Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

UN dan Motivasi Belajar

1 April 2016   20:03 Diperbarui: 1 April 2016   20:12 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ke depan motivasi belajar yang berorientasi kepada nilai harus dihilangkan dari dunuia pendidikan kita. Bila perlu penilaian dengan angka normatif ditiadakan. Memberi nilai pada pesedeta didik cukup dengan penilaian kualitatif seperti Baik, Sedang, Kurang tanpa menyebut berapa kuantitatifnya. Ini bisa digunakan untuk mencabut orientasi pada nilai yang sudah tertanam kuat selama ini.

Menyikapi UN

UN memang tidak menjadi penentu kelulusan seperti sebelumnya. Tapi bukan berarti UN tak penting. Pahamilah UN sebagai bagian aktivitas rutin kependidikan  di sekolah yang harus disiapkan oleh semua yang terlibat secara baik. Peserta didik kudu menyiapkannya sebaik mungkin. Guru seyogyanya membimbing mereka dengan baik. Kemudian Sekolah  memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh guru dan peserta didik dalam mempersiapkan diri menghadapi UN.

Dalam sebuah kesempatan, Menteri Mendikbud Anies Baswedan berpesan kepada peserta didik agar selalu belajar. Ikuti program sekolah dalam menyiapkan diri menghadapi UN. Istirahat yang cukup, jaga kesehatan. Dan yang paling penting, ujian harus dijalani dengan kejujuran.  Ujian dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana pencapaian yang didapat. Itulah salah satu tujuan UN. Yakni berkaca di mana letak kekurangan dan kelebihan kita, baik peserta didik, guru, juga sekolah.

Orang tua tak perlu panik, tapi harus tetap memberi motivasi dan semangat. Dampingi anak-anak dengan keikhlasan dan kasih sayang. Ciptakan kondisi yang menyenangkan bagi anak. Kemudian iringi perjuangan mereka dengan doa agar kesuksesan menyertai dalam menghadapi UN tersebut.

Singkat kata, UN telah berubah. UN tidak lagi menjadi penentu utama kelulusan yang menakutkan bagi peserta didik. Namun demikian, tidak berarti semangat  belajar peserta didik boleh menurun. Belajar itu bukan untuk nilai. Belajar itu untuk menyiapkan kehidupan yang lebih baik, masa depan yang cerah. Meraih profesi yang sesuai dengan bakat dan keinginan.

Terakhir, mengutip ungkapan Mendikbud Anies Baswedan, UN bukan untuk lulus 100 persen, tetapi lakukanlah dengan jujur 100 persen, karena UN tidak lagi menjadi syarat  tunggal kelulusan. Tujuan UN adalah untuk mengetahui capaian belajar seorang siswa. Ini merupakan hak seorang siswa untuk mengetahui capaian belajarnya. Sebab itu, sekolah tak perlu berbuat curang. Kejujuran lebih penting daripada prestasi semu yang dicapai dengan kecurangan. Wa Allahu Alam

 

 

         

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun