BELAJAR DARI KEPOMPONG
Diceritakan ada orang melihat kepompong seekor kupu-kupu. Dia mengamati kupu-kupu tersebut keluar dari dalam kepompong ketika dia berjuang memaksakan dirinya melewati lubang kepompong itu. Kemudian sang kupu-kupu berhenti seakan-akan terlihat susah untuk keluar. Terlihat kupu-kupu telah berusaha dia semampunya untuk keluar, tetapi tidak bisa.
Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh yang gembung dan kecil, serta sayap-sayap yang mengerut. Orang tersebut terus mengamatinya, karena dia berharap bahwa pada suatu saat, sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya. Sayang, semuanya tak pernah terjadi.
Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil tersebut adalah cara Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya. Hingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut. Kadang, perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin malah melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang kita harapkan.
Kita memohon kekuatan, dan Alloh memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita kuat.
Kita memohon kebijakan, dan Alloh memberi Kita persoalan untuk diselesaikan.
Kita memohon kemakmuran, dan Alloh memberi Kita otak dan tenaga untuk bekerja.
Kita memohon keteguhan hati, dan Alloh memberi Kita bahaya untuk diatasi.
Kita memohon cinta, dan Alloh memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.
Yang terakhir, dalam segala hal yang kita lakukan seyogyanya dibarengi dengan kesabaran dan tidak tergesa-gesa membuat keputusan, karena tergesa-gesa berasal dari syaitan, pertimbangkan dengan matang dan tidak terburu-buru, diriwayatkan dari Hatim Al Asham ra
Sabda Rosululloh Shollahu alaihi wasallam ;
: .
 "Tergesa-gesa itu berasal dari syaitan, kecuali pada lima tempat karena sesungguhnya tergesa-gesa dalam hal itu merupakan sunnah Rasulullah SAW." Kelima hal tersebut yakni pertama, menyegerakan dalam memberi makan kepada tamu jika ia menginap. Kedua, mengurus jenazah orang yang sudah meninggal. Selanjutnya, ketiga yakni, mengawinkan anak perempuan jika sudah usia baligh. Keempat, menyegerakan untuk membayar utang jika sudah jatuh tempo pembayarannya. Dan, kelima, yakni tergesa-gesa dalam bertaubat dari dosa jika terlanjur dilakukan.