Mohon tunggu...
Amirul Zidan
Amirul Zidan Mohon Tunggu... Lainnya - Zidan

Samarinda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konflik Kelam Ambon 1999 Menjadikan Antar Umat Beragama Saling Bekerja Sama Melawan Covid-19?

27 Maret 2020   14:11 Diperbarui: 27 Maret 2020   14:34 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai negara yang memiliki beragam agama, suku, bahasa, adat dan budaya, namun mereka tetap di sebut sebagai negara Republik Indonesia. Ini sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang artinya meskipun berbeda-beda tapi tetap satu. Inilah hakekat keindahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah kemajemukan peradaban, keyakinan. Apalagi dalam kemajemukan itu, Indonesia mempunyai 6 Agama yang di akui yakni Islam, Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu Chu dan Katolik. 

Dengan berbagai keberagaman itu Indonesia disebut sebagai negara pluralisme oleh dunia. Berbagai Agama mempunyai peran penting untuk merubah, menyatukan dalam kebaikan menuju keindahan dalam menyatukan perbedaan tersebut agar menjadi satu kesatuan. Karena itu masyarakat Indonesia di didik agar berfikir cerdas, berfikir menggunakan logika, luas dalam olah fikir agar bisa menyatukan dalam satu ikatan sebagai Bangsa Indonesia yang utuh dan berdaulat tanpa perpecahan.

Akan tetapi selama perbedaan itu masih ada, pasti ada aja provokatif, konflik ataupun dalang di balik perisriwa-peristiwa yang ada di Indonesia. Sebut saja konflik Ambon 1999 yang mengakibatkan Umat Islam dan Umat kristen saling bunuh-membunuh. Sudah puluhan tahun tragedi itu terjadi di ambon dan masyarakat di masa itu sampe sekarang mungkin masih ada yang trauma akan hal itu. Konflik ini yang awalnya hanya kecil saja permasalahannya malah menjadi besar yang memicu perseteruan antar Umat dan Adat.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat : 13)

Di lansir oleh BBC Indonesia melalui Youtube, yang berdurasikan sekitar 7:20 menit. Menceritakan tragedi Ambon 1999 dari pandangan seorang pemuda yang langsung terlebiat di zaman itu yakni bernama Ronald Regang dari mantan komandan tentara anak, Pasukan Agas di Ambon. Ketika saat itu dia berumur 10 Tahun. 

Anggapan dari Ronald Regang sendiri adalah perang suci, kita membela Agama dan membela tempat tinggalnya. Ronald sendiri di saat itu membunuh orang-orang dengan mneggunakan senjara rakitan, menembak lawannya dalam jarak yang sangat dekat. Ketika sudah di bunuh, mereka mempertontonkan mayat lawan agar mereka ( kita ) semakin bersemangat, menggebu-gebu di meda pertempuran.

Dan seorang pemuda yang bernama Iskandar Slameth, mantan Pasukan Jihad di Ambon. Pasukan yang di bela oleh Iskandar Slameth sendiri menyatakan bahwa kita cukup sadis. Terkhusus Iskandar sendiri, dia masuk di meda pertempuran dengan rasa dendam yang sangat kuat karena saudaranya, sepupunya di tembak mati di tempat oleh pihak yang menembak. Di saat itu, kedua pemuda ini saling bunuh-membunuh lawannya di medan konflik tersebut dengan beralasan membela Agama yang di anut dan juga. Karena Ronald Regang adalah pemuda yang memeluk Agama Kristen dan Iskandar Slameth pemuda yang memeluk Agama Islam.

Setelah konflik mulai mereda dengan menyusul perjanjian damai pada tahun 2002, mereka mengalami yang namanya trauma berkepanjangan. Dikatakan langsung oleh Renal Regang, dia membunuh di tempat ini, orang-orang yang dia bunuh tersebut selalu menghantui dalam mimpinya, selalu datang. Masyarakat setempat di kala itu tinggal secara terpisah guna menimalisir keadaan di saat konflik tersebut. 

Iskandar Slameth pun juga berkata demikian bahwa dia merasa terperangkap karena perjalanan mereka di daerah Muslim hanya berkisar beberapa kilometer. Perjalanan yang mereka tempuh pun arusnya di satu tempat situ aja dan merasa tidak bebas. Ketika mereka berfikir ingin melewati jalan yang lain di karenakan mereka bosan dengan hanya melewati jalur itu saja, di dalam pikirannya selalu was-was, mereka berfikir bahwa ketika saya lewat jalur yang lain apakah saya akan di bunuh nggak ? seperti itu dari omongan Iskandar Slameth.

Seandainya waktu bisa berputar kembali seperti anak zaman sekarang karena dulu saya dulu di masa kanak-kanak melihat teman-teman dekat saya meninggal dan juga melihat darah dimana-mana, mayat berserakan dan rumah-rumajdi saat di bakar. Karena dia merasa masa kecilnya tidak ada yang bahagia ataupun tenang ujar Ronald Regang.

Dalam acara lintas damai Young Ambassador for Peace pada tahun 2006, mereka berdua ( Iskandar dan Ronald ) saling curiga, saling lirik-lirikan saja karena nggak berani menegur. Ketika Ronald tau si Iskandar adalah seorang Muslim dan juga pemimpin Jihad mini, disitu mereka hampir berantem dan hampir saling bunuh. Untung saja di saat itu dengan sigap panitia tersebut melerai mereka berdua. 

Di saat itu lah mereka saling mengungkapkan pengalaman dan perasaan mereka satu sama lain secara emosional. Si Iskandar bercerita mengaku sangat benci dengan orang Kristen karena orang Kristen sudah membunuh sepupu si Iskandar mati di tembak di depan matanya. Si Ronald pun juga bercerita bahwa orang Kristen di saat itu isunya seperti ini, orang Islam isunya seperti ini. Kita sama-sama tidak tahu. 

Dan disitu mereka kebingungan bahwa mereka berdua sama-sama tidak tau penyebabnya apa . Di saat itulah mereka sangat emosional, saling menyemangati satu sama lain, nagis senangis-nangisnya mereka dan berakhir dengan persahabatan yang menjadi persahabatan berbeda Agama. Karena mereka berfikir bahwa dia adalah penerus, pemuda anak asli Ambon, Maluku.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa persoalan isu-isu agama dapat berdampak besar bagi masyarakat. Konflik yang awalnya tidak terlalu besar ternyata dapat menjadi konflik yang luar biasa besar ketika dikaitkan dengan agama. Perpecahan pun tak dapat dihindari. Tetapi ternyata, mereka hanya menjadi korban isu yang entah dari mana asalnya, tidak tau apa asal muasal masalah nya dan menjadikan mereka awalnya musuh berujung menjadi sahabat. Dan sekarang kita akan lihat apakah umat yang berbeda Agama di Indonesia akan bisa saling tolong menolong tanpa melihat dari sisi Agama apa yang ia anut, Adat apa yang dia pegang dan lain sebagainya?

Di bulan Desember 2019, dunia di hebohkan dengan adanya virus Covid-19 atau di sebut Corona di Wuhan, Tiongkok yang bersumber dari daging hewan kelelawar. Setelah itu, beberapan bulan kemudian hingga sekarang menjadi Trending Topic Dunia di karenakan penyebaran virus Covid-19 ini sangat cepat sekali ke berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia. WHO ( Organisasi Kesehatan Dunia ) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 100.000 kasus di dunia Internasional yang mengakibatkan kematian lebih dari 3.000 orang. Wabah tersebut mengakibatkan ekonomi dunia memburuk di berbagai negara termasuk di Indoensia. Di Indonesia, virus ini ada bulan Maret 2020 yang menyebutkan bahwa ada 2 kasus warga negara Indonesia yang terjangkit virus Covid-19 atau di sebut Corona.

Penyebarannya yang sangat cepat mengakibatkan daerah-daerah kota di Indonesia seperti Jakatra, Bogor, Depok dan daerah lainnya menjadi rawan merah. Pemerintah pun mengatakan bahwa kita saling bahu-membahu untuk menghilangkan virus tersebut di Indonesia dengan cara tidak bepergian jauh yang terbilang tidak pennting, jangan berkumpul-kumpul yang sangat banyak, dll. Hingga pun pemerintah Indonesia meliburkan sekolah-sekolah mulai dari TK, SD, SMP, SMA bahkan Perkuliahan pun di liburkan dan di pindahkan menjadi belajar dirumah atau yang biasa kita katakan Belajar Online untuk meminimalisir kasus-kasus tersebut agar tidak menyebar sampai keseluruh Indonesia.

Sejak dulu, masyarakat Indonesia ini selalu berhasil karena adanya kerja sama, gotong royong, bagaimana mnegusir penjajah, merumuskan dasar negar dan menjalankan roda pemerintahan yang tidak mengenal latar belakang suku, adat, agama dan lain sebagainya. Tentu kita dalam menyikapinya harus saling berkeja sama dari berbagai kalangan pihak agar tidak menyebar kemana-mana. Maka dari itu, sepantasnya kita bersatu tanpa melihat status apapun untuk melawan virus ini agar cepat hilang dan bisa menjalankan hidup kita di dunia seperti sediakala Jadikanlah konflik di Ambon 1999 sebagai acuan agar masyarakat Indonesia menjadi pemikir yang luas untuk sama-sama saling peduli seperti itu.

Karena manusia di ciptakan agar saling mengenal satu sama lain, saling bercengkrama, saling tolong menolong, dan juga manusia di bumi ini adalah manusia yang patokannya adalah makhluk yang harus bersosial terhadapa di sekitarnya. Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam pernah bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR Thabrani dan Daruquthni). Do'a kan lah agar bumi kita lekas pulih dari virus ini dan selalu dalam lindungan Sang Pencipta. Wallahu a'lam bis-shawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun