Mohon tunggu...
AMIR EL HUDA
AMIR EL HUDA Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Laki-laki biasa (saja)

Media: 1. Email: bangamir685@gmail.com 2. Fb: Amir El Huda 3. Youtube: s https://www.youtube.com/channel/UCOtz3_2NuSgtcfAMuyyWmuA 4. Ig: @amirelhuda

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Parcel Skripsi, Membiasakan Mahasiswa Berkorupsi Sejak Dini

24 Februari 2016   23:23 Diperbarui: 25 Februari 2016   10:57 2193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Foto: sheknows.com"]

[/caption]Siapa yang tak kenal skripsi? karya tulis ilmiah nomor wahid bagi kalangan mahasiswa strata satu (baca: S1) seluruh universitas di negeri ini. Skripsi yang merupakan tugas akhir seringkali menjadi momok dan beban para mahasiswa, apalagi bagi mereka yang tidak menjadikan membaca, menulis dan berdiskusi menjadi sebuah hobi.

Bagaimana tidak, tema, judul dan isi skripsi seringkali menjadi bahan pertimbangan para human research department (HRD) beberapa perusahaan negeri maupun swasta yang mendapat ‘cap’ sebagai perusahaan bergengsi untuk merekrut atau mengeliminasi para calon pekerja pada saat seleksi. Point yang lebih penting lagi, skripsi merupakan sekoci penyelamat mahasiswa untuk membebaskan diri dan menyelamatkan dari belenggu aktivitas dan rutinitas menjemukan di kampus setiap hari. Tidak heran, beragam cara dilakukan mahasiswa tingkat akhir untuk segera melemparkan diri dari skripsi.

Sayangnya tidak sedikit dari kalangan mahasiswa yang kesasar dan memilih jalur tidak terhormat untuk menyelesaikan tugas yang satu ini. Jasa pembuatan skripsi sempat booming di mass media beberapa tahun yang lalu dan  masih juga hangat hingga saat ini. Ada yang secara jantan terang-terangan memasang iklaan jasa di media massa dan ada juga yang menawarkan jasa secara kucing-kucingan alias sembunyi-sembunyi. Terlepas dari itu semua, satu hal yang ingin penulis soroti adalah adanya tradisi menenteng parcel sebagai oleh-oleh buat  dosen penguji.

Di beberapa universitas, membawa parcel ketika hari sidang (ujian) skripsi merupakan sebuah tradisi dan kebiasaan turun termurun yang dibiarkan bersemi, hal seperti ini (bawa parcel) sudah dimulai jauh-jauh hari ketika sidang pengujian proposal penulisan skripsi. Bahkan di kalangan mahasiswa sendiri ada semacam anggapan bahwa isi parcel merupakan sesuatu yang layak diperlombakan. Mahasiswa akan merasa malu apabila isi dari parsel yang dibawanya lebih murah jika dibandingkan dengan mahasiswa yang lainnya.

Bagi mereka mahasiswa berduit tradisi ini tak begitu dipermasalahkan, namun bagi mereka yang nasibnya dijauhin duit, hal ini merupakan momok menakutkan. Biaya penulisan skripsi; mulai dari pembelian kertas, biaya photo dan copy (penggandaan berkas); biaya penjilidan; dll yang lumayan tinggi (bagi standar mahasiswa) ditambah lagi harus menuruti selera berbelanja mahasiswa berduit yang terbilang tinggi.

Jelas saja ini merupakan beban tambahan yang bisa dibilang memberatkan. namun karena terlanjur menjadi tradisi, pastilah sungkan para mahasiswa ini jika menentang tradisi dengan tidak membawa parcel ketika sidang proposal maupun sidang skripsi.

Memberi adalah sebuah kebiasaan baik dan sangat disarankan. Namun jika memberi berubah menjadi ajang gratifikasi, sebagai strategi untuk memperoleh tujuan diri (diluluskan ujian skripsinya), maka hal ini patut dipermasalahkan. Parcel mungkin sebuah hal sederhana, namun bukankah dari hal sederhana seperti ini apabila dibiarkan akan tumbuh menjadi kebiasaan yang dibawa hingga ke dunia kerja dan akan meningkat statusnya menjadi sebuah perbuatan pidana (gratifikasi).

               

 

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun