Keempat, kurikulum 1968. Tujuannya lebih ditekankan untuk mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Ciri khusus yang menonjol dari kurikulum 1968 adalah correlated subject curriculum.Â
Kelima, Kurikulum 1975 Pemerintah kemudian menyempurnakan Kurikulum 1968 pada tahun 1975. Latar belakang kelahirannya akibat dari sejumlah perubahan oleh pembangunan nasional. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).Â
Keenam, Kurikulum 1984. Kurikulum ini lahir karena Kurikulum 1975 disebut tidak bisa mengejar kemajuan pesat masyarakat. Ciri khususnya, Kurikulum 1984 lebih mengedepankan keaktifan siswa dalam belajar. Pengembangan proses belajar inilah yang disebut dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).Â
Ketuju, Kurikulum 1994. Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Beberapa perubahannya, mulai dari perubahan sistem pembagian waktu pelajaran dari semester ke caturwulan.Â
Kedelapan, Kurikulum 2004. Pada tahun 2004 melahirkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti Kurikulum 1994, kemudian dikembangkan pula kurikulum yang semula berbasis materi diubah menjadi berbasis kompetensi. Kesembilan, Kurikulum 2006 Kurikulum 2006 inilah yang biasa dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan diberlakukan sejak Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No 10 tahun 2003. Kesepuluh, Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter. Implementasinya, pendidikan karakter diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi. Selain itu, kurikulum ini menekankan pada pembentukan sikap spiritual pada Kompetensi Inti 1 (KI 1) dan sikap sosial pada Kompetensi Inti 2 (KI 2).
Sekarang Pemerintah telah memberlakukan Kurikulum Merdeka. Walhasil, sebagai guru saya kudu siap mengikuti, beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Ada  ungkapan lain menteri, lain kebijakan. Ganti presiden, ganti kurikulum. Hehehe.
Sebagai guru, apa yang harus disiapkan menghadapi pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan belajar murid? Dari pembelajaran modul 2.1 ini saya  menyadari bahwa hal ini sangat penting. Ini merupakan langkah awal dan utama dalam menghadapi pembelajaran yang menarik.
Secara umum, sebelum melakukan pembelajaran guru wajib memetakan murid berdasarkan kebutuhan belajar mereka. Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul  How to Differentiate Instruction in  Mixed Ability Classroom menegaskan bahwa ada tiga kebutuhan belajar murid yaitu: kesiapan murid, minat murid  dan profil belajar murid.
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akanmembawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut.
Minat murid merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.  Minat bisa dilihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topic  hewan,
meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu.