Mohon tunggu...
Amirullah Adi S
Amirullah Adi S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Pertanian Bogor

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Manajemen Sumber Daya Lingkungan dan Kesejahteraan Keluarga Sandwich di Area Pertanian

5 Mei 2023   15:00 Diperbarui: 5 Mei 2023   15:06 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Matter of Food (@thematteroffood) | Unsplash Photo Community 

Dewasa ini telah banyak orang menyadari bahwa kehidupan keluarga merupakan hal yang fundamental dari kehidupan masyarakat yang dicita-citakan yaitu keluarga yang sejahtera. Kenyataan sejahtera ini bukanlah hanya angan-angan dan harapan, tetapi sesuatu yang harus diusahakan, dilaksanakan, dan dicapai. Pencapaian pada cita-cita ini harus dilaksanakan dengan perbuatan nyata dalam kehidupan, khususnya dalam kehidupan keluarga. 

Keluarga adalah unit dasar masyarakat yang secara terus menerus dipertahankan dari waktu ke waktu. Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, keluarga perlu menyadari bahwa hidup di abad 21 ini menghadapi banyak tantangan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya keluarga. 

Manajemen sumberdaya keluarga dilakukan untuk membuat keputusan, merencanakan, dan berperilaku untuk memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan tugasnya dalam masyarakat yang kompleks. Setiap keluarga memiliki tipe pengambilan keputusan yang berbeda sehingga menciptakan keragaman manajemen sumberdaya keluarga. Berdasarkan hasil wawancara kepada kelima keluarga didapatkan bahwa pengambilan keputusan yang diterapkan adalah tipe pengambilan keputusan konsensual. 

Keputusan konsensual adalah keputusan yang dibuat secara bersama-sama dan dapat diterima oleh semua individu yang terlibat. Dalam hal ini, para narasumber dan keluarganya melakukan diskusi terkait manajemen sumber daya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Para narasumber dan keluarga berencana untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dan memanfaatkan sumber daya dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya. 

Seperti yang ditulis dalam penelitian Kusumaningrum (2018) bahwa tantangan ini semakin terlihat pada generasi yang disebut dengan sandwich generation. Sandwich generation adalah generasi setengah baya yang memiliki orang tua lanjut usia dan memiliki tanggungan kepada anak-anaknya. Sandwich generation menggambarkan suatu kondisi bahwa mereka sedang terjepit dalam suatu pilihan antara harus menanggung orang tua ataukah anak-anaknya. 

Menurut pengertian dari penelitian Husain et al. (2021) dapat dikatakan bahwa kondisi sandwich generation ini dapat terjadi baik pada perempuan maupun laki-laki. Kemudian, kondisi ini juga dapat melahirkan suatu permasalahan baru bagi sandwich generation yang memiliki beban tanggungan yang berat, bahkan tidak hanya fisik, namun juga pada mental yang dapat memicu stres. Tidak jarang juga, banyak sandwich generation lebih mementingkan kebutuhan orang tua maupun anggota keluarga lainnya daripada diri sendiri maupun anak-anaknya. 

Lahirnya sandwich generation disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) minimnya literasi keuangan, kurangnya pemahaman mengenai literasi keuangan biasanya menyebabkan individu sebagai generasi pertama dalam keluarga tidak menyiapkan dana pensiun sehingga ketika sudah memasuki usia tidak produktif diperlukan generasi kedua untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga; 2) Orang tua yang berumur panjang dan non produktif sehingga anak sulit mencapai kemandirian dari segi finansial; dan 3) memiliki kebiasan konsumtif dalam membeli barang. 

Menurut Yuliana (2021), peran ganda yang dijalankan oleh sandwich generation dapat berimplikasi pada penurunan kesehatan, peningkatan stres, dan ketidakmampuan untuk menemukan keseimbangan dalam hidupnya, terlebih sebagai seorang pekerja. MacEwen dan Barling (1994) menjelaskan bahwa umumnya hal ini dapat disebut sebagai konflik peran, yaitu konflik yang terjadi ketika terdapat beberapa permintaan peran secara sekaligus pada diri individu, yang individu tersebut tidak dapat memenuhi beberapa peran yang diminta tersebut.

Konflik peran yang terjadi juga dapat dialami oleh sandwich generation karena selain mereka harus mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, mereka juga perlu memberikan kebutuhan seperti dukungan emosional, afeksi, sosial, serta finansial kepada anggota keluarga yang terdiri dari dua sampai tiga generasi yang berbeda dalam satu rumah yang sama. 

Tidak menutup kemungkinan bahwa sandwich generation memiliki perubahan pada keberfungsian sosial diri individu akibat berbagai kewajiban yang harus dijalankan secara bersamaan dengan tuntutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan secara fisik, emosional, dan finansial dari orang-orang yang menjadi tanggungannya.

Menurut Raharjo (2016), keberfungsian sosial seseorang dapat berkembang ketika memiliki kepuasan akan dirinya sendiri, puas ketika menjalankan berbagai peran dalam kehidupannya. Akibat dari konflik peran yang dialami oleh generasi sandwich, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga merasa tidak puas saat menjalani kehidupan pribadinya.

Kondisi tersebut membuat sandwich generation mengalami konflik peran yang berimplikasi pada kehidupan sosialnya. Konflik peran dapat diartikan gejala mental yang dialami seseorang sehingga menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja dan dapat menurunkan motivasi kerja. 

Sandwich generation menjalankan peran-peran dalam kehidupannya dengan melihat berbagai tanggungan terhadap anggota keluarga serta perbedaan generasi dan tanggung jawab yang dijalankan dalam waktu yang sama, baik saat bekerja ataupun memberikan pengasuhan kepada anggota keluarga. Tentunya hal ini dapat mempengaruhi keberfungsian sosial sandwich generation. 

Peran ganda yang dijalankan oleh sandwich generation juga dapat berimplikasi pada penurunan kesehatan, peningkatan stres, dan ketidakmampuan untuk menemukan keseimbangan dalam hidupnya. Akibatnya, sandwich generation seringkali merasa lelah, mudah takut, kehilangan semangat atau motivasi kerja, hubungan sosial merenggang, serta permasalahan sosial lainnya.

Sandwich generation dapat terjadi pada keluarga yang kurang sejahtera. Maka diperlukan manajemen sumberdaya keluarga dan lingkungan yang baik sehingga pelaksanaan fungsi keluarga dapat berjalan dengan baik dan meminimalisir bahkan menghindari terjadinya konflik peran.

Hal ini karena manajemen sumberdaya keluarga dan lingkungan sangat berkaitan dengan kesejahteraan keluarga. Dengan manajemen sumberdaya keluarga dan lingkungan yang baik, maka keadaan keluarga pun akan sejahtera serta segala kebutuhan dapat terpenuhi.

Manajemen sumberdaya keluarga yang harus dilakukan adalah melakukan keseimbangan peran. Tiap anggota keluarga harus mengoptimalkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, tiap anggota keluarga juga harus menjalankan perannya masing-masing dengan baik. Dengan begitu, tiap anggota keluarga dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri sehingga tidak hanya menaruh beban pada salah satu anggota keluarga saja.

Sementara itu, manajemen sumberdaya lingkungan yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan sumberdaya yang tersedia yang disekitar lingkungan kita. Terdapat dua pendekatan yang  dapat diterapkan, yaitu  inside-out yang terfokus pada apa yang sudah dilakukan atau sumberdaya yang dimiliki dan mengusahakan untuk melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan, serta outside-in yang terfokus dari analisis lingkungan eksternal sehingga muncul perencanaan untuk mengeksploitasi kesempatan-kesempatan dan meminimalisasi permasalahan yang terjadi.

Penulis: Cut Mikyal Annisanda (I2401211069), Dafina Nasywa Dianti (I2401211070), Fairuza Alyaa Wirdha (I2401211071), Azizah Inayah Daeng Mangali (I2401211072), Amirullah Adi Sasono (I2401211073)

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, MSi. dan Irni Rahmayani Johan, SP., MM., PhD., Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun