Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sangat luas. Dari Sabang sampai Merauke, dari Tahuna sampai Saumlaki. Terdiri dari berbagai pulau baik besar maupun kecil. Juga beraneka ragam situasi, ada yang ramai layaknya kota hingga yang sepi terpencil.
Kadangkala, dalam pekerjaan tertentu mengharuskan untuk berpindah-pindah tugas dari daerah satu ke daerah lainnya di Indonesia. Suatu saat bertugas di Ibu Kota Jakarta yang luar biasa ramai dan bermacetan setiap hari. Beberapa tahun kemudian harus bertugas di Papua, Sulawesi, Sumatera, Nusa Tenggara, dan sebagainya.
Bagi yang tidak siap, maka perpindahan tugas tersebut dianggap sebagai kesialan bahkan merasa mendapatkan hukuman. Meskipun sudah tahu sebelumnya bahwa hal tersebut adalah resiko dari pekerjaannya. Akibatnya menjadi sedih, merasa tidak bahagia hingga frustasi.
Tugas dan pekerjaan pun tidak bisa dijalankan dengan optimal untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Hari demi hari dilalui sambil berharap secepatnya bisa dipindahkan ke daerah asal atau minimal yang sangat dekat dengan daerah asalnya. Sikap yang demikian tak jarang berakibat buruk pada kesehatan sehingga mudah sakit ataupun  mendapatkan sakit yang berat. Tentu saja yang makin dirugikan adalah diri sendiri termasuk keluarga di daerah asal.  Â
Agar tak mengalami hal-hal kurang baik atau bahkan buruk dalam penugasan di tempat lain yang jauh dari daerah asal, mungkin bisa menempuh beberapa cara sesuai dengan pengalaman yang saya alami. Kebetulan konsekuensi pekerjaan membuat saya harus berpindah-pindah tugas ke berbagai daerah di Indonesia seperti di Provinsi Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Membawa Serta Keluarga
Jika memungkinkan, maka bawa serta keluarga (bagi yang sudah berkeluarga). Kehadiran keluarga di tempat tugas yang baru membuat kehidupan relatif tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Hari demi hari tidak akan terasa berlalu begitu cepatnya. Dan tiba-tiba sudah mendapatkan penugasan baru di daerah lainnya atau bahkan di daerah asal.
Bagi yang tidak bisa membawa keluarga.
Ada kalanya situasi dan kondisi membuat tidak bisa membawa keluarga ke daerah tempat tugas yang baru. Misalnya karena faktor sekolah anak, faktor merawat orang tua yang renta, pekerjaan suami/istri yang tidak memungkinkan, ataupun alasan lainnya. Ataupun bagi yang belum berkeluarga terpaksa harus terpisah dari orang tua, famili dan saudara.
Bila memang demikian, maka ada hal-hal yang bisa dilakukan agar tidak menjadi merana meskipun hidup terpisah jauh dari keluarga.
- Sering melakukan komunikasi dengan Video Call.
Teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah demikian canggihnya sehingga memudahkan untuk saling terhubung meskipun terpisah jarak yang sangat jauh. Apalagi dengan teknologi internet yang membuat biaya komunikasi menjadi relatif murah. Video Call adalah solusi untuk mengobati rindu kepada keluarga nun jauh disana.
Dengan video call, maka dapat bertatap muka langsung seolah sedang berdekatan. Saat waktu makan bisa sambil video call seolah sedang makan bersama. Bahkan orang tua bisa mengajari anak mengerjakan PR sekolah dengan menggunakan video call.
- Mengenal lebih dalam daerah penugasan.
Gunakan waktu luang untuk mengenali daerah penugasan. Berjalan-jalan dan berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya. Mengunjungi daerah wisata ataupun mengikuti kegiatan wisata yang diadakan pemerintah setempat. Bisa juga dengan mengakrabkan diri dengan masyarakat sekitar untuk lebih mengetahui adat istiadat, budaya, bahasa, ragam kuliner dan sebagainya.
- Berolahraga.
Usahakan untuk berolahraga secara teratur. Jika perlu dan mau, dapat menekuni secara intens olahraga tertentu yang disukai. Bisa juga memilih olahraga yang sesuai dengan kondisi alam di daerah penugasan. Dengan rutin berolahraga maka akan berdampak pada kesehatan tubuh sehingga tidak mudah sakit meskipun tidak ada keluarga yang menjaga, memperhatikan atau merawat secara langsung.
- Melaksanakan Hobi
Agar tidak bosan hidup sendirian jauh dari keluarga maka harus melakukan berbagai kegiatan yang positif. Salah satunya dengan melaksanakan hobi yang disukai. Bisa dengan hobi lama yang tak sempat dilakukan, ataupun mencoba hobi yang baru.
Yang hobi menulis, maka bisa menuliskan hal-hal baru dan unik yang ditemui di daerah penugasan. Yang hobi fiksi, bisa mencoba membuat cerpen, cerbung atau bahkan novel untuk mengisi waktu luang. Jika hobinya berolahraga maka bisa lebih intens dan serius yang mungkin saja akan menjadi prestasi. Demikian seterusnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H