Mohon tunggu...
amirullah suhada
amirullah suhada Mohon Tunggu... Administrasi - let's write!

make it easy. be happy.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Antiklimaks Jurus Jokowi dan Peran Unik Jusuf Kalla di Pilpres 2019

6 Maret 2019   17:59 Diperbarui: 7 Maret 2019   22:46 4412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf| Sumber: Kompas.com

katadata.co.id
katadata.co.id
Kedua adalah soal kartu pra kerja. Jokowi sepertinya ingin meraup suara di kalangan pemilih anak muda atau milenial dengan iming-iming pemberian kartu pra kerja. 

Di hasil sigi beberapa lembaga survei, pilpres 2019 memang dibayangi dengan tingginya angka swing voters dan undecided voters. Jumlahnya bahkan ditaksir mencapai 20 persen. Kubu Jokowi rupanya ingin mengail suara dengan iming-iming pemberian kartu pra kerja. Melalui kartu ini, orang yang masih menganggur diberi tunjangan.

Alih-alih menyambut dengan girang, saya melihat publik malah menunjukan skeptisisme terhadap janji ini. Mereka merefleksikan keraguan itu terhadap kinerja berbagai program pemerintah, misalnya defisit keuangan BPJS Kesehatan maupun tunggakan instansi tersebut ke sejumlah rumah sakit hingga persoalan pengangkatan tenaga honorer yang tak kunjung selesai. 

"Daripada ngasih kartu buat yang masih nganggur, mendingan kasih duitnya ke tenaga honorer yang duitnya nggak seberapa," begitu salah satu ungkapan yang mengemuka.

Rupanya, suara-suara publik yang mempertanyakan kemampuan fiskal itu juga dirasakan JK. Dia mengatakan program kartu pra kerja membutuhkan anggaran yang besar. 

Kebijakan serupa memang dilakukan di beberapa negara maju, seperti Amerika, kanada, Australia, yang sudah mapan soal anggarannya. Namun berbeda halnya dengan Indonesia. "Kalau negara seperti Indonesia, anggaran tidak terlalu besar dan penduduk banyak. Tentu harus dihitung, kalau ada anggarannya silakan," kata JK.

Untuk kedua kalinya, pernyataan JK ini, bagi saya, seakan menjadi antiklimaks iming-iming Jokowi. Ungkapan JK ini menunjukan program kartu pra kerja ala Jokowi sebagai sesuatu yang masih sangat mentah.

Di sisi lain, sikap JK patut diapresiasi. Sangat langka menemukan figur yang mempunyai keberanian dan kejujuran dalam menilai, apalagi bila hal tersebut merugikan kubunya sendiri. 

Apa yang dilakukan JK adalah contoh berharga soal integritas: bersikap adil harus tetap ditunjukkan kepada siapapun, bahkan kepada lawan politik.

Pada titik ini, saya menilai JK menunjukkan kapasitasnya yang langka dimiliki elite-elite dewasa ini. Dia bukan saja memainkan peran sebagai politikus kawakan, namun sudah melampauinya menjadi figur seorang negarawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun