Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Petahana di Pilkada 2015

6 Desember 2015   20:04 Diperbarui: 8 Desember 2015   01:50 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, menyalahgunakan wewenang. Menjelang berakhirnya masa jabatan, petahana berusaha meningkatkan pembangunan. Petahana dengan agresifnya membuktikan janji ke tengah-tengah masyarakat, yang dikemasnya sedemikian rupa melalui kegiatan-kegiatan pembangunan yang didanai APBD. Petahana rajin menyambangi rakyat dengan merealisasikan berbagai hal dari perbaikan jalan, bantuan ke masjid, membangun sekolah, sampai menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Ada beberapa pos anggaran yang bisa digunakan untuk itu semua. Salah satu pos yang paling mudah dipergunakan adalah pos bantuan sosial (bansos).  Dari laporan audit BPK, pos anggaran ini kerap membengkak menjelang Pilkada.

Menurut Ali Masykur (2012), diduga ada tiga modus yang digunakan dalam penyalahgunaan dana bansos. Pertama, usulan proposal fiktif, yang mengatasnamakan lembaga tertentu, tetapi kenyataannya lembaga tersebut tidak ada.  Kedua, dana yang diterima pihak yang berhak menerima tidak sesuai besaran.

Pembuat proposal yang dianggap hanya bermodal kertas dan cap, dianggap sudah terbantu dengan dana seadanya tersebut karena dianggap tidak memerlukan upaya yang signifikan, tetapi merekalah yang menggolkannya. Ketiga, berhubungan dengan prosesi politik atau Pilkada. Beberapa penelitan menunjukkan pos bansos ini membengkak mendekati masa perhelatan politik, utamanya ketika ada calon peserta yang berasal dari petahana. 

Singkat kata, kehadiran petahana di Pilkada 2015 merupakan fenomena demokrasi kita. Mereka hadir meramaikan persaingan. Walau kehadiran mereka dipandang sebelah mata oleh sebagian kalangan karena potensi dan kecenderungan mereka dalam menyalahgunakan wewenang, berbuat curang, memaksa birokrasi dan PNS menjadi mesin politik, bagi masyarakat yang melek politik hal itu tidak akan berpengaruh apa-apa. Pemilih yang melek politik mampu membedakan pemimpin yang berkualitas, memiliki komitmen kuat membangun, jujur, serta berakhlak mulia. Maka apa pun kecurangan yang dilakukan para pasangan calon (baik petahana atau tidak), pemilih yang cerdas tak akan terjebak.Wa Allahu Alam

Gambar: Ilustrasi, Walikota Tanggerang, Airin Rachmi Diany. (http://www.tribunnews.com/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun