Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dadakan Jualan Takjil di Kota Raha

19 Mei 2019   18:45 Diperbarui: 19 Mei 2019   18:56 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wa Ode Narmiati namanya. Emak-emak paruh baya yang pantas menyandang sebutan wanita tangguh. Seorang wanita yang pantang menyerah mencari nafkah di Kota Raha Pulau Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Saya mengenalnya belum begitu lama, namun berjumpa hampir setiap hari karena sering membeli dagangannya.

Pertama kali tahu namanya, saya bertanya apakah Ia orang Buton? Karena setahu saya, nama-nama "Wa Ode", "La Ode" ataupun awalan nama yang di mulai dengan "La", "Wa" adalah khas penduduk Pulau Buton di Prov. Sulawesi Tenggara. "Bukan, Saya orang Muna!" Jawabnya tegas.

Barulah saya tahu bahwa nama-nama khas tersebut bukan hanya dipakai orang Buton, tapi orang Muna pun memakainya. Jarak yang dekat memang masuk akal jika terdapat persamaan nama. Apalagi penduduk Pulau Muna dan Pulau Buton masih bersaudara. Meskipun ada perbedaan bahasa diantara keduanya. Kini wawasan saya makin bertambah akan keanekaragaman etnis dan budaya di Nusantara Indonesia tercinta.

Pulau Muna dan Pulau Buton saling bersebelahan dan terhubung oleh selat Buton. Dengan transportasi kapal cepat berjarak sekitar satu jam perjalanan dari Pelabuhan Kota Raha ke Pelabuhan Kota Bau-Bau atau sebaliknya. Namun pada titik tertentu, jarak keduanya sangat dekat sehingga tinggal berenang berenang beberapa menit saja, sudah bisa pindah Pulau.

Kembali ke pokok bahasan wanita tangguh Wa Ode Narmiah. Yang bersangkutan seringkali berganti-ganti barang dagangan. Tergantung musim dan tren yang sedang berlangsung.

Saat musim durian, maka ikut berjualan durian. Bertumpuk-tumpuk durian yang sudah diikat diletakkan di atas meja di depan warungnya. Pun menjualnya dengan sangat murah, sekitar sepuluh ribu per buah bahkan bisa kurang. Bagi yang tidak mau repot dan tinggal makan saja, maka akan dilayani dengan ramah bagai raja. Semuanya dikerjakannya dan dihidangkan, pelanggan tinggal mangap dan makan saja.

Kini di Bulan Puasa, Wa Ode Narmiah ganti berjualan aneka takjil untuk berbuka puasa. Di depan warungnya yang berada di pinggir jalan, ada tambahan outlet kecil terbuat dari kaca. Dari jauh sudah bisa terlihat apa saja yang dijajakan. Ada panada (sejenis kue pastel), roti home made, gorengan dan yang menjadi favorit adalah Pisang Ijo bertabur remahan kacang tanah.

Pisang Ijo buatan/dagangan Wa Ode Narmiati (dokpri)
Pisang Ijo buatan/dagangan Wa Ode Narmiati (dokpri)
Ketika saya menanyakan mengapa sering gonta-ganti barang dagangan. Wa ode menjawabnya dengan santai, yaitu apa saja yang bisa dilakukan untuk menghasilkan uang yang halal pasti akan dilakukannya. Apalagi jika ada kesempatan yang memungkinkan seperti adanya tren atau musim seperti yang terjadi di bulan Puasa. Hmm... Saya jadi penasaran, kira-kira menjelang lebaran nanti apa gerangan yang akan dijualnya?

Sayang sekali di Pulau Muna, transaksinya masih mengandalkan uang tunai bukan non tunai seperti di daerah lain yang jauh lebih maju. Hanya ada ada tiga ritel besar (ukuran Pulau Muna) yang menerima pembayaran dengan kartu kredit dalam bertransaksi. Juga belum ada yang memanfaatkan toko online untuk menjual produk-produknya.

Di Pulau Muna baru dalam tahap memanfaatkan media sosial (medsos) Facebook dan WA untuk menjual produk-produknya. Penjual makanan sehari-hari termasuk takjil juga banyak yang menggunakan Facebook dan WA untuk memasarkan dagangannya. Pembeli tinggal memesan melalui komentar di FB atau melalui WA, menyebutkan alamatnya, lalu pesanan akan diantarkan dan dibayar di tempat (Cash on Delivery/COD).

Semoga di masa-masa mendatang, para usahawan terutama UMKM juga akan terbiasa menggunakan financial technology dalam bertransaksi. Dengan demikian transaksi dapat dilaksanakan dengan lebih cepat dan efisien. Namun hal tersebut butuh waktu dan juga sosialisasi dari berbagai pihak terkait.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun