Mohon tunggu...
amirudin mahmud
amirudin mahmud Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidik dan pemerhati sosial politik dan keagamaan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah PDIP Berpolitik Dua Kaki?

4 Juni 2022   06:09 Diperbarui: 4 Juni 2022   06:15 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Strategi politik dua kaki di atas dipastikan akan sukses diraih PDIP jika pasangan capres hanya diikuti dua pasangan calon seperti Pilpres dua kali sebelumnya. Itu artinya PDIP kudu menutup munculnya pasangan calon lain. Bagaimana caranya? 

Mendorong partai yang ada dalam koalisi pemerintah memilih dua kutub koalisi yakni koalisi pimpinan PDIP dan Koalisi Indonesia Bersatu yang dikomandani Partai Golkar. 

Jika muncul pasangan calon ketiga politik dua kaki PDIP akan menjadi senjata makan tuan. Suara PDIP akan terpecah, pasangan calon yang ketiga bisa menjadi kuda hitam.

Sekali lagi akankah PDIP melakukannya? Menurut hemat saya dalam politik tak ada yang mustahil. Semua bisa. Semua mungkin terjadi. Hanya memang Pilpres masih jauh. Dinamika politik akan terus bergulir. Banyak kemungkinan dapat terjadi. Termasuk sesuatu yang tak diprediksi sebelumnya. 

Dalam pengalaman politik Indonesia justru dalam detik-detik terakhir kerap terjardi menuver, kejutan. 

Anda pasti masih ingat bagaimana Mahfud MD urung dipasangkan dengan Presiden Jokowi dalam Pilpres 2014 yang lalu. Dalam detik-detik terakhir justru KH Makruf Amin yang memperoleh tiket pencalonan.

Bagaimana argumentasinya PDIP akan berpolitik dua kaki? Coba pahami hal-hal berikut, pertama tahun 2021 yang lalu PAN oleh Presiden Jokowi (setelah mendapat persetujuan PDIP dan parta lainnya) diijinkan masuk bergabung dalam gerbong koalisi pemerintah.[2] Sempat ada reaksi dari partai Nasdem walaupun pada akhirnya menerima dengan syarat tak mengurangi jatah menteri mereka. 

Jokowi menyisahkan dua partai sebagai oposisi yakni Parta Demokrat dan PKS. Kedua partai tersebut tak akan bisa mengusung pasangan capres-cawapres sesuai aturan presidential threshold.

Ini  mirip pengkondisiian awal agar partai oposisi tak dapat mengusung pasangan calon Presiden.

Kedua, isyarat bahwa Jokowi akan memberikan dukungan ke Ganjar Pranowo.

Seperti sedang ramai diperbincangkan bagaimana Jokowi berpesan ke Projo terkait Pilpres 2024 agar tidak "kesusu" atau tidak terburu-buru walau orang yang kita dukung ada di disini.[3] Ucapan Jokowi dalam acara bersama Projo itu diyakini sebagai dukungan beliau ke Gubenur Jateng tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun