Pengobatan juga dengan diskusi serta motivasi untuk menggugah jiwa supaya kembali normal. Penyakit kejiwaan yang biasa ditangani adalah stres, gila, kecanduan narkoba/obat-obatan terlarang, anak ndableg/nakal, dll. Pengobatan jiwa dilakukan dengan berobat jalan, pasien datang ke pondok dan setelah itu dibawa kembali pulang, lalu beberapa waktu kemudian datang lagi melakukan tahapan pengobatan selanjutnya, begitu dan seterusnya hingga kondisi jiwanya dapat disembuhkan. Banyak permintaan kepada kyai untuk membangun asrama bagi pasien gangguan jiwa, namun sayangnya permintaan tersebut masih belum bisa dilaksanakan, kendala biaya merupakan faktor utama.
Perpustakaan yang mestinya ada untuk para santri dengan buku-buku memadai justru belum ditemui di sini. Kekurangan fasilitas tidak membuat pengurus ponpes lemah, pengajuan bantuan kepada pemda yang tidak kunjung dipenuhi semakin membangkitkan semangat mereka untuk mandiri, menghidupi ponpes dan santri bersama para donatur yang ikhlas memberikan bantuan dalam bentuk apapun. Donatur bukan hanya dari dalam negeri, melainkan juga dari mancanegara.
Pernah ada turis dari Amerika yang menderita suatu penyakit tak kunjung sembuh, oleh guide-nya dibawa berobat ke ponpes kesehatan mental Thoriul Mahfudz, dan setelah seminggu kepulangannya ke Amerika ternyata penyakitnya sembuh. Sebagai balas jasa, turis yang merasa kasihan dengan kondisi rumah kyai tersebut menyumbangkan dana untuk pembangunan rumah kyai yang dipakai sebagai penerima tamu dan beberapa infrastruktur ponpes.
Tidak semua santri menginap di ponpes. Beberapa santri yang rumahnya dekat dengan ponpes diberi kelonggaran untuk pulang setelah semua kegiatan selesai. Kyai Marzuki sempat mengatakan bahwa jumlah 70 santri untuk ukuran ponpes di Bali merupakan jumlah yang sangat banyak. Beliau menukil ungkapan gurunya, Kyai Haji Raden As’ad Samsul Arifin yang mengatakan bahwa satu santri di Bali, nilainya sama dengan 1.000 santri di Pulau Jawa.
Ungkapan gurunya itu menjadi salah satu motivasi penyemangatnya untuk terus berjuang menghidupi ponpes dan menabur kebermanfaatan bagi umat manusia. Ke depannya, semoga segera terwujud asrama santri yang memadai, asrama untuk panti asuhan, dan asrama untuk pasien gangguan kejiwaan. Semoga Pemda Bali segera turun tangan membantu memenuhi fasilitas dan sarana prasarana di lembaga pendidikan yang masih masuk dalam wilayahnya.
Anda merasa mengalami gangguan jiwa? silahkan segera berobat ke sana. Anda mempunyai kelebihan harta? Silakan jika ingin mendermakannya. “Tidak penting apapun agama dan sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain, mereka tidak akan bertanya apa agamamu,“ –Gus Dur--
Semua agama 'pasti' memerintahkan pemeluknya agar mengajak manusia untuk bersama memeluk agamanya, tidak menjadi masalah.
Yang menjadi masalah adalah memaksa orang lain untuk memeluk agama yang dipeluknya, mempercayai Tuhan yang dipercayainya, menghalang-halangi orang lain untuk menjalankan ibadah yang diyakininya, dan menebar permusuhan kepada yang berlainan agama dengannya. Always be one, peace in diversities.
Amir El Huda