Eka membuat cerita yang sebenarnya sederhana menjadi elegan, serta benang merah yang begitu tersusun rumit namun rapi.

Penokohannya sangat rapi dengan karakter yang begitu kuat, tidak ada tokoh yang terbuang percuma. Walaupun setiap tokoh memiliki kisahnya sendiri, hal ini sama sekali tidak mengurangi keterkaitan antar tokoh satu dengan lainnya.

Suguhan paham patriarki begitu kental, terutama dalam penggalan kalimat "Semua perempuan itu pelacur, sebab seorang istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin dan uang belanja, atau cinta jika itu ada,". Saya masih tak habis pikir, Eka berani menggunakan kalimat ini yang tentu saja akan menimbulkan pro kontra. Kalau boleh jujur, kalimat ini menjadi kalimat favorit saya sekaligus yang paling saya hafal. Pandangan saya mengenai pelacur menjadi lebih terbuka. Saya tidak lagi minus, karena kita tidak pernah tahu ada latar belakang apa yang membuatnya terjuan kedalam dunia kelam tersebut.

Selain partiarki, paham komunis juga turut disajikan. Saya menjadi tahu orang-orang komunis itu seperti apa. Beberapa gambaran mengenai kehidupan seorang komunis membuat saya berpikir "Oh ternyata tak semengerikan itu."

Dan yang terakhir mengenai keahlian Eka membuat pembaca ketagihan membaca. Eka pandai membubuhkan rasa penasaran disetiap akhir bab dan juga memberikan kejutan di bab selanjutnya yang tentu saja tidak dapat ditebak.

Sedikit membuka mata ternyata mampu melebarkan jalan pikiran kita. Begitulah yang saya dapatkan dari novel ini. Mungkin selama ini yang kita tahu berbuat baik maka akan memperoleh hal baik juga, iya sih benar namun tak selamanya. Terkadang dari hal-hal negatif yang menurut kita kotor dan menjijikan, justru memberikan hal positif yang sengaja disajikan secara tersirat. Semua tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Baiklah cukup sekian resensi saya mengenai Cantik Itu Luka, maaf jika terkesan random. Semoga resensi ini dapat dinikmati pembaca sekaligus menginspirasi diri saya sendiri untuk meresensi novel berikutnya.

...

Kelebihan

Penulis mampu menyajikan serentetan kisah menarik yang menjadi candu bagi saya selaku pembaca untuk terus melanjutkan membaca, sembari menerka hal apa yang akan terjadi. Penataan alur yang begitu apik sekaligus rumit, membuat saya seakan diajak berwisata ke jaman penjajahan Belanda dan Jepang. Walaupun dikemas dengan bahasa yang cukup berani, novel ini menyangkut berbagai hal serta memberikan banyak pengetahuan dan pesan moral. Seperti resiko yang harus diterima seorang pelacur terhadap apapun yang telah diperbuatnya. Serentetan kisah pilu seperti nyawa dibalas dengan nyawa, dendam dibalas dengan dendam. Alhasil kematian menjadi ujung kekeliruan tersebut. Selain perihal kemanusiaan, novel ini mampu mematahkan spekulasi jika cantik bukanlah segalanya, cantik bukan lagi menjadi simbol kesempurnaan, cantik itu fana. Sebab cantik itu luka.

Kekurangan

Penggunaan bahasa yang cukup berat membuat saya berpikir beberapa kali dalam memahami setiap kalimatnya. Permainan alur maju mundur yang cukup rumit membuat saya harus berpikir ekstra dalam menarik benang merah keterkaitan antar cerita. Selain itu penulis terlalu berani menggunakan kosa kata vulgar seperti 'ngentot', 'tai', 'selangkangan' dan beberapa kosa kata lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Paham patriarki yang penulis terapkan dalam kalimat "Semua perempuan itu pelacur, sebab seorang istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin dan uang belanja, atau cinta jika itu ada," banyak menimbulkan pro dan kontra. Terlebih lagi bagi pembaca yang belum terbiasa dengan bacaan seperti ini.

...

Cantik Itu Luka menjadi salah satu novel terbaik dan terfavorit yang pernah saya baca. Banyak yang bisa kita dapatkan dari novel ini, maka dari itu saya sangat merekomendasikan novel ini untuk segera diadopsi. Selamat menggali luka~

...

Gadis Pribumi | Sabtu, 03 April 2021

telah tayang di ulfiana910.medium.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun