Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ustad Kritik Impor Ikan Asin

17 Juni 2019   08:10 Diperbarui: 17 Juni 2019   08:30 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang ustads dalam media sosial twitter mengkritik tentang Indonesia yang melakukan impor ikan asin. Postingan twitter tanggal 14 Juni 2019 tersebut menyertakan tautan berita dari media mainstream tahun 2016 dengan judul "Indonesia impor ikan asin dari Taiwan dan Thailand". Postingan disukai (tanda love) hingga 2.400 kali dan dibagikan ulang (retweet) sebanyak lebih dari 900 kali.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjawabnya (reply) dengan postingan. "Tahun berapa dan kenapa? Anda pikir masyarakat bodoh? Mereka jauh lebih pintar dr kita .. kita artinya anda dan saya lebih bodoh !!!"

Sang ustads kembali melakukan tweet dengan menyebut (mention) Menteri Susi. "Tercatat dari Tahun 2014 sampai 2017 RI Masih Impor Ikan Asin... @susipudjiastuti Memang Kita BODOH Lah Kalau Begitu. Untuk Tahun 2018 Belum Ada Berita Masih Impor atau Sudah Mandiri... Walau Saya Tdk Ikut Menentukan Kebijakan BODOH Itu..."

Berkomentar/mengkritik tanpa membaca keseluruhan berita.

Bagi saya, peristiwa ini cukup menarik diulas. Seorang ustads yang seharusnya membahas masalah agama malah membahas tentang impor ikan asin yang menurutnya adalah kebijakan bodoh. Pembahasan yang berdasarkan tautan (link) berita dari media online. Susi Pudjiastuti sebelumnya lama berkecimpung dalam perdagangan ikan dan kini menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan yang mengurusi perikanan di seluruh Indonesia.

Saya segera membaca berita tahun 2016 yang dimaksud sang ustad. Isi berita memang tentang impor ikan asin Indonesia dari Thailand dan Taiwan. Namun setelah membaca keseluruhan artikel, saya jadi mengetahui berita tersebut secara utuh. Impor tersebut dilakukan karena pasokan ikan asin yang sedang berkurang akibat cuaca selalu hujan sehingga tidak mendukung produksi ikan asin. Apalagi ditambah dengan situasi yang memang sedang masanya paceklik ikan, yaitu saat ombak tinggi membahayakan sehingga nelayan tidak bisa melaut.    

Saya jadi paham mengapa Menteri Susi membalas twit sang ustad dengan dua pertanyaan dan satu pernyataan. "Tahun berapa dan kenapa? Anda pikir masyarakat bodoh?". Sepertinya Menteri Susi meminta sang ustad untuk membaca berita tersebut secara lengkap. Bisa jadi sang ustad belum membaca artikel sampai tuntas, namun keburu nafsu untuk menjadikannya bahan kritik.

Bila membacanya sampai habis dan paham pokok permasalahan, maka akan sadar bahwa berita impor ikan asin tahun 2016 tersebut tidak sama lagi konteksnya dengan masa sekarang dimana Indonesia menjadi nomor 3 negara penghasil ikan terbesar di dunia. Apalagi dalam berita tersebut terdapat penjelasan tambahan bahwa ikan yang diimpor adalah ikan subtropis seperti ikan Salmon dan Ikan Cod yang memang bukan produk perikanan dari Indonesia.  

Sayangnya, sang ustad bukannya sadar dengan kelakuannya yang kurang bijak, malah makin semangat "mengkritik" dengan berbekal screenshot kumpulan berita dari google. Sepertinya sang ustads mencari berita pendukung argumennya dengan melakukan googling dengan kata kunci "Indonesia Impor Ikan Asin".

Salah satu berita yang dicapture dari tribunnews.com dengan judul "Model Indonesia Minta Menteri Susi Permudah Impor Ikan Teri dan Ikan Asin". Setelah saya baca berita tersebut, ternyata isinya adalah berkebalikan. Memang jika hanya membaca judulnya saja, akan mudah saja menyimpulkannya secara harfiah bahwa Indonesia akan mengimpor Ikan Teri dan Ikan Asin.

Padahal isi beritanya adalah informasi tentang adanya warga Indonesia yang bekerja sebagai model di Jepang menginginkan agar mudah mendapatkan Ikan Teri dan Ikan Asin di Jepang. Artinya, meminta agar Jepang mudah mengimpor ikan asin dari Indonesia. Dan Menteri Susi sebagai pihak yang berwenang diminta agar mengusahakan mempermudah impor ikan asin ke Jepang (Bukan Impor dari Jepang). Atau dengan kata lain, diminta agar Indonesia mengekspor ikan asin ke Jepang.

Kutipan berita dari Tribunnews.com tanggal 13 April 2017 yang bisa dikatakan inti berita. "Dia meminta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti agar dibantu supaya bisa mengimpor ikan asin dan ikan teri. Menteri Susi pun menanggapi mungkin bisa dibuatkan semacam Koperasi Pengimpor Ikan Asin Jepang supaya bisa mengimpor ikan tersebut."

Jadi, sangat besar kemungkinannya jika sang ustad tersebut belum membaca berita-berita hasil googling yang ada dalam screenshut dalam postingannya yang menyebut Menteri Susi Pudjiastuti. Dan kelakuan seperti ini sudah lumrah dilakukan banyak kalangan di Indonesia. Tapi menjadi hal yang aneh jika yang melakukannya adalah seorang ustads yang harusnya lebih paham tentang kewajiban tabayyun atau cek dan ricek dalam mengecek suatu berita.

Tokoh agama seperti ustad, ulama, kiyai dan semacamnya tentulah orang-orang terpilih dan bukan orang yang sembarangan. Mereka tentulah harus memiliki ilmu yang memadai tentang agama dan juga harus memiliki akhlakul karimah atau akhlak yang terpuji. Sangat disayangnya jika sampai ada ustad yang berperilaku tidak terpuji.

Data-data perikanan Indonesia banyak tersedia dan mudah diakses.

Tidak sulit sebenarnya jika ingin tahu tentang data-data perikanan Indonesia. Pemerintah telah banyak mempublikasikan data-data perikanan setiap tahunnya. Ada data-data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan lembaga pemerintah terkait, termasuk langsung dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sendiri. Salah satu contohnya publikasi data di website resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (kkp.go.id) adalah Produktivitas Perikanan Indonesia.

Media massa yang kredibel termasuk media online pun banyak memberitakan tentang seputar perikanan Indonesia baik yang positif maupun yang negatif. Tinggal google saja maka akan mendapatkan berbagai informasi tentang perikanan Indonesia. Tinggal bagaimana menyikapi informasi tersebut.

Apakah hanya fokus pada berita negatifnya saja untuk digunakan menyerang pihak yang tidak disukai? Apakah hanya menggunakan berita positif saja untuk mendukun pihak yang disukai? Ataukah mau menyikapi berita positif dan negatif secara bijak dan berimbang sesuai konteks masing-masing dengan tujuan untuk memajukan perikanan Indonesia demi kemajuan negara dan kesejahteraan rakyat.

--
Tautan berita terkait:

Indonesia impor ikan asin dari Taiwan dan Thailand

Model Indonesia Minta Menteri Susi Permudah Impor Ikan Teri dan Ikan Asin

Kinerja Ekspor Produk Perikanan Indonesia Tahun 2018

Ekspor Perikanan Indonesia Melejit

Meningkat 8%, Ekspor Produk Perikanan 2018 Diprediksi Rp 68,9 Triliun

Produktivitas Perikanan Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun