Mohon tunggu...
Amirullah Bandu
Amirullah Bandu Mohon Tunggu... Penulis - Sastrawan Sulawesi Barat

Sedang aktif mengamati perkembangan politik nasional dan regional

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mudik: Tradisi, Silaturahmi, dan Dinamika Sosial Ekonomi

5 April 2024   08:42 Diperbarui: 5 April 2024   12:52 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Memantau Arus Mudik di Pelabuhan Feri Simboro Mamuju, Sulawesi Barat. (Dokumentasi Pribadi)

Dari sisi ekonomi, mudik menjadi stimulan bagi berbagai sektor usaha. Jelang dan selama musim mudik, permintaan masyarakat terhadap berbagai barang dan jasa meningkat drastis. 

Sektor transportasi, baik darat, laut, maupun udara, mengalami lonjakan penumpang. Begitu pula dengan sektor perhotelan dan restoran di sepanjang jalur mudik yang mendapatkan keuntungan dari peningkatan jumlah pengunjung.

Selain itu, sektor ritel juga merasakan dampak positif dari mudik. Permintaan akan berbagai produk konsumsi, seperti pakaian, makanan, dan oleh-oleh khas daerah, meningkat tajam. Hal ini tentunya mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya di daerah tujuan mudik.

Namun, mudik juga membawa tantangan sosial ekonomi. Lonjakan jumlah pemudik seringkali tidak sebanding dengan kapasitas infrastruktur yang ada, baik itu transportasi, jalan raya, maupun fasilitas publik lainnya. Ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah, seperti kemacetan lalu lintas, kecelakaan, dan peningkatan polusi.

Dalam konteks sosial, mudik menjadi ajang unjuk status sosial. Banyak pemudik yang merasa perlu untuk membawa pulang berbagai barang atau hadiah sebagai bentuk tanda sukses mereka di kota. Hal ini tentu saja menimbulkan beban ekonomi bagi sebagian pemudik.

Secara umum, mudik adalah fenomena yang kompleks dengan berbagai dinamika sosial ekonomi. Untuk itu, diperlukan perencanaan dan manajemen yang baik dari pemerintah dan masyarakat agar dampak positif mudik dapat ditingkatkan, sementara dampak negatifnya dapat diminimalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun