Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Abdurrahman bin Auf, Konglomerat yang Sederhana

27 Mei 2019   05:30 Diperbarui: 27 Mei 2019   05:51 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beda dengan jaman sekarang, dimana banyak yang ingin dirinya terlihat lebih dari orang lainnya. Apalagi jika berada diantara karyawan, ataupun masyarakat umum. Mereka berusaha menunjukkan bahwa dirinya lah yang terdepan: bos, pemimpin, imam, ustad, ulama, anak pejabat, dan sebagainya. Saking sombongnya dengan kedudukannya, maka tak segan atau risih jika harus merendahkan orang lain, mencaci-maki, hingga memfitnah. Merasa dirinya mulia dengan merendahkan orang lain.

Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat yang dijamin Nabi sebagai penghuni surga. Tentu saja karena mendapatkan bocoran informasi dari Allah SWT. Manusia selain Nabi Muhammad SAW tentu jangan geer bisa mendapatkan keistimewaan tersebut, walaupun merasa wali, alim, sholeh dan sejenisnya, ataupun dianggap wali, alim, sholeh dan sejenisnya oleh pengikutnya.

Meskipun pasti masuk surga, Abdurrahman bin Auf tidak petantang petenteng merasa paling kaffah, merasa paling sholeh dan menganggap yang lainnya rendah, sesat kafir, ahli neraka. Justru Ia merasa rendah diri alias minder terhadap sahabat-sahabat Nabi yang hidupnya sederhana bahkan kategori miskin.

Abdurrahman bin Auf sangat takut jika hartanya akan menjadi penyebab dirinya lama dihisab di akhirat kelak karena banyaknya pertanyaan dan semua harus dipertanggungjawabkan berasala dari mana dan digunakan untuk apa saja. Sementara sahabat-sahabat lain yang hidup sederhana bisa lebih cepat selesai karena dengan mudah mempertanggungjawabkannya.

Abdurrahman bin Auf menangis tersedu-sedu, saat menyatakan: "Mush`ab bin Umair ketika dia meninggal tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah. Apabila kain itu ditutupkan di kepala, maka kakinya menjadi terlihat. Apabila kakinya ditutup dengan kain itu, maka kepalanya menjadi terlihat. (Karena kainnya tak cukup untuk menutup semuanya). "Demikian pula dengan Hamzah. Ketika meninggal, tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah." Aku khawatir balasan atas kebaikan-kebaikanku telah diberikan di dunia ini." 

Abdurrahman bin Auf sangat ketakutan. Ia membayangkan, jangan-jangan kekayaannya di dunia ini adalah balasan atas semua kebaikannya di dunia ini. Jangan-jangan, nanti di akhirat tidak akan mendapatkan balasan (surga) karena tidak ada lagi kebaikannya yang tersisa untuk mendapatkan balasan di akhirat.

Sungguh Abdurrahman bin Auf memberikan teladan yang luar biasa bagi umat Islam. Semoga kita semua bisa meniru perilaku mulianya, walaupun hanya sepersekian atom dari kemulian sikap yang ditunjukkan oleh Abdurrahman bin Auf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun