Mohon tunggu...
AMIR EL HUDA
AMIR EL HUDA Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Laki-laki biasa (saja)

Media: 1. Email: bangamir685@gmail.com 2. Fb: Amir El Huda 3. Youtube: s https://www.youtube.com/channel/UCOtz3_2NuSgtcfAMuyyWmuA 4. Ig: @amirelhuda

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Taman Botani Sukorambi, Saya Ingin ke Sini Lagi

26 Juli 2018   00:56 Diperbarui: 26 Juli 2018   01:00 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Untuk Tanaman Hidroponik. doc: Amir El Huda

Yang pertama kali membuat pengunjung merasa gembira ketika memasuki kawasan taman Botani Sukorambi adalah sambutan para penjaga tiketnya. Sambutan hangat, ramah bersahabat, dan ucapan selamat datang, berpadu dengan senyum manis dari wajah-wajah mereka yang aslinya ganteng-ganteng dan cantik-cantik.

Tidak lupa ucapan terimakasih mereka ucapkan setelah bertukar tiket dengan uang pembayaran. "terimakasih, mas", ucap wanita muda itu sambil lagi-lagi tersenyum. Bebunga indah yang menghiasi sepanjang jalan masuk menuju lokasi parkiran seketika layu, minder karena kalah cantik dengan petugas tiket lokasi wisata.

Sekitar lima kali sudah saya bersama kawan-kawan kuliah merefresh pikiran dan badan di taman botani botani Sukorambi ini. tak bosan-bosan. Selain karena lokasinya yang dekat dengan area kota Jember, hanya sekitar lima belasan menit saja dengan; harga tiket masuknya yang terjangkau dompet mahasiswa; juga wahana wisatanya yang beraneka ragam membuat pengunjung bisa memilih berbagai macam pilihan wahana. Sesuai selera.

Saking banyaknya wahana, kami bingung mau menikmati wahana yang mana saja. Banyak sekali pilihannya: ada tempat penangkaran tanaman hidroponik, kebun buah, kolam renang, pemeliharaan hewan (kelinci, kuda, ikan koi, lobster air tawar, burung merak, ayam mutiara, luwak, rusa,  kolam renang, outbound (flying fox), ada villa untuk penginapan, juga perpustakaan.

Satu pelajaran bahwa  taman botani bukan hanya tempat liburan biasa, tapi liburan sambil belajar. Bukan hanya tempat melepas kepenatan, namun juga tempat mempererat persahabatan. Bukan sekedar tempat rekreasi bareng keluarga, namun bisa jadi kamu yang sudah menjomblo terlalu lama bisa  menemukan "bakal" keluarga di sana. hahaha .

Kawan-kawan ingin segera berenang. Saya ingin menjelajahi dulu seluruh lokasi. Berenang adalah tujuan akhir saya nanti, setelah tubuh banjir peluh karena belajar  out door tanpa mengeluh. Berbekal kamera dan note book, saya pun mulai berjalan. Mata saya jelalatan mengamati kanan dan kiri, menatap ke depan, dan sesekali menoleh dan berbalik kebelakang karena ada spot yang terlewati.

Setiap sudut tempat, ke mana pun mata memandang, di situ ada tumbuhan segar. Tidak ada satupun tumbuhan layu di sepanjang jalan yang  saya lewati. Bukti bahwa semua tumbuhan di sini dianggap special oleh pengelola, sehingga harus dirawat dengan sebaik-baiknya. Bunga-bunga indah bermekaran: mawar, anggrek, dan bunga-bunga lain yang saya tidak tahu namanya.

Penangkaran Tumbuhan 

Tepat ! sangat tepat kalau lokasi satu ini dinamakan dengan taman botani. Botani artinya ilmu tentang tumbuh-tumbuhan. Botani mempelajari semua yang berhubungan dengan tumbuhan, seperti genetika, pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, perkembangan, interaksi dengan komponen biotik dan komponen abiotik, serta evolusi  tumbuhan. Tapi di taman botani ini, tidak hanya bisa mempelajari itu saja, juga bisa belajar manajemen bisnis tumbuhan: mulai dari modal produksi, cara perawatan, strategi pemasaran, sampai perkiraan keuntungan yang akan dihasilkan. Tentunya dilengkapi motivasi untuk tidak patah semangat ketika mengalami kerugian.

Ruang Untuk Tanaman Hidroponik. doc: Amir El Huda
Ruang Untuk Tanaman Hidroponik. doc: Amir El Huda
Di area kebun edukasi hidroponik, saya ditemani oleh pekebunnya yang sangat ramah. Saya lupa namanya. Sebut saja Pak Dermawan, lelaki paruh baya yang tidak pelit ilmu. Saya diajaknya berkeliling ke dalam lokasi penyemaian dan pembesaran yang ditutupi waring berwarna putih. "waring ini fungsinya supaya hama tanaman tidak bisa masuk, mas", kata beliau. "kalau hama masuk, lalu bertelur di dalam, bisa rusak semua tanamannya", lanjut beliau.

Saya mengamati dengan seksama sambil berjalan pelan. Lalu berhenti. Lalu berjalan pelan lagi. Berhenti lagi. Berjalan lagi begitu seterusnya. Sawi danging dan selada wangi yang ditanam secara hidroponik itu tumbuh dengan sehatnya di pipa-pipa panjang yang diberi lubang sebagai media tanam. Pipa paralon tersebut berisi air yang mengandung pupuk organik yang memicu tumbuh kembang tanaman  secara sempurna. Tanah hanya digunakan saat awal benih tanaman disemaikan. Untuk pembesaran sampai panen, media air lah yang digunakan.

Tidak hanya kebun hidroponik saja yang saya singgahi. Selanjutnya kebun bunga dan kebun buah. Di kebun buah, pohon jeruk bali yang sudah mulai menguning buahnya seperti melambai-lambai minta dipetik. Pohon durian tidak mau kalah, sesekali ia menyibak-nyibakkan daun yang menutupi buah. Namun, buah durian lebih enak yang jatuh sendiri ketika sudah masak tua, kalau dipetik di pohon, biasanya tidak nikmat rasanya karena terlalu muda. Sepertinya pohon-pohon buah itu ditanam dengan teknik cangkok, sehingga pohonnya tidak tinggi besar namun sudah bisa menghasilkan buah.

Kebun bunga terletak di sebelah kebun buah. Seperti kebun hidroponik, kebun bunga ditutupi juga dengan waring berwarna putih. Beraneka jenis bunga berjejer rapi di atas rak-rak menganak tangga. Kaktus yang dibonsai kecil-kecil tertata rapi di tempatnya. Cocok untuk menghiasi meja kerja dan ruang tamu rumah kita. Menjadi penyejuk mata saat lelah bekerja.

Penangkaran Hewan

"Kelincinya gemuk-gemuk dan sehat, mas", kata saya kepada pemelihara kelinci. "iya, mas. Makanan dan gizinya terjamin. Hehehe", katanya sambil menemani saya berkeliling kandang. Taman Botani Sukorambi Jember memiliki sekitar delapan jenis kelinci:satin, Flemish giant, lop, dutch, netherland dwarf, new Zealand, rex, dan Himalayan. Kelinci-kelinci ini boleh dibeli melalui pengelolanya.

Kandang kelinci yang didesain bertingkat ini sangat bersih kalau menurut saya. Tidak tercium bau kotoran dan kencingnya. Tidak terlihat ada kotoran kelinci berceceran, padahal jumlah kelincinya ratusan. "Boleh saya ikut member makan, mas ?", bisik saya padanya. "tentu saja boleh mas, sekalian bantuin saya. Boleh juga kalau mau bantu membersihkan kandangnya", ujarnya sambil tertawa. "Kapan-kapan saja mas, saya harus keliling ke tempat yang lain dulu kali ini", kata saya membalas candaannya.

Bekerja di tempat wisata semacam ini memang harus ramah dan punya selera humor. Taman Botani Sukorambi punya potensi sumber daya manusia yang seperti itu. Sehingga di spot mana pun mereka masuk, akan betah berlama-lama di dalamnya.

Taman Botani Sukorambi memiliki banyak koleksi hewan. Ada yang dimasukkan di dalam kandang, namun ada juga yang dibiarkan berkeliaran. Beragam jenis ayam terlihat berkeliaran bebas, lincah, dan sesekali berkokok bersahutan. Ayam kate betina terlihat berlenggak-lenggok menggoda ayam kate jantan. Yang digoda datang. Betina lari dan menghilang di semak pepohonan. Ah, dasar wanita.

Kuda, ular, ayam mutiara, luwak

Out Bound 

Saya belum pernah mencoba wahana out bound di taman botani Sukorambi. Kalau melihat flying fox-nya, kayaknya asik juga. Ada dua flying fox yang disediakan, yaitu flying fox jungle dan flying fox tombro. Keduanya berbeda. Flying fox tombro itu diperuntukkan bagi pemula. Startnya di area kolam renang. Naiknya tidak terlalu tinggi, kemuringannya tidak terlalu curam: sekitar 15 derajat saja, sehingga tidak terlalu keras meluncurnya. Flying fox jungle lebih tinggi dan lebih panjang.

Start awal dimulai dari ketinggian sekitar 40 meter, lalu meluncur deras , menggantung di bawah sling sepanjang 160 meter, menyibak dedaunan pohon-pohon tinggi. Meskipun sudah memakai perlengkapan keamanan terbaik, pengunjung tetap saja menyisihkan rasa khawatir, dan deg-degan. Jeritan diiringi suara tawa bersahutan terdengar.

Terlihat ada juga pengunjung yang menutup matanya sambil menjerit. "bermain flying fox itu seperti orang makan sambel, mas", kata pendampingnya. "kok gitu ?", tanya saya penasaran. "Sudah tahu kalau sambel itu pedas, tapi masih saja pengen makan. Sudah tahu kalau bermain fling fox itu menakutkan, tapi bikin ketagihan. Hahaha", katanya sambil tertawa. Iya juga ya.

Keberhasilan taman Botani Sukorambi sampai sejauh ini  tidak dapat dipisahkan dari peran pemiiknya, H. Kahar Mudzakar. Jauh sebelum menjadi surga kecil seperti sekarang ini, kawasan taman botani merupakan pernah menjadi perkebunan durian dan juga tambak ikan. Pak Haji, panggilan kecil H. Kahar Muzakir, bercita-cita memiliki tempat wisata yang bisa dinikmati oleh semua orang dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Sekarang, cita-cita itu tercapai. Semoga maju terus, Pak Haji, dan terus bermanfaat bagi umat.

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Taman Botani Sukorambi dan Blogger Jember Sueger #2

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Taman Botani Sukorambi dan Blogger Jember Sueger #2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun