Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Malam Tahun Baru

31 Desember 2016   21:09 Diperbarui: 31 Desember 2016   21:41 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kempat,menabur optimisme, menjemput harapan. Setiap orang memiliki harapan dalam hidup. Harapan itu selayaknya disongsong. Harapan tak akan datang dengan sendirinya. Harus ada usaha. Kudu dengan kerja keras. Ikhtiar adalah prasyarat datangnya apa yang diharapkan. Menyambut harapan diperlukan rasa optimisme. Optimisme adalah keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan dan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Optimisme bercirikan memiliki keyakinan kuat, gembira, dan percaya diri akan hasil yang akan diraih di waktu mendatang.

Kelima, menghadirkan semangat baru. Tahun baru harus menghadirkan semangat baru dalam meraih apa yang dicita-citakan. Semangat hidup memang senantiasa dijaga. Jangan sampai melemah, melempem. Semangat baru tak muncul begitu saja. Semangat baru butuh rangsangan. Program hidup, harapan di masa mendatang merupakan faktor penting dalam memompah semangat. Rasanya sulit bisa hidup lebih semangat jika tak ada harapan.

Singkat kata, malam tahun baruan sah dilakukan. Hanya jangan hanya sekadar berkumpul, meniup trompet, menyalahkan kembang api dan menyulut petasan. Harus lebih dari itu. Kita dituntut memaknainya lebih berarti lagi. Mengevaluasi diri, menyusun rencana, menabur optimisme dan harapan, serta membangun semangat baru. Tahun 2017 kudu menghadirkan semangat baru. Rencana baru. Optimisme baru. Kemudian harapan baru. Maka kesuksesan senantiasa menyertai.Wa Allahu Alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun