Mohon tunggu...
AMIR EL HUDA
AMIR EL HUDA Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Laki-laki biasa (saja)

Media: 1. Email: bangamir685@gmail.com 2. Fb: Amir El Huda 3. Youtube: s https://www.youtube.com/channel/UCOtz3_2NuSgtcfAMuyyWmuA 4. Ig: @amirelhuda

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Baru! Bedadung Water Tubing Sebagai Wisata Ekstrim di Tengah Kota Jember

17 April 2016   20:36 Diperbarui: 17 April 2016   20:47 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Menikmati water tubing dengan ban pinjaman. Foto Woro Ritno"][/caption]

Sungai Bedadung adalah sungai terpanjang  di kabupaten jember. Konon katanya hulu sungai berada di kaki pegunungan argopuro, sedangkan muaranya ada di pantai puger. Penduduk memanfaatkannya dengan beragam fungsi, mulai dari mengairi sawah, mengairi kebun, mencuci pakaian, mencuci perabotan sehari-hari, dimasak sebagai air minum hingga yang paling menyebalkan dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah. “sungguh terlalu”, kata bung haji Rhoma Irama.

                Kami memanfaatkan Sungai Bedadung dengan cara lain, dengan cara kita sendiri. Sebagai mahasiswa perantauan dengan pesangon pas-pasan kami harus kreativ dalam memanfaatkan semua peluang. Termasuk peluang wisata. Peluang “ber”wisata lebih tepatnya. Bukankah lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan?. Kuncinya mobile, terus bergerak. Dalam bahasa Arab dikatakan “taharrok !” ---bergeraklah----. “Inna fil harokati barokatun”---sesungguhnya di dalam pergerakan terdapat keberkahan-----.

             Sabtu pagi. libur kuliah. Gatal kaki rasanya berdiam tertelungkup berkemul selimut. Olahraga water Tubing di sungai Bedadung adalah tujuan hari ini. Bertiga menyusuri belantara dan perkebunan bambu warga dengan semangat membara. Anak muda yang haus darah. Darah yang mengalir deras akibat adrenalin yang bercampur dalam pekat merah, merah darah. Dinginnya pagi ini akibat sisa hujan semalam yang mengguyur bumi pandalungan. Embun bening mengalir pelan di parit kecil daun bambu dan jatuh di ujungnya  yang  lancip. Tidak mau kalah, batang-batang bambu saling bergesekan dan menyenandungkan nyanyian dan sesekali mengucapkan selamat datang kepada kami para konsumen primer fakultas hukum Universitas Jember. [caption caption="Bercengkrama dengan sahabat, Dwi, Foto: Dokumen Woro Ritno"]

[/caption]

Bibir sungai yang seksi sudah tampak, menggoda manja lengkap dengan geliat ombak dan riak tinggi aliran sungai yang hancur berkeping-keping menabrak bebatuan congkak. Ya, sangat congkak. Menjadi penguasa sungai terkuat yang tak mau mengalah. “lihat saja, kau akan terkerus dan gigis habis dikikis air yang gigih maju tanpa niatan mundur ! dan kesombonganmu akan sirna”, tapi apalah daya. Dia hanyalah air yang hanya menjalankan takdir untuk terus mengalir mencari tempat rendah untuknya singgah. Air tak punya pilihan selain maju. Mundur kebelakang adalah kemustahilan. Tak mungkin air mengalir menuju tempat yang lebih tinggi, kecuali dalam aquariun yang dibantu dengan kipas pendorong.

“Lhaaaa...... kok jadi nulis novel gini guys”, hahahaha... santai ya, saya mau minum es jeruk yang dibikinin Dwi. Hmmmm nikmat, siang-siang panas gini minum dingin yang segernya nagih memang mantap..hohhoo

Saya, Oriet dan Dwi tiba disungai . Ada satu orang bapak-bapak yang sedang duduk khusuk diatas batu menghadap ke sungai. Diam tenggelam dalam kesyahduan. “Mungkin dia pertapa yang sedang berfilsafat tentang semua fenomena yang terjadi di negeri ini. Mencoba mencari akar masalah dari RS Sumber Waras yang justru menjadi sumber penyakit. Mencoba menerka besar duit ketua BPK yang ditabung di celengan babi milik Panama. Atau bisa jadi mempertanyakan sikap kritis Karni Ilyas Si host ILC mencerca Ahok yang menggusur kampung nelayan akan tetapi dia mengabaikan lumpur lapindo milik Bakri yang juga pemilik TV One, saluran penyiaran ILC”. Oh tidak, ternyata dia sedang menunggui pancingnya, kawan. Kami menyapanya pelan, berharap ikan-ikan sungai tidak kabur mengetahui kedatangan kami yang kerap menyantap lele dan iwak kali di angkringan belakang gedung DPRD Jember.

Air sungai pagi ini tidak begitu naik meskipun hujan lebat mengguyur Jember tadi malam. Sangat pas untuk water tubing dan berbasah-basahan. Eehhh sudah tahu water tubing apa belum nih ? ituloh olahraga air dengan menggunakan media ban dalam. Handicam dan camera aksi kami siapkan. Segera kami masuk ke air tanpa melepas baju dan celana pendek. Malu lah udah gede. Apalagi di dekat kami ada ibu-ibu sedang mencuci baju. Meskipun dia duduk di tempat tersembunyi namun kami bisa melihatnya jelas dari celah batu yang renggang, beberapa meter dari kami.

[caption caption="Enak enak enak. Woro keenakan. Foto: Woro Ritno"]

[/caption]

“Uhuuuy, airnya dingin sekali”. Arus deras menghantam kami, berulang-ulang. Tinggi air tidaklah dalam, dangkal. Hanya setinggi lutut kami plus beberapa centi lebih tinggi. Suara air dan riak berisik sekali. Benar kata pepatah kuno kalau air beriak tanda tak dalam, orang yang sedikir ilmunya sering berisik suaranya dan ngawur opini-opininya.

Hanyuuuuut. Ya, arus sungai berhasil menyeret 60kg beban tubuh saya. “hahahha”, kami tertawa-tawa riang, senang. Ada yang bilang kalau tertawa bukan jaminan bahagia. Namun kami pagi ini sangat bahagia. Berendam bersama sahabat tercinta yang sekarang sudah tinggal seatap di rumah kos bunda Didin. Wanita baik yang sering melempari kami dengan roti-roti dan kue nikmat buatan tangannya. Koskosan termurah di jember, hanya 625 ribu per 6bulannya. Kata teman-teman kos yang lain anak gadisnya cantik, sekarang kuliah di Malang. “hahaha, saya sendiri belum pernah melihatnya langsung, hanya melalui potonya yang tersenyum terpajang di dinding ruang tamu”. Soal wanita, mata saya terlanjur  error. Tak mampu melihat wajah cantik selain wajah dua wanita. Wajah Ibu saya dan wajah dia. Dia yang selalu mempesona di hadapan saya. Wkwkwkw. Jadi baper kan !!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun