Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perpustakaan Sekolah, Bagaimana Seharusnya?

25 April 2015   09:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:42 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai tempat belajar sekolah seharusnya membutuhkan perpustakaan karena perpustakaan menyediahkan koleksi buku. Sedang buku adalah sumber ilmu pengetahuan. Tapi nyatanya tidak banyak sekolah yang memiliki perpustakaan. Tidak sedikit pula sekolah yang tidak mampu mengelola perpustakaan secara baik. Bahkan di beberapa sekolah perpustakaan nyaris tidak tersentuh oleh civitas akademika di sekolah. Gedung yang dibangun pemerintah dibiarkan begitu saja, ada yang beralih fungsi menjadi ruang pertemuan, ruang kelas, bahkan dapur sekolah. Buku yang dikirim dari pemerintah masih tertumpuk di dalam dus, belum dibuka apalagi menata dan memajangnya.
Ada juga yang berusaha mengelolanya. Memberikan tugas pengelolaan ke beberapa guru. Tentu guru tidak sepenuhnya bisa. Sebab beban mengajar saja sudah menyita waktu banyak. Maka perpustakaan terkelola apa adanya. Tidak ada program, apalagi evaluasi dalam pengelolaan. Mengalir begitu saja. Perpustakaan sebagai penopang belajar siswa menjadi tidak terwujud, jauh dari harapan.
Ditambah minat baca yang sangat minim, baik siswa-siswi juga gurunya. Kesadaran akan pentingnya membaca sangat rendah. Sehingga ketertarikan pada perpustakaan yang menyediahkan berbagai buku bacaan dan refrensi hampir tidak terlihat pada mereka. Siswa masuk ke perpustakaan hanya saat guru tidak hadir karena alasan tertentu seperti sakit. Demikian guru, mereka hanya mendampingi anak di perpustakaan saat menggantikan guru yang absen. Memberi tugas, kemudian keluar meninggalkan mereka di perpustakaan.
Dosa yang tak disadari
Tahukah anda ada dosa yang sering kita lakukan tetapi kita tak menyadarinya bahkan kita menganggapnya tidak berdosa. Kita semua mengetahui bahwa perintah Allah yang pertama sebelum Allah SWT mewajibkan salat, zakat, haji dan lainnya adalah perintah membaca. Bukankah wahyu yang pertama kali diterima oleh nabi Muhamad SAW adalah Iqra, berartikan bacalah.Allah berfirman, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (Al Alaq ayat 1). Kebanyakan orang beranggapan kewajiban membaca itu akan gugur saat kita sudak melek aksara atau dapat membaca. Padahal perintah Quran sangat jelas, bacala. Kecuali bila perintahhnya belajar membacalah maka saat sudah bisa membaca gugurlah kewajiban itu. Lebih tegas bila kita melakukan kesalahan karena ketidaktahuan atau kebodohan yang ada pada diri kita maka dosa kita tidak hanya pada perbuatan itu tapi karena kebodohan yang disebabkan tidak membacanya kita. Membaca tidak terbatas dengan pada disiplin ilmu tertentu misalnya agama. Tetapi semua materi bacaan berada pada posisi yang sama didepan kita. Salah besar, bila menafsirkan kewajiban membaca pada sebatas ilmu yang berkaitan dengan agama. Dalam Quran sendiri Allah SWT memerintahkan kita membaca diantaranya:
1.Ayat-ayat Al Quran. Karena di dalamnya terdapat berbagai macam ilmu pengetahuan yang bisa digali dan dikembangkan. Allah berfirman, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (An-Nisa:82)
2.Alam semesta yang merupakan ciptaan-Nya. Allah SWT berfirman, “Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (S. Ar Road:2-3)
3.Diri sendiri. Diri kita merupakan miniatur alam semesta. Allah SWT memerintahkan kita mempelajarinya. Allah SWT menegaskan, “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan” (At-Thoriq:5)
4.Sejarah umat manusia terdahulu merupakan sumber yang dapat dijadikan pelajaran. Al Quran banyak memberi ruang dalam menceritakan umat masa lalu seperti cerita bani Israil, kaum Ad, kaum Tsamud dan lain-lain. Allah SWT mengaskan, “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku lalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku lalim kepada diri sendiri” (Ar Ruum:9)
5.Mempelajari kehidupan dan akhlak Rasulullah SAW yang digambarkan sebagai padanan Quran. Al quran sendiri menyebutnya sebagai uswah hasana, teladan yang baik bagi kita. Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (Surat Al Ahzab ayat 33)
Perpustakaan sekolah, bagaimana seharusnya?
Perpustakaan sekolah harus menjadi motivator minat baca siswa juga guru. Untuk tujuan itu tentu perpustkaan sekolah harus dikelola dengan baik. Sayangnya pemerintah pun tak menyikapi sejauh itu. Misalnya, beberapa sekolah yang memperoleh bantuan gedung atau buku tidak dibarengi dengan pengangkatan tenaga ahli di bidang kepustakaan. Semestinya disamping bangunan dan buku, pemerintah juga mengangkat tenaga perpustakaan untuk di sekolah-sekolah. Sejauh ini tidak pernah kita jumpai formasi itu dalam setiap rekuitmen CPNS. Pihak sekolah pun idealnya mengangkat honorer untuk kepentingan itu. Sulit rasanya kalau semuanya diserahkan ke guru. Guru sekarang memiliki tuntutan lebih setelah era sertifikasi bergulir. Mereka dituntut lebih profesional.
Namun demikian tidak arif juga kalau pengelola sekolah mulai dari kepala sekolah sampai guru bila tidak peduli dan tidak berbuat sesuatu untuk mengatasi problema di atas. Di sini kreativitas kepala sekolah dan para guru menentukan. Dari tangan-tangan kreatif mereka, dengan segala keterbatasan yang ada, perpustakaan bisa menjadi bagian penting yang dirasakan kehadirannya oleh siswa juga guru. Bagaimana itu bisa dilakukan.
Pertama, kepala sekolah bisa memberi tugas tambahan kepada beberapa guru sebagai penanggungjawab pengelolaan perpustakaan. Tugas tambahan tersebut tentu harus disertai tunjangan sesuai kemampuan sekolah sebagai pengikat atas tanggungjawab yang ada di atas pundak mereka. Guru tersebut harus bisa membagi waktu antara tugas utamanya sebagai guru dan tugas tambahan sebagai pengelola perpustakaan. Jangan sampai tugas tambahan dijadikan alasan meninggalkan tugas utama yaitu mengajar. Bisa saat jam kosong, di luar jam KBM, atau di hari libur.
Kedua, Untuk membantu pelayanan di perpustakaan guru bisa melibatkan siswa dengan berkordinasi dengan wali kelas misalnya mereka dilibatkan dalam menata buku atau menjaga perpustakaan saat jam istirahat. Susunlah jadwal sesuai kebutuhan. Langkah ini juga mengandung pembelajaran bagi siswa yaitu mendekatkan mereka pada buku sekaligus membekali mereka keterampilan mengelola perpustakaan.
Ketiga, pengelolaan diawali dengan penataan buku sesuai dengan jenisnya. Klasifikasi buku dibagi seuai jenisnya seperti buku pelajaran terdiri berbagai mata pelajaran, buku pengetahuan umum, sastra dan bahasa, sejarah, cerita atau cerpen, teknologi informatika, kesehatan, agama dan lainya sesuai buku yang dimiliki. Penataan dibarengi dengan pendataan semua buku dari judul, pengarang, penerbit, tahun terbit dan seterunya sehingga bisa diketahui berapa koleksi buku secara keseluran maupun sesuai jenisnya. Susunanlah buku di rak sesuai tata letak ruangan. Hiasi ruang dengan gambar dan tulisan-tulisan yang memotivasi pengunjung. Buatlahaturan atau tata tertib yang harus dipatuhi oleh setiap pengunjung. Dan jangan lupa membuat kartu anggota.
Keempat, di era informasi perpustakaan juga dilengkapi dengan sumber bacaan non buku seperti CD, fasilitas internet dan lainnya. Ini juga harus mendapat perhatian khusus bagi pengelola perpustakaan sekolah. Selayaknya mereka menguasi hal-hal yang terkait dengan itu semua.
Kelima, untuk menyemarakan kegiatan dan sekaligus motivasi minat baca selenggarakan kegiatan semisal lomba baca puisi, lomba menulis, lomba meresensi buku, diskusi atau seminar, dan masih banyak lagi.
Demikian beberapa langka praktis, semoga bisa ddikembangkan dan menjadi spirit dan kesadaran bersama akan pentingnya keberadaan perpustakaan di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun