Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Gambar Palu Arit, Apa Harus Takut?

12 Mei 2016   11:22 Diperbarui: 14 Mei 2016   10:31 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
baju lambang PKI (Istimewa)

PKI Phobia

Gambar palu-arit dan PKI ibarat hantu yang menakutkan. Pertanyaanya, kenapa gambar palu arit dan kata "PKI" begitu menakutkan bagi kita? Apakah ketakutan itu beralasan? Atau itu hanya ilusi yang diproduksi oleh kekuatan yang pernah berkuasa di negeri ini pada masa lalu?

Fenomena ketakutan seperti tercermin beberapa kejadian di atas, menurut hemat saya lebih dapat dimaknai sebagai phobia. Phobia adalah rasa takut pada suatu hal atau fenomena berlebihan. Hal ini akan berdampak pada emosi seseorang. Phobia biasanya disebabkan karena seseorang mengalami trauma masa lalu dan biasanya trauma itu membekas di dalam kesadarannya.

Menurut Franz Magnis Suseno,  komunisme boleh saja dilawan. Caranya adalah dengan mengetahuinya. Bagaimana kita dapat mengambil sikap terhadap salah satu gerakan politik paling berpengaruh di abad ke-20 apabila dasar-dasar politiknya tidak dapat kita kritik? Bagaimana kita dapat mengkritik apabila kita tidak mengerti apa yang mau kita kritik?

Ungkapan Franz Magnis Suseno menegaskan bahwa kita tak perlu takut pada PKI. PKI memang harus dilawan. Tapi melawan PKI tak harus takut padanya. Bagaiman kita dapat melawan bila kita takut? Justru sebaliknya, kita harus berani mendalami, mempelajari. Penguasaan terhadap ke-PKI-an atau tengtang komunis dijadikan bahan untuk membuktikan bahwa PKI atau komunis tak layak dianut apalagi dipraktekan dalam alam demokrasi Indonesia.

Kemudian bagaimana kita menyikapinya? Menurut hemat saya, terkait PKI kita tidak perlu bersikap reaktif, juga tak harus sensitif. Sebab reaktif itu mmencerminkan  sikap terburu-buru. Dan terburu-buru itu sering kali mengantarkan pada satu kesalahan dalam mengambil pilihan atau sikap. 

Berkenaan dengan persoalan gambar palu dan arit, Ketua MPR RI Zulkfili Hasan mengatakan,publik tidak kudu  reaktif yang berlebihan dalam menyikapi berita adanya anak muda yang berani menggunakan kaus bergambar palu arit yang identik dengan logo Partai Komunis Indonesia (PKI).  Sebab, selama ini banyak anak muda yang menggambar sesuatu tetapi sebenarnya tidak mengerti makna sebenarnya karena hal tersebut dilakukan hanya untuk gaya semata.

Selanjutnya, penegak hukum diminta tak berlebihan dalam menangani kasus-kasus seperti di atas. Mereka diminta lebih teliti dalam memandang setiap permasalahan terkait hal-hal yang yang bernuansa komunis atau PKI. Profesionalisme wajib dikedepankan. 

Jangan bertindak secara emosional. Penegak hukum kudu bisa memila-mila antara  perbuatan melanggar hukum dan yang tidak. Kalau sekadar membaca buku tentang PKI misalnya apa harus ditangkap? Bisa jadi yang bersangkutan tentang menelaah kelemahan atau kesesatan pikir PKI.

Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan  meminta aparat bisa selektif dalam menindak penggunaan logo palu arit.  Beliau mengatakan, kalau ada satu atau dua kasus, itu bisa saja karena lagi menjadi tren anak muda. Jadi, lihat-lihatlah, jangan berlebihan.

Bagi saya daripada memakai kaus begambar palu arit atau lainnya, kaum muda lebih baik mempelajari ideologinya yakni komunis. Dengan mempelajari dan mendalaminya mereka akan tersadarkan bahaya laten komunis sekaligus PKI. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun