Suasana UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang Dan Lembaga Tembakau masih sangat sepi ketika saya memasuki gerbangnya. Bangunan besar yang berposisi di Jalan Kalimantan, samping kanan pengadilan negeri Jember masih lengang dari kendaraan dan wira-wiriorang. Ada tulisan “Parkir Tamu” di dekat pos Satpam. Dua satpam yang bertugas memakai pakaian batik bermotif tembakau tersenyum dengan sangat ramah, jauh dari kesan menyeramkan. “Silahkan mas, menuju ke bagian penerimaan tamu”, ujarnya ramah.
“selamat datang, ada yang bisa saya bantu ?”, sapa mbak cantik receptionis sambil melebarkan senyumnya yang menawan. Jilbab merahnya sedikit berkibar dihembus angin pada saat saya datang, “inikah tandanya cinta ?”, kata syair lagu dari sebuah grub band terkenal. Segera saya mengisi daftar hadir pengunjung di komputer yang tersedia untuk mengalihkan perhatiannya. Urutan nomor tiga pengunjung yang hadir hari ini, angka keberuntungan saya.
Untuk keperluan penelitian, wawancara, studi banding dan kepentingan yang lain yang berkaitan dengan istansi lain para calon pengunjung diminta untuk terlebih dahulu mengirimkan surat pengantar dari instansinya yang ditujukan kepada kepala UPT. Bahkan pengunjung yang datang di hari sabtu dan minggupun tetap dilayani apabila sebelumnya sudah ada koordinasi dengan pengurus UPT.
Silaturahmi kali ini saya niatkan hanya di Museum Tembakau yang merupakan satu-satunya museum tembakau di Indonesia. Beragam tembakau dari hasil pertanian dalam negeri dipajang dan ditata sedemikian rupa, lengkap dengan nama dan jenisnya. Saya bisa melihat bahkan memperagakan cara pembuatan rokok mulai dari perajangan/pencacahandaun tembakau menjadi serabut-serabut kecil, mengetahui berbagai jenis kertas rokok/paper, menggulung tembakau dengan kertas hingga menjadi rokok siap hisap. Jika pengunjung musium mau, bisa juga mencicipi rokok lintingan yang digulung sendiri, dengan tembakau yang dikhususkan oleh pengurus museum untuk para pengunjung.
Cerutu dengan rokok adalah dua hal yang berbeda. Jika rokok terdiri dari tembakau cacah dengan tambahan berbagai kombinasi dan campuran lain, maka cerutu hanya daun tembakau yang langsung digulung tanpa dirajang/dicacah. Cara menikmati cerutu berbeda dengan menikmati rokok. Cara Menikmati rokok adalah dengan menghisapnya sampai ke saluran pernapasan dan paru-paru , akan tetapi menikmati cerutu adalah dengan berkumur asap tanpa menelan dan memasukkannya ke saluran pernapasan.
Asap yang disedot dari cerutu hanya dipakai untuk berkumur, lalu dikeluarkan lagi. Nikmaaaat. Cerutu yang karena panjang dan besarnya seringkali tidak sampai habis dinikmati. Sisa dari cerutu yang sudah dibakar bisa dinikmati lagi dengan cara memotong dan menghilangkan bekas arang hitam di ujung pembakaran, dan akan bertemu dengan rasa cerutu seperti yang baru.
Pemerintah benar-benar memulai perang melawan rokok. Dimulai dari adanya tulisan “merokok dapat menyebabkan serangan jantung, impotensi , gangguan kehamilan, dan janin” hingga sekarang bertuliskan to the point bahwa ‘”rokok membunuhmu”. Padahal jika pemerintahbersikap adil, seharusnya pada produk selain rokok pun diberi tulisan serupa, misal : mie instan menyebabkan kanker, amandel, tumor. Gula menyebabkan diabetes. Minyak goreng menyebabkan kolesterol. Atau sekalian saja “mie instan, gula, minyak goreng membunuhmu”. Karena banyak riset menyebutkan bahwa produk tersebut juga mengandung bahaya.
Jadi jangan skeptis lagi bahwa semua rokok berbahaya dan tembakau tidak ada manfaatnya. Semua yang diciptakan oleh Tuhan pasti ada manfaatnya, hanya saja mata kebencian sering membutakan manusia, sehingga petunjuk Tuhan untuk mengolah dan mengelola ciptaanNya tidak bisa menembus relung Hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H