Mohon tunggu...
amirullah suhada
amirullah suhada Mohon Tunggu... Administrasi - let's write!

make it easy. be happy.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Ahok Tak Perlu Marah Disebut Kafir

30 Oktober 2014   22:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:07 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebetulnya tak perlu risau dikata-katai 'kafir' oleh sebagian warganya. Sebab, semua orang kafir, tergantung kita melihat dari sudut pandang mana.

Kata kafir itu netral. Dalam ilmu shorof, dia berasal dari kata 'kafara' yang berarti menutup. Bentuk turunan pada isim fa'il berubah menjadi 'kaafir' yang berarti orang atau benda yang tertutupi. Sementara fi'il amar-nya adalah 'kaffir' yang bermakna tutupilah.

Ada kalimat doa dalam Al-Qur'an berbunyi, "Rabbana-ghfirlana dzunubana wa KAFFIR ‘anna sayyiatina wa tawaffana ma’al abrar". Artinya kira-kira, wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan TUTUPILAH kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbakti. Di sini kata kaffir bermakna positif.

Bahasa Ingris menyerap kata kafir dari Bahasa Arab menjadi cover. Artinya sama: penutup. Karena itu cover girl bermakna gadis sampul. Sampul adalah bagian terluar dari buku atau majalah yang berfungsi untuk menutupi bagian dalam. Biasanya dengan kertas yang berbeda atau lebih tebal. Sebab tujuannya melindungi buku atau majalah agar tak cepat rusak.

Dengan pemahaman ini, sebenarnya orang tak perlu marah saat dicaci 'kafir lu!'. Ketawa-ketawa saja. Sebab kata kafir itu sesungguhnya relatif. Orang Islam memandang orang di luar Islam sebagai kafir, artinya orang yang tertutup dari hidayah Islam. Di sisi lain, orang Kristen juga sebenarnya memposisikan orang Islam sebagai kafir, yaitu orang yang tertutup dari iman Kristen. Istilah Pak Pendeta: orang yang tak beriman atau domba-domba yang masih tersesat.

Maka santai saja saat disebut kafir. Juga, jangan mencaci-maki orang dengan sebutan kafir. Jika ada yang melakukannya, berarti dia masih kafir alias tertutup alias gagal paham memaknai kata kafir. Dan saya pun bakal cengengesan jika ada orang menghardik saya, 'woi kafir lu'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun