Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Seks sebagai Solusi

20 Mei 2016   09:58 Diperbarui: 20 Mei 2016   10:08 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemudian sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Sekolah seyogyanya mengambil peran dalam pendidikan seks terhadap peserta didik. Pendidikan seks dalam kurikulum pendidikan kita memang belum pernah ada. Tentang perlu tidak memasukan pendidikan seks dalam kurikulum masih dalam perdebatan para pakar pendidikan.

Dalam pendidikan dikenal apa yang disebut dengan hidden kurikulum. Hidden kurikulum yaitu Kurikulum tersembunyi atau kurikulum terselubung, secara umum dapat dideskripsikan sebagai hasil (sampingan) dari pendidikan dalam latar sekolah atau luar sekolah, khususnya hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan.

Dan menurut hemat saya, selagi pendidikan seks belum tercantum dalam kurikulum maka pendidikan seks bisa dimasukan dalam hidden kurikulum. Di sini, ketrampilan dan kreatifitas guru dalam mengajar sangat menentukan. Mereka diharapkan memasukan pendidikan seks pada pelajaran yang terkait atau berhubungan. Kemudian di masa mendatang, dunia pendidikan diminta mengakomodirnya dalam kurikulum pendidikan sejak di TK sampai perguruan tinggi.

Terakhir di tengah masyarakat. Masyarakat luas juga memikul tanggung jawab kolektif dalam mendidik anggota masyarakat. Kita semua punya kewajiban menciptakan lingkuangan yang bersih dan sehat. Lingkungan sehat tercermin dalam hubungan antara warga berbeda jenis kelamin yang baik. Lingkungan yang tak mengenal seks bebas. Lingkungan dimana kaum laki-laki melindungi kaum hawa. Terciptanya lingkungan sehat seperti itu akan terwujud dengan sendirinya bila setiap keluarga dibangun dan dibina secara baik seperti dijelaskan sebelumnya.

Akhir kata, seperti ditegaskan Denyzi Wahyuadi, Peneliti dari Pusat Kajian Seks dan Gender Universitas Indonesia, pendidikan seks itu harus diberikan sedini mungkin dan sesuai umur peserta didik. Berdasarkan pengalaman di Belanda pendidikan seks di sekolah ternyata sangat berpengaruh dalam menunda melakukan hubungan seksual pertama kali oleh anak remaja. (http://www.republika.co.id/)

Dan akhirnya sebagai salah satu solusi mencegah kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, pendidikan seks di rumah, sekolah dan masyarakat luas yang kita lakukan diharapkan bisa mengurangi terlebih menghapus tindak kekerasan seksual di masa mendatang. Semoga. Wa Allahu Alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun