Mohon tunggu...
Amirullah Bandu
Amirullah Bandu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Novel Di Atas Singgasana Cinta

pejuang hidup yang terkikis oleh zaman...

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pemilu, Pesta atau Bencana Demokrasi?

25 April 2019   05:30 Diperbarui: 25 April 2019   05:49 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu di Indonesia yang pertama kali dijuluki "Pesta Demokrasi" yaitu Pemilu 1982. Apapun yang terjadi pada saat itu, kata 'Pesta' dipilih mungkin sebagai upaya bahwa pemilihan wakil rakyat merupakan momen yang bahagia yang mesti dirasakan oleh rakyat. Agenda 5 tahunan ini haruslah disambut dengan suka cita.

Komisi Pemilihan Umum menyebutkan jumlah petugas Kelompok Panyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal hingga Selasa sore pukul 16.30 WIB mencapai 119 orang. Sementara petugas yang sakit mencapai 548 orang. Bukankah ini merupakan angka yang sangat tinggi jika dikatakan sebagai 'Pesta'?

Bahkan dengan korban yang banyak ini, biasanya hanya terjadi pada bencana alam atau peristiwa krisis kemanusiaan.

Wajarlah, tak sedikit tokoh nasional mengatakan bahwa tahun 2019 inilah pemilu paling kacau sepanjang sejarah Indonesia. Karena bukan hanya persoalan simpang siurnya dugaan kecurangan, namun di waktu bersamaan memakan banyak korban.

Sehingga, istilah 'Pesta Demokrasi' mungkin telah bermetamorfosis menjadi 'Bencana Demokrasi' yang perlu diperhatikan oleh pengelola negara ke depannya. Terlepas dari segala macam faktor penyebabnya, sehingga itu jugalah membuat Bapak Jusuf Kalla mengatakan bahwa Pemilu 2019 terumit seluruh dunia.

Ketika ini dibiarkan begitu saja, bisa saja, ke depannya, istilah Pesta Demokrasi akan hilang dalam kamus Indonesia. Karena orang-orang akan semakin was-was kala agenda negara ini diadakan kembali.

Mamuju, 25 April 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun