Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik Itu Mencoba

17 Januari 2023   21:12 Diperbarui: 17 Januari 2023   21:45 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari Sabtu pagi sebelum pembelajaran,  di sekolah saya diselenggarakan acara yang disebut Sabtu Ceria. Satu acara  saya suka menyebutnya sebagai acara gado-gado. sebab di dalamnya ada berbagai macam kegiatan, diawali dengan sarapan pagi bersama, motivasi belajar, kepramukaan, juga pentas berbagai kreativitas peserta didik. Yang terakhir  menurut saya  paling menarik. Peserta didik didorong guna bisa menampilkan apa yang mereka bisa. Menyanyi, mengaji, melukis, membaca puisi, berpidato, menghafal dan lainnya. Mereka diminta mau mencoba segala hal.

Mencoba dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berartikan sebagai mengerjakan (berbuat) sesuatu untuk mengetahui keadaannya dan sebagainya. Arti lainnya adalah menguji kemampuan, kepandaian, kesetian dan lainnya. 

Terkait hal di atas mencoba dimaksudkan memotivasi peserta didik untuk bersedia menggali, menjajagi kemampuan yang dimilki seperti ketrampilan bernyanyi, membaca puisi, tahfidz Quran, main drama, menggambar dan lainya. Kenapa harus mencoba?

Seabagai ilustrasi begini,  anak saya ingin bisa bersepeda. Sebagai orang tua, apa yang segera saya lakukan? Tak lain kecuali membelikannya sepeda dan memintanya mencoba. Tidak perlu memberitahukan pada  anak bagaimana cara bersepeda, atau berbagai teori terkait bersepeda yang benar. Itu lebih praktis. Toh itu yang dibutuhkan. 

Percuma mengajarkannya berlama-lama jika sepeda tak dicobanya. Jadi jawabanya adalah mencoba. Itu lebih simpel dalam mengajarkan sesuatu kepada anak didik. Bagi saya mendidik itu  adalah amencoba.

Manfaat lain dari mencoba adalah anak didik bisa menggali, menjajagi dan menagasah segala potensi, bakat, juga minat yang dimiliki. Bukankah itu tujuan pendidikan? Dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 disebutkan bahwa  tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung jawab.

Sangat  jelas bahwa UU. No. 20 Tahun 2003 menegaskan bahwa pendidikan itu tak lain adalah mengembangkan segala potesnsi yang dimiliki peserta didik. Menurut saya salah satu cara efektif dalam mengembangkan potensi anak adalah dengan cara mencoba. Guru dituntut dapat berperan menuntun peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki.

Dalam mencoba guru tidak boleh membatasi peserta didik dengan apapun. Peserta didik diberikan kebebasan sebebas-bebasnya. Membatasi mereka dalam mencoba akan berpengaruh negatiif pada kepercayaan dan semangat mereka. 

Peserta didik boleh mencoba apa saja. Dengan mencoba mereka meyakini kemampuan dan ketrampilan yang ada pada dirinya. Melalui mencoba peserta didik mengenali potensi  dan bakat yang dimiliki. Melalui mencoba mereka mengetahui bakat yang ada pada dirinya.

Apa yang perlu dicoba?

Secara umum segala hal bisa dicoba oleh peserta didik. Apa saja boleh ditampilkan oleh peserta didik. Semua dilakukan untuk menggali, mengenali, mengasah lebih jauh potensi, bakat dan minat peserta didik. 

Menurut Howard Gardner seperti dikutip Munif Chatib dalam bukunya Sekolahnya Manusia menyebutkan kecerdasan manusia itu majemuk disebutnya sebagai multiple intelgences. 

Paling tidak ada 8 kecerdasan yang secara potensial dimilki oleh manusia. Kecerdasan majemuk adalah konsep penilaian kecerdasan seseorang dengan melihat pada beberapa tolak ukur kemampuan berdasarkan penelitian yang dikembangkan oleh ahli psikologi Howard Gardner. Kecerdasan majemuk itu wajib digali, diasah dan dikembangkan dengan cara mencoba, dan mencoba guna sampai pada kemampuan maksimalnya.

Berikut 8 kecerdasan manusia menurut Gardner, pertama kecerdasaan linguistik (verbal) atau kecerdasan bahasa.  Yakni kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan dapat menerjemahkan dalam bahasa yang lugas. 

Peserta didik dengan karakteristik ini biasanya pandai menulis cerita, menghafal informasi, dan membaca. Kecerdasan ini akan melahirkan para penulis buku best seller, motivator ulung, penceramah kondang dan lainnya.

Kedua, kecerdasan spasial (Visual).Yaitu kecerdasan berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah dan ruang secara akurat. Anak didik yang memiliki bakat di bidang ini berpotensi menjadi arsitek, artis dan insinyur karena lihai dalam membaca dan menulis berdasarkan kesenangan, pndai menyusun teka-teki. menafsirkan gambar, grafik dan bagan, menyukai seni lukis dan mampu mengenali pola dengan mudah.

Ketiga, kecerdasan logis (matematika)  yakni kemampuan nalar yang sangat tinggi. Anak didik yang memilki jenis  kecerdasan ini dapat menganalisis masalah secara logis. Mereka berpikir secara konseptual tentang angka, hubungan dan pola. Mereka berpotensi menjadi ilmuwan, ahli matematika, programmer, insinyur juga akuntan.

Keempat, kecerdasan musikal. Kecerdasan bermusik meliputi kepekaan dan penguasaan terhadap nada, irama, pola-pola ritme, tempo, instrument, dan ekspresi musik, hingga seseorang dapat bermain musik dan menikmati musik. Stevie Wonder misalnya, walau buta sejak lahir ia masuk dapur rekaman sejak usia 10 tahun. Kelemahannya (baca:buta) tak menghalanginya menemukan kecerdasan yang terpendam pada dirinya. Dalam belajar kecerdasan ini kita jumpai pada mereka yang gemar bernyanyi, menghafal lagu.

Kelima, kecerdasan interpersonal sering disebut sebagai kecerdasan sosial. Yakni  kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain. Ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. 

Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Di kelas, peserta didik seperti ini biasanya selalu menjadi pemimpin bagi teman-temanya baik saat belajar kelompok atau lainnya.

Keenam, kecerdasan intrapersonal, yakni kepekaan seseorang terhadap perasaan dirinya sendiri  sehingga mampu mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. 

Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.

Ketujuh, Kecerdasan kinestetik atau kecerdasan anggota tubuh. Yaitu kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. 

Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap..

Kedelapan, kecerdasan naturalis. Yakni kecerdasan yang menunjukkan kepekaan seseorang terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. 

Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.

Sekali lagi, mendidik adalah mencoba. Dorong peserta didik untuk mencoba apa yang diyakininya bisa. Berilah motivasi mereka. Katakan bahwa mereka adalah anak hebat yang memiliki berbagai potensi, bakat dan minat. Untuk menggalinya caranya hanya dengan mencoba. Wa Allahu Alam Bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun