Mohon tunggu...
AMIR EL HUDA
AMIR EL HUDA Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Laki-laki biasa (saja)

Media: 1. Email: bangamir685@gmail.com 2. Fb: Amir El Huda 3. Youtube: s https://www.youtube.com/channel/UCOtz3_2NuSgtcfAMuyyWmuA 4. Ig: @amirelhuda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanoker Gagas Sekolah "Yang-Eyang"

10 Mei 2017   09:56 Diperbarui: 10 Mei 2017   10:16 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber photo: doc.pribadi

                                  Kelompok belajar Tanoker yang selama ini intens dalam pendampingan anak-anak para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luarnegeri, kini kembali membuka sekolah unik dengan nama sekolah “yang-eyang”. Sebelumnya, kelompok belajar di kec. Ledokombo, Jember yang mempunyai makna kepompong ini sudah membuka sekolah “bok ebok” dan sekolah “pak bapak”. “Bok Ebok” dalam bahasa Madura berarti Ibu-Ibu; “Pak Bapak” berarti bapak-bapak, dan ; “Yang Eyang” berarti eyang-eyang atau kakek-kakek.

                Tanoker yang sukses mengembalikan ruh  permainan tradisional egrang ini melihat pentingnya memberikan pemahaman kepada para pengasuh anak tentang cara mendidik anak di era globalosasi ini. Dalam sebuah diskusi bersama para pegiat media massa, bu Cicik selaku ketua Tanoker mengungkapkan bahwa edukasi untuk pembimbingan anak tidaklah cukup hanya diberikan kepada para ibu saja, tidak cukup hanya ibu saja yang paham dan mengerti soal anak. Hal seperti ini justru akan menyebabkan keluarga njomplangdan tidak imbang. Oleh karenanya para bapakpun harus diberi edukasi mengenai pembimbingan anak, tidak tertinggal dengan para ibu.

                Tidak bisa dipungkiri, di era globalisasi yang sarat dengan media sosial ini para anak di kota maupun di desa menjadi sangat akrab dengan penggunaan gadgetdan internet.Keadaan seperti ini ibarat mata uang yang memiliki dua sisi, satu sisi positif apabila gadgetdan internet dimanfaatkan dengan bijak, dan satu sisi negatif bila disalahgunakan pemanfaatannya. Dalam sebuah razia handphone yang diadakan oleh salah satu sekolah dasar (kelas 6)  di Kec Ledokombo menyebutkan bahwa 80% handphone terindikasi memuat konten porno. Ini merupakan salah satu bentuk internet yang negatif. Sekolah pak-bapak dan bok-ebok mendorong orang tua untuk berperan lebih aktif mengawasi anak dalam penggunaan internet dengan memberi mereka pelatihan dan pembimbingan belajar internet.

                 Selain mengedukasi orangtua dalam hal penggunaan internet, kelompok belajar tanoker juga memberikan edukasi tentang penyalahgunaan narkoba, sek bebas, kewirausahaan, perkembangan anak generasi Y-Z dan juga kesehatan reproduksi. Edukasi tentang narkoba sangatlah penting jika mengingat bahwa sekita 70% narapidana di Indonesia disebabkan karena narkoba. Tidak kalah penting juga edukasi tentang kesehatan reproduksi untuk meminimalisir pernikahan dini. Kesemuanya ini diberikan untuk memberika solusi preventif apabila sudah terlanjur terjadi “kecelakaan moral” dan juga tindakan represif yang mesti dilakukan oleh orang tua untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang lebih dahsyat.

                Melihat banyaknya warga Ledokombo yang menjadi TKI di luar negeri dan menitipkan anak-anak mereka kepada kakek-neneknya, selanjutnya Tanoker akan mengadakan sekolah “yang-eyang” untuk mengedukasi para kakek-nenek yang diamanati untuk mengasuh anak. Sekolah yang-eyang tidak hanya berlaku untuk mereka yang diamanahi untuk mengasuh anak yang ditinggal bekerja di luar negeri saja, melainkan untuk mereka semua yang berminat untuk mengikuti program sekolah ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa para kakek-nenek mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik anak. Umumnya anak lebih ngalemalias manja kepada kakek-nenek dibandingkan kepada orang tua kandungnya sendiri. Nenek-kakek cenderung memberi pembelaan kepada anak yang sedang diberi pengertian oleh orang tuanya.

sumber photo: doc.pribadi
sumber photo: doc.pribadi
                Melalui workshop nasional dengan tema "pengasuhan positif untuk pendidikan keluarga dan masyarakat" yang dibuka oleh perwakilan  Kemendiknas  pada 9 Mei 2017, Tanoker menggandeng seluruh elemen masyarakat untuk bermusyawarah membahas pola pengasuhan anak untuk mengawal perkembangan dan pertumbuhan anak.  Pola pengasuhan anak ala tanoker dilakukan dengan bergotong-royong antara warga. Anak tidak hanya diawasi dan diasuh oleh orang tuanya saja, melainkan juga diawasi oleh orang lain dengan langsung memberikan arahan maupun melaporkan kepada orang tua anak mengenai perbuatan dan tingkah laku anak di luar rumah. Orang tuapun diberi pengertian bahwa anak zaman sekarang sangat berbeda dengan zaman mereka kecil, sehingga menuntut perubahan gaya dan pola pendidikan.  Dengan adanya model pengasuhan seperti ini diharapkan meminimalisir terjadinya kecelakaan moral yang dimulai dari tingkat desa dan anak lebih berkembang, tidak ketinggalan zaman namun tetap memegang erat religius dan kearifan lokal. Sangat bagus ketika warga desa saling  menganggap bahwa anakmu adalah anakku dan anakku adalah anakmu, namun jangan sampai ada anggapan bahwa isterimu juga isteriku. J

                 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun