MUI dan FPI selama ini memiliki ideologi yang jelas, Jejak gerak yang jelasm dan arah gerakan yang jelas. Mereka konsen pada penataan masyarakat dengan landasan hukum-hukum Islam. Apapun pendapat, saran, fatwa, dan komentar yang sifatnya resmi kelembagaan tentunya sudah mereka godog matang-matang berdasarkan hukum Islam yang mereka yakini benar.Â
Kritik MUI dan FPI kepada penyelenggaraan event yang mereka nilai bertentangan dengan nilai keislaman juga bukan merupakan hal baru. Jadi kenapa segelintir masyarakat justru resah menanggapi kritik ini? Seolah-olah baru pertama kali ini MUI dan FPI melakukan kritik.Â
Justru yang membuat saya penasaran adalah bagaimana cara cerdas penyelenggara 17 tahun JFC Â yang sudah berlalu sehingga bisa selamat dari kritikan MUI dan FPI. 17 Tahun diselenggarakan, bisa memperkenalkan budaya Indonesia, bisa menghibur masyarakat, tapi tanpa kritik dari lembaga keagamaan. Bagaimana bisa? Â Ini yang mestinya dipelajari oleh penyelenggara JFC kedepannya.
Tragedi ini cukup menarik untuk menggali lebih dalam sosok almarhum Dynan Fariz, Presiden JFC yang wafat beberapa waktu lalu. Ia berhasil menghidupkan budaya Indonesia dan membawa JFC sebagai karnaval terbesar ke-3 dunia, tanpa bersinggungan dengan lembaga keagamaan. Semoga Tuhan memberinya tempat terbaik di sisi-Nya. AEH
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H