TPA Pakusari benar-benar disulap jadi tempat yang bermanfaat. Dari sektor pariwisata, warga bisa berjualan makanan dan minuman di area TPA, melayani wisatawan yang datang. Wisatawan bisa rekreasi sekaligus melihat dan belajar proses pengolahan sampah yang bisa mereka terapkan di rumah (membuat pupuk kompos, membuat gas metan, pengetahuan zero waste).
Dari sektor pengelolaan sampah, warga sekitar mendapatkan gas metan gratis untuk keperluan memasak sehari- yang dihasilkan dari pengelolaan sampah organik. Pemulung bisa mencari sampah di titik utama pembuangan sampah dan didatangi langsung oleh pembelinya ke lokasi.Â
Kafe TPA pun dikelola dengan melibatkan masyarakat sekitar sebagai pekerjanya. Mereka menjelaskan bahwa gas metan yang digunakan untuk memasak adalah hasil pengolahan sampah. Transaksi di kafe ini selain menggunakan uang resmi juga bisa menggunakan botol plastik bekas. Sangat menarik. Tapi sayangnya proses kreatif ini tidak bertahan lama.
Awal Agustus 2019 saya mendengar kabar bahwa penduduk yang memiliki sawah di sekitar TPA berdemo. Mereka protes, lantaran lahan pertanian mereka tercemar oleh sampah TPA. Kabar itu pula yang kembali mendorong saya datang ke TPA Pakusari untuk yang kesekian kali. Dan ternyata..........
TPA Pakusari, Riwayatmu Kini.
Tanggal 2 Agustus 2019 sekitar pukul 9 pagi saya kembali berkunjung ke lokasi "wisata edukasi" TPA Pakusari. Saya membawa nasi sedekah Jumat yang dibagikan setiap Jumat pagi.
Kali ini sekitar 80 bungkus sengaja saya arahkan ke TPA untuk para pemulung dan pekerja. Kegiatan sedekah Jumat ini sudah berjalan rutin setahun belakangan.
Kebetulan saya sebagai inisiatornya, lalu mengajak beberapa mahasiswa menggalang donatur dan ikut terjun ke lapangan membagikannya.
Biasanya nasi dibagikan kepada pemulung keliling, tukang becak dan tukang parkir. Masyarakat umum juga. Biasanya kalau ada sisa, kami titipkan ke marbot masjid untuk dibagikan pada Jama'ah sholat Jum'at. Tidak terlalu banyak sisanya, biasanya sekitar 90an bungkus saja jumlahnya.
Saya sangat bersyukur, masih banyak orang baik yang gemar berbagi kegemberiaan dengan masyarakat sekitarnya. Delapan puluhan bungkus nasi yang saya bawa, ternyata masih sangat kurang jumlahnya. Karena jumlah pemulung yang ada di TPA Pakusari lebih dari 150 orang banyaknya. Mohon maaf karena tidak mencukupi.