Begal dan Maling zaman now
        Kompasiana sangat efisien sebagai media berbagi berita. Terbukti dengan artikel yang saya tulis beberapa hari yang lalu dengan judul ""Begal" Mengganas, Lumajang Mencekam dan Masyarakat Was-was" mendapatkan respon sangat cepat dari masyarakat setelah dishare di grup facebook. Artikel tersebut kemudian dishare berkali-kali oleh masyarakat dan menghasilkan diskusi beragam dalam kolom-kolom komentar.
        Begal jaman sekarang ini sudah berganti SOP. Kalau jaman dulu begal bertindak dengan cara menghadang calon korban. Korban yang sudah berhenti kemudian diancam dan diintimidasi untuk menyerahkan barang yang diinginkan. Jika korban melawan, barulah begal bertindak kasar dengan memukul, membacok ataupun menembak.
Sekarang lain, para begal lebih senang mengambil jalan instan. Mereka mengikuti korban dari belakang, lalu secara tiba membacok ataupun memukul korban yang tidak sadar serangan. Setelah korban terkapar, barulah harta korban mereka amankan. Maling-maling rumahan pun demikian. Tak mau ambil resiko korbannya berteriak memanggil bantuan, mereka buat dulu korban terkapar tak berdaya.
Khususnya maling binatang (sapi, kambing, kerbau) sudah terjadi kemajuan. Mereka lebih suka mencincang hewan curian di tempat gembalaan, membawa dagingnya dan menyisakan tulang-belulang yang tak terlalu menguntungkan ketika dijual.
Satu kesimpulan saya tarik dari riuhnya percakapan media sosial bahwa masyarakat di daerah pada saat ini merasa resah, cemas, takut, dan merasa "terancam" oleh ulah begal dan maling yang semakin hari semakin KURANG AJAR. Iya, kurang ajar. Para penjahat tidak hanya merampas harta. Tanpa segan, tanpa belas kasihan mereka memukul, melukai, menyiksa bahkan menghabisi nyawa korban.
Aktifkan Lagi Pos Kamling dan Ronda Malam
        Pos keamanan lingkungan yang sering disebut pos kamling pada jaman dulu memiliki fungsi strategis dan sangat penting. Selain sebagai tempat warga berjaga lingkungan pada saat malam, Pos Kamling juga berfungsi sebagai tempat berkumpul ibu-ibu pada saat siang sambil menanti kawannya berangkat pengajian ataupun arisan.  Anak --anak juga suka memanfaatkan Pos Kamling sebagai area bermain bersama kawan-kawan.
        Fungsi Pos Kamling yang demikian penting saat "tempo doloe" membuatnya resik, apikdan menarik. Pos Kamling dirias indah sedemikian rupa membuat siapapun betah duduk lama di sana. Kontras sekali perbedaannya dengan kebanyakan pos kamling jaman sekarang yang tampak kotor, kumuh dan dirias sekedarnya setahun sekali menjelang agustusan. Ditambah lagi hadirnya orang gila tidur pulas di dipannya menjadikan pos kamling tempat seram dan menakutkan.
        Mengingat masa lalu, sekitar awal tahun 2000an, di desa-desa di Kabupaten OKU, SUM-SEL, kegiatan ronda malam alias piket jaga malam masih aktiv berjalan. Mungkin begitu juga di daerah lainnya. Pos kamling dijadikan sebagai pos ronda malam dan selalu dijaga oleh 3 sampai 5 orang petugas piket jaga. Beberapa jam sekali petugas berkeliling memantau keamanan hingga ujung dan sudut-sudut desa. Para petugas cukup berbekal senter, pentungan dan benda tumpul sekedarnya untuk berjaga-jaga, karena minuman dan konsumsi peneman begadang sudah ditanggung oleh warga yang piket menyediakan makanan untuk peronda malam.
        Keberadaan peronda malam ternyata banyak sekali manfaatnya. Orang-orang yang semula punya niat jahat untuk mencuri atau merampok jadi berfikir ulang terhadap niatnya. Para maling yang sedang beraksi akan segera terdeteksi karena satu saja kentongan tanda adanya maling sudah berbunyi akan menyebabkan alunan berpuluh kentongan lain disertai teriakan yang membuat warga terbangun dan mendekat ke sumber bunyi. Jika sudah begini, masyarakat akan menutup semua akses jalan dan mengepung maling supaya tidak bisa keluar dari area kepungan.