Secara bahasa salat berartikan doa. Sedang menurut ulama fiqhi salat adalah ibadah yang dimulai dengan takbiratul ihrom dan diakhiri dengan salam. Salat bila dilakukan dengan benar sesuai tuntunan nabi Muhamad SAW yang dijabarkan oleh para ulama fiqhi  akan memiliki pengaruh yang sangat signifikan bagi orang yang melakukannya. Dalam al Quran Allah SWT menegaskan bahwa salat itu untuk mengingat-Nya. Allah berfirman,  Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan  selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.(QS.20:14) Sedangkan dzikir (ingat kepada Allah) itu dapat menenangkan hati. Ditegaskan oleh Quran,  Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(QS:13:28)Ringkasnya, orang salat hidupnya akan tenang.
Salat yang benar akan menjauhkan pelakunya dari perbuatan jahat dan munkar. Allah berfirman, dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari  keji dan mungkar.(QS.29:45) Salat seharusnya menumbuhkan kesadaran diri terhadap kita semua sebagai hamba Allah yang harus taat dan patuh terhadap semua yang diatur-Nya. Kesadaran yang terjaga setiap waktu akan menunutun untuk selalu ingat dan patuh pada perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian orang yang senantiasa  mendirikan salat lima waktu akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Dalam hadist, nabi Muhamad SAW bersabda, kalau salat seseorang tidak mencegah dia dari perbuatan keji dan munkar, maka salatnya tidak menambah sesuatu kecuali hanya menjauhkan diri dari Allah.
Salat menghadirkan rasa takut dan tawadhu’ (rendah hati). Salat adalah komunikasi dengan tuhan pemilik bumi dan langit. Di hadapan kebesaran-Nya seorang hamba seperti sebutir pasir dihamparan jagad raya.  Adalah iman Ali Zainal Abidin, cucu rasulullah SAW. Beliau adalah anak dari sayidina Husein ra. Dijuluki assajjad karena kedekatannya dengan Allah dan kegemarannya bersujud. Setiap kali mendekati tempat wudhu tubuhnya bergetar, tak jarang ia menangis saat atau usai berwudhu. Sahabat-sahabatnya pernah bertanya, gerangan apa yang membuatmu menangis ya imam? Engkau tidak mengetahui ke hadapan siapa sebentar lagi aku akan menghadap, jawab sang imam. Dia robbul alamin tuhan semesta alam. Menghadap pejabat saja kita berkeringat. Menghadap Allash SWT semestinya lebih dari itu. Nah, bagaimana dengan salat kita? Apa sudah berpengaruh? Â
Akhir kata,  peringatan Isra, Mi’raj menjadi saat tepat mengoreksi salat kita. Apa salat kita seperti para pedagang yang berorientasi pada untung dan rugi? Atau seperti hamba sahaya yang salat karena takut? Atau salatnya kaum merdeka yang salat hanya bertujuan bertaqarub atau mendekatkan diri pada Allah SWT.? Bila motif salat kita tepat, pengaruh salat akan dapat dirasakan. Wa Allahu Alam
Penulis Adalah  Guru PAI  SDN Srengseng I, tinggal di Kabupaten Indramayu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H