Mohon tunggu...
Amiruddin Hasan
Amiruddin Hasan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam

Lakukan apa yang mestinya dilakukan dengan semaksimal mungkin dan lakukanlah yang terbaik. Ingat, ini bukan panggung hiburan yang begitu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Hak dan Kewajiban

15 Maret 2023   00:55 Diperbarui: 15 Maret 2023   01:03 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear Mahasiswa,

Yang katanya Agent of Change,

Tapi masih saja diam dan nyaman dengan dinamika yang terjadi,.

Yang katanya Agent of Social Control,
Namun hanya bisu melihat kebenaran dirampas oleh para penguasa,.
Yang katanya manusia yang paling dialektis,
Namun tak sadar ketika hak mu dirampas oleh para otokratis,.

Dear Mahasiswa,
Yang kewajibannya selalu dituntut oleh manusia-manusia otokratis,
Namun terlalu apatis terhadap hak yang mesti engkau peroleh,.
Salahkah ternyata, jika engkau menuntut hak yang mesti engkau dapati,
Padahal seluruh kewajiban selalu engkau tunai,.

Dear Mahasiswa,
Yang katanya mengerti pasal Akhlaq, Moral, dan Etika,
Namun pada hakekatnya hanya tinggal teori dan omong kosong belaka,.
Pasang raga dan jiwa dalam memperjuangkan hak rakyat,
Namun lupa dengan kebenaran yang telah dirampas di Institusi sendiri,.

Itulah yang diungkapkan oleh seorang orator amatir yang resah terhadap kebijakan dan regulasi yang terjadi di dunia pendidikan tertinggi yang dirasakannya. Ia mencoba menyadarkan Mahasiswa untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya, tidak perlu memikirkan sampai kepada hak rakyat Indonesia, cukup hak diri mereka sendiri sebagai Mahasiswa. Salahkah ternyata mereka memperjuangkan hak mereka sendiri padahal kewajiban selalu mereka tunaikan disetiap semesternya.

Namun yang terjadi apa?, mereka terlalu apatis dan tak mau tau tentang hak yang mesti mereka peroleh. Padahal mereka memiliki buku panduan kode etik untuk mengatur nilai-nilai moral, kewajiban apa yang mesti mereka lakukan, dan hak apa yang mesti mereka dapati. Padahal mereka selalu diasupi tentang Akhlaq, Moral, dan Etika, namun semuanya hanya tinggal teori dan omong kosong belaka.

Pendidikan Tertinggi yang berisi orang-orang dialektis yang mesti dijaga dari tangan-tangan otokratis, seketika bungkam, bisu dan terdiam. Jangankan tindakan, suara yang menyerukan kebenaran saja tak terdengar. Ntah apa yang terjadi, ntah apa yang mereka takuti, sedang mereka adalah orang-orang dialektis bukan orang-orang yang memiliki kepentingan.

Salam Hangat,.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun