Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Kemarahan Jokowi

9 Desember 2015   19:47 Diperbarui: 9 Desember 2015   20:08 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Kedua, mengisyaratkan perintah kepada penegak hukum untuk segera bertindak dan melangkah lebih cepat dan serius terkait kasus ini. Selama ini, Kejagung sedang melakukan penyelidikan, KPK masih memperlajari,  sedang Polri menunggu aduan. Presiden sebenarnya bisa saja langsung melapor ke Kepolisian. Itu tidak dilakukan untuk menghindari konfrontaasi langsung dengan Ketua DPR. Jokowi memilih  menyelesaikannya lewat jalur politik terlebih dahulu. Atau bisa jadi karena faktor kesibukan dan padatnya jadwal dan agenda kegiatan Presiden seperti yang ditegaskan oleh Menkopolhukam, Luhut Binsar Panjaitan. Dan kabar terakhir, Jokowi meminta ke Polri untuk mencari jejak Reza Chalid.

          Ketiga, sebagai pembelajaran bahwa  ke depan kita semua harus menjaga simbol-simbol negara seperti Presiden,  Wakil Presiden, lembaga tinggi negara, bendera, lagu kebangsaan dan lainnya.

          Keempat, harusnya dijadikan bahan intropeksi diri oleh Ketua DPR, Setya Novanto. Sebagai manusia yang diberi oleh Tuhan akal sehat dan hati nurani, SN mustinya melakukan intropeksi diri. Sebab logika yang digunakan untuk melakukan perlawanan, bantahan terhadap aduan Sudirman Said terkait kasus pelanggaran etik jelas berlawanan dengan akal sehat dan hati nurani. Salah satu contoh, SN berlogika bahwa perekaman yang dilakukan Ma’riuf Syamsuddin adalah ilegal karena tidak minta izin kepada pihak yang terekam.

Ini logika yang mengada-ada.  SN harusnya sadar, di rumahnya yang super megah itu pasti ada CCTV.  CCTV itu merekam setiap orang yang mendekat, masuk rumah. Apa itu ilegal? Dalam rekaman yang diputar di sidang MKD sebelumnya, sangat jelas peran aktif yang bersangkutan dalam upaya lobi, meminta saham dan mencatut nama Presiden.

          Akhir kata, kemarahan Jokowi harus dapat dipahami oleh kita semua. Kemarahan beliau mengisyaratkan betapa seriusnya permasalahan pencatutan nama Presiden. Karenanya jangan dipermainkan. Harkat dan martabat lembaga tinggi dan simbol negara harus dijaga, jangan dicemari apalagi diinjak-injak.  Pesan ini harus bisa diambil oleh anggota MKD, elit politik. Jangan jual harga diri bangsa dan negara hanya untuk mellindungi kepentingan pribadi atau kelompok. Wa Allahu Alam

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun