Dalam hidup sepantasnya meneladani Siti Hajar dalam mencari air. Usaha tanpa putus asa. Tak mengenal Lelah. Pantang mundur. Apa pun dihadapi. Tak mudah menyerah. Berikhtiar sepenuh hati. Jiwa dan raga disiapkan  untuk meraih dan mencapai apa yang diinginkan. Etos kerja seorang muslim tercermin dari hidup keras Siti Hajar dan Ismail di Mekkah. Ini sangat penting dalam kehidupan nyata setiap orang beriman.
Dalam hidup banyak tantangan, rintangan dan godaan. Dalam ritual haji ada lontar jumrah. Yaitu sebuah kegiatan yang merupakan bagian dari ibadah haji. Para jemaah haji melemparkan batu-batu kecil ke tiga tiang (jumrah; bahasa Arab: jamarah, jamak: jamaraat) yang berada dalam satu tempat bernama kompleks Jembatan Jumrah, di kota Mina yang terletak dekat Mekkah. Para jemaah mengumpulkan batu-batuan tersebut dari tanah di hamparan Muzdalifah dan meleparkannya.
Godaan, rintangan dan tantangan hidup kudu dilawan. Tak boleh menyerah dengan keadaan. Siapkan batu-batu kecil keimanan. Lemparkan, buang dan singkirkan segala godaan dan rintangan hidup berbekal iman. Ingat selalu tujuan awal hidup, yaitu menuju Allah SWT. Setan akan selalu berusaha menggoda dan menyelewengkan hidup manusia. Maka berhati-hatilah.
Dalam ibadah haji juga ada tahalul. Tahallul merupakan salah satu rangkaian penting dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Rangkaian ini tidak boleh ditinggalkan karena termasuk ke dalam syarat sah ibadah haji dan umrah. Dalam ilmu fikih, kata tahallul berarti keluar dari keadaan ihram karena telah selesai menjalankan amalan haji atau umrah, seluruhnya atau sebagian. Rangkaian ini ditandai dengan mencukur atau menggunting beberapa helai rambut, minimal tiga helai.
Memotong rambut. Sedangkan rambut ibarat mahkota bagi setiap orang. Ini tak lain pelajaran bahwa perjuangan dalam hidup itu membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan bisa bersifat material atau non material. Fisik non fisik. Pengorbanan dapat berupa harta benda, tenaga, pikiran, waktu bahkan nyawa sekalipun yang menjadi taruhannya. Dan sebagai muslim kita dituntut siap melakukkannya.
Melakukan ibadah haji mengenakan pakaian ihram. Pakaian ihram bagi laki-laki adalah 2 lembar kain yang tidak berjahit yang dipakai untuk bagian bawah menutup aurat, dan kain satunya lagi diselendangkan. Sedangkan pakaian wanita ihram adalah menutup semua badannya kecuali muka dan telapak tangan (seperti pakaian ketika sholat). Warna pakaian ihram disunatkan putih.
Pakaian ihram menjadi simbol bahwa dalam kehidupan seorang mukmin semua dipandang dan diperlakukan secara sama. Tidak memandang ras, suku dan bangsa. Â Tidak melihat warna kulit atau etnis. Tidak dibedakan antara si kaya, si miskin. Yang berpangkat dan rakyat jelata. Semua tak dibedakan. Hanya ketakwaan yang membedakan mereka. Bukankah di sisi Allah yang mulia adalah mereka yang bertakwa?
Terakhir, tawaf. Tawaf adalah adalah salah satu rangkaian ibadah haji yang dilakukan dengan cara mengelilingi kakbah sebanyak tujuh kali. Dalam Islam kita mengenal berbagai macam tawaf yaitu tawaf qudum, tawaf ifadhah, tawaf sunah, tawaf tahiyyat, tawaf nazar, dan tawaf wada. Masing-masing tawaf ini memiliki tuntunannya masing-masing karena dilakukan pada waktu yang berbeda-beda. Meski begitu, semua jenis tawaf termasuk tawaf wada sama-sama dilakukan di Masjidil Haram.
Tawaf dalam kehidupan seorang muslim dipastikan bahwa hidup mereka senantiasa Bersama Allah. Mematuhi dan menjalankan segala yang diperintah. Menjahui apa yang dilarang. Hidup senantiasa Bersama. Hidup semata-mata mencari ridho Allah. Hidup itu menuju Allah SWT.
Walhasil, hidup itu adalah berhaji. Semua rangkaian ritual haji wajib dijadikan pedoman hidup. Mengaplikasikan makna haji tak harus ke Mekkah. Bisa dari sini dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita semua dapat melakukannya. Â Wa Allahu 'Alam Bis shawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H