Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bahaya Kantong Plastik di Lautan

11 Juli 2019   11:46 Diperbarui: 11 Juli 2019   11:53 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantong plastik di melayang di dalam laut (Sumber: manado.tribunnews.com)

Berenang di laut adalah hobi yang sangat mengasyikkan bagi saya. Berenang di laut merupakan gabungan beberapa kegiatan yang sangat bermanfaat, yaitu olahraga, rekreasi, dan latihan survival. Namun ada satu lagi kegiatan tambahan saya ketika berenang di laut, yaitu berburu sampah.

Sangat menyedihkan melihat betapa laut di Indonesia menjadi tempat sampah raksasa. Tak terkecuali di laut wilayah Pulau Muna khususnya di Kota Raha Provinsi Sulawesi Tenggara. Nampak jelas masih sangat kurang kesadaran untuk menjaga lingkungan, khususnya agar tidak membuang sampah sembarangan di pantai, laut dan sekitarnya.

Saat di Jakarta saya menyaksikan kerusakan laut yang sangat parah di seputaran Jakarta Utara, khususnya di kawasan Marunda dan Teluk Jakarta. Kini saya melihat lagi lautan di Pulau Muna yang perlahan tapi pasti dikotori oleh tangan-tangan manusia yang tidak peduli pada lingkungan, khususnya lautan. Seolah tidak mensyukuri karunia Tuhan yang menjadikan lautan bisa memberi manfaat yang sangat banyak pada manusia.

Dalam tiap perburuan sampah, mendapati aneka sampah di laut. Sampah-sampah tersebut ada yang mengapung di atas laut, ada yang melayang-layang di dalam laut, juga tergeletak di dasar laut. Mayoritas sampah-sampah di laut adalah plastik berbagai jenis dan bentuk.

Kantong plastik di melayang di dalam laut (Sumber: manado.tribunnews.com)
Kantong plastik di melayang di dalam laut (Sumber: manado.tribunnews.com)
Kantong kresek. Sampah jenis ini bisa dikatakan mayoritas. Yang paling banyak berwarna hitam dan putih/transparan. Mungkin karena penggunaannya yang sangat masif untuk membungkus barang belanjaan baik di toko-toko maupun di pasar-pasar. Juga lumrah dijadikan tempat membungkus aneka sampah termasuk sampah plastik untuk kemudian dibuang secara sembarangan.  

Kantong kresek putih/transparan saat di lautan sekilas mirip dengan ubur-ubur. Oleh karena itu tak heran jika hewan laut predator ubur-ubur seperti kura-kura dan penyu mengiranya ubur-ubur lalu memakannya. Kantong plastik yang termakan tersebut cepat atau lambat akan membunuh hewan laut.

Saya sendiri juga pernah terkecoh. Dari kejauhan mengira melihat sampah kantong kresek putih/transparan. Saat didekati dan akan diambil, baru ketahuan ternyata bukan kantong plastik melainkan ubur-ubur. Saya sempat panik sehingga pernapasan terganggu lalu kemasukan air di hidung dan mulut. Meskipun sudah berupaya cepat menghindar, namun sulur dari ubur-ubur yang cukup panjang telah menyengat lengan dan dada saya. Terasa gatal, perih dan meninggalkan bekas sengatan yang permanen.

Pada awalnya kantong kresek akan mengapung, lambat laun melayang di dalam laut, hingga pada akhirnya mendarat di dasar laut. Kantong kresek yang menutupi permukaan dasar laut akan merusak dan mengubah ekosistem sehingga mengganggu kehidupan di dasar laut. Terumbu karang yang tertutupi kantong kresek atau plastik lambat laun dipastikan mati/rusak. Jika menutupi pasir atau batu-batuan, maka akan menyulitkan ikan atau hewan laut lainnya untuk mencari makanan yang ada di dalam/bawah pasir.

Selain kantong kresek, masih banyak lagi sampah yang selalu saya jumpai di lautan, baik plastik maupun bukan plastik. Beberapa sampah plastik lainnya yaitu kantong plastik tebal berwarna hitam, bungkusan makanan kecil (snack), karung plastik, botol minuman plastik, sandal, sepatu. Sampah non plastik antara lain popok bayi, pakaian manusia, botol kaca, kaleng logam.

Adanya rencana pemerintah untuk menerapkan tarif cukai terhadap kantong plastik adalah langkah maju yang patut didukung. Sampah plastik tidak hanya menjadi ancaman bagi lingkungan, namun juga menjadi ancaman bagi manusia. Pada akhirnya manusia juga yang akan mengkonsumsi mikro plastik yang berasal dari makanan yang dikonsumsinya.

Mikroplastik tersebut berasal dari sampah plastik yang tercerai berai menjadi ukuran sangat kecil. Mikroplastik masuk ke dalam tubuh hewan yang dikonsumsi manusia seperti ikan. Efeknya sangat merugikan kesehatan manusia.   

Yang paling penting, pengenaan cukai plastik tidak hanya untuk mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Dana yang terkumpul dari cukai plastik tersebut harus digunakan untuk menanggulangi permasalahan yang muncul akibat sampah plastik. Antara lain untuk membangun semacam instalasi pengolahan limbah plastik di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun